IN THE BEGINNING...
Namanya Hasann seorang anak laki-laki berusia 9 tahun , dia anak ke-5 dari 7 saudara. Dia dibesarkan dari keluarga yang relatif miskin ditengah kota Bandung sekitar tahun 1970 an, dimana jalanan masih sepi dan orang pun tidak terlalu banyak lalu lalang dijalan. Bandung tempo doeloe. Jalanan terasa besar baginya, hanya satu dua mobil saja yang melintas. Ditambah beca sebagai angkutan umum waktu itu. Udara sejuk menambah nikmatnya tinggal disana.
Hasann kecil tidaklah memiliki cita-cita yang tinggi , apa yang ada dalam pikirannya mungkin hanya bermain saja selepas sekolah dengan teman sebayanya disekitaran lingkungan rumahnya . Main adu jangrik , main kelereng, main perang-perangan , main kartu , main layangan, dan banyak lagi permainan tradisional di jamannya.
Rumah Hasann kecil di pojokan gang buntu dan terletak dekat lintasan kali, yang juga menjadi tempat bermainnya . Ada ikan kecil-kecil yang biasa ditangkapnya. Pernah ia menyusuri sungai itu selepas hujan menemani kawan-kawannya yang lebih besar.
"Buat apa belut itu mang?" tanya Hasann. Ia jongkok melihat seekor belut tangkapan temannya, tergeletak menggeliat di parit ,warnanya kuning berlendir dan sulit untuk dipegang.
"Dimasak San..."jelas Osit, temannya yang lebih senior.
Maklumlah lingkungan daerah miskin perkotaan, dimana tetangganya pun dari kelas bawah seperti buruh, kuli panggul , pedagang keliling dan beberapa pedagang sate.
Tapi puji Tuhan Hasann kecil pun tetap bisa tumbuh ditengah himpitan banyak persoalan seputar kemiskinan dan keterbatasan .
Hasann kelas 3 SD selalu menikmati hari-harinya . Disekolahnya ia ingat betul kalau gurunya menyediakan sebuah celana pendek cadangan buat murid yang darurat memerlukannya. Warna celananya kuning mengkilap plus renda warna ungu.
Suatu hari Hasann yang duduk dikursi paling belakang merasakan sesuatu yang tidak beres dengan perutnya.
Karena dia tidak mau sampai harus memakai celana kuning mengkilap yang dirasakan memalukan itu , dia memberanikan diri berjalan mendekati ibu guru yang sedang berdiri depan papan tulis besar warna hitam itu .
"Bu... saya sakit peruut mau pulang...! boleh ya buu... ?" katanya sambil sedikit membungkukkan badannya dan satu tangannya memegang perut,mukanya sedikit merintih.
Dengan mimik dan gaya yang meyakinkan itu, ibu gurunya langsung mengiyakannya .
Hasann merasa lega... , bergegaslah ia keluar kelas dan jalan menuju pulang.
Ia berjalan ketengah halaman sekolahnya yang lengang karena jam pelajaran masih berlangsung. Semua pintu kelas tampak tertutup, sayup-sayup terdengar guru yang sedang mengajar.
Hasann berjalan terus , melewati jalanan lurus besar dengan pepohonan rindang dikiri dan kanan jalan.
Tapi ditengah perjalanan ia merasakan sakit perutnya semakin menjadi. Engga ada cara lain, pikirnya. Sambil berdiri dibelakang 2 buah becak yang sedang mangkal, diapun menahan sakit dan berpegangan ketiang listrik disampingnya. Abang becak yang sedang duduk tenang menunggu penumpang pun sampai menoleh kebelakang, melihatnya dengan rasa khawatir.
"Haaah... kenapa tuuh anak?" tanyanya keheranan. Langsung teman disampingnya itu pun ikut menoleh kebelakang. Sesaat mereka memperhatikannya, bengong tanpa komentar.
Setelah beberapa saat... Hasann merasakan tegang disekujur tubuhnya , kayak orang mau ngelahirin gitu ...akhirnya keluar sesuatu semacam batu dari celananya ...pluuk...! jatuh ketanah berumput.
Aaaah lega sudaaah...sakit diperut dan pening di kepalanya sudah hilang, kata Hasann dalam hati .
Tapi abang becak yang awalnya menyaksikan dengan rasa was-was dan keingintahuannya itu...langsung mengumpat dia,
"Eeeeh... katanya, kayak anjing aja luu... buang xxx sembarangaaaan...!" kira-kira begitu makiannya ,disusul tawa dari temannya.
Tapi Hasann engga menggubrisnya...langsung saja dia meningalkan tempat itu dan berlalu ...seakan tidak terjadi apa-apa. Ia pun sebenarnya malu ketika berjalan melewati mereka, tapi apa boleh buat .
"Emang gua pikirin..." mungkin itu yang ada di kepala Hasann kecil waktu itu...yaa namanya juga masih bocah, ya?