"Eunghhh...". Aluna mengerjabkan matanya, perempuan yang tidur dengan mulut menganga lebar dan iler menempel dipipi itu menguap beberapa kali. Ia meregangkan tangannya keatas untuk mengusir pegal, astaga kenapa rasanya lelah sekali ya begitu bangun tidur. Kemudian Aluna menoleh kesamping, tepat dimana Dzeko masih tertidur lelap. Ia mengintip dari balik selimut karena malu, "Koko sekarang mukanya udah beda, masih imut tapi ada vibe daddy-nya gitu. Sejak kapan dia jadi bad boy kayak gini? Lubang ada dimana-mana, tatto-an pula. Duhhh... Sebenarnya gue gak suka cowok tatto-an, tapi kalau Koko bisa dibicarakan". Gumam Aluna dengan suara lirih karena takut mengganggu Dzeko.
Lama memandangi wajah tampan Dzeko, tiba-tiba bayangan akan kejadian semalam muncul begitu saja di otaknya. Wajah Aluna sontak memerah, astaga semalam itu bukan mimpi kan? Ia dan Dzeko melakukan hal yang tak semestinya meski itu menyenangkan. "Gue harus buru-buru pergi dari sini sebelum dia bangun". Dengan terburu Aluna bangkit dari tidurnya dan segera memakai celana. Perempuan itu malu jikalau harus bertatapan muka dengan Dzeko setelah kejadian semalam. Bukankah nantinya akan canggung? No! Aluna tidak siap menghadapi momen canggung itu. Aneh sekali kalau dibayangkan, selama ini kan hubungan mereka bak kucing dan tikus yang tak pernah akur. Kalau dipikirkan dengan serius, ini aneh karena tiba-tiba kucing dan tikus cuddling seperti ini.
"Makin dipikirin makin gak masuk akal kalau kucing sama tikus kawin, Aluna. Huh! Bego!". Gerutu Aluna sebelum melesat pergi keluar dari apartemen Dzeko.
Dzeko membuka matanya tepat setelah Aluna menutup pintu kamar. Lelaki itu pura-pura tidur tadi, ia bahkan sudah bangun sebelum Aluna memandanginya. Dzeko tadinya hendak memberi kejutan pada perempuan itu, menghujaminya dengan ciuman mesra misalnya ketika Aluna kepergok membelai wajahnya. Namun hal yang ia bayangkan justru tak terjadi, malahan Dzeko mendengar perkataan menyakitkan dari bibir Aluna. Kucing dan tikus gak masuk akal kalau kawin, katanya. Ya, padahal mereka bukan hewan. Tapi manusia...
"Hhhhh...". Lenguh Dzeko seraya duduk di tepi ranjang, ia menatap pintu kamarnya dengan sedih. Apa kejadian semalam tak berarti sama sekali bagi Aluna? Atau hanya ia saja yang terlalu berekspektasi tinggi pada perempuan itu? Huft... Dzeko kira mereka resmi pacaran, tapi ternyata Aluna tak memiliki niat sedikit pun untuk jadian dengannya.
Sementara itu di kos, Baby beberapa kali mengecek pesan yang ia kirim pada Aluna. Perempuan itu heran karena kakaknya sama sekali tak membaca pesannya. Semalam Aluna tidak pulang, wajar kan jika Baby khawatir. Terlebih ini kejadian langka, karena Aluna tidak pernah sekalipun pulang telat. "Ishh... Ngapain juga gue mikirin Kak Aluna yang udah gedhe. Tubuhnya itu urusannya, dia pasti bisa jaga diri". Gumam Baby sambil memeluk tubuhnya sendiri. Ia lalu tersenyum lebar karena ingat sesuatu. "Mumpung Kak Aluna gak ada di kos, gue jadi bisa cobain koleksi baju kurang bahan gue deh. Yuhuuuu...". Dengan riang gembira Baby mengambil paper bag yang ia sembunyikan di atas lemari. Ia buka paper bag itu dengan wajah sumringah, apalagi ketika barang yang ada di dalamnya ia ambil.
"OMG cute banget, tapi ini cocoknya dipakai Kak Aluna gak sih? Huh! Kak Mario pasti beliin baju ini sambil mikirin Kak Aluna". Baby manyun karena mungkin saja tebakannya benar. Omong-omong ia dan Mario tidak memiliki hubungan lebih dari sekedar friend with benefit, memang sejak kapan Baby pernah serius suka dengan seseorang? Perempuan itu hinggap dipelukan satu lelaki ke lelaki lain. Ia akan mengejar lelaki yang membuatnya penasaran, lalu membuangnya ketika bosan.
"Tapi ini gemes banget, cobain ah". Baby pun langsung memakai cute lingerie yang dibelikan Mario beberapa waktu lalu. Ia mematut tubuh indahnya yang berbalut lingerie di cermin. "Gue emang cantik banget sih, pantes banyak cowok-cowok yang naksir gue". Kekeh Baby sembari mengangkat dua dadanya keatas dengan bangga. Ia pun berlarian kesana-kemari dengan riang sambil mengenakan baju seksi itu. Selfi beberapa kali dan mendadak otak nakalnya bekerja "Ambil video buat Kak Mario seru juga nih hihi...". Baru saja ia hendak memasukkan jarinya ke dalam pusat tubuh, pintu kos tiba-tiba terbuka. Shit! Aluna pulang.
"Heee?!". Teriak Aluna sambil menganga lebar, perempuan itu kaget melihat busana yang dikenakan Baby. "What the hell! Kak Aluna kalau mau masuk ketok pintu dulu dong!". Omel Baby galak lalu segera mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Aluna menganga lebar, tak percaya kalau ia baru saja diomeli Baby. Perempuan itu berjalan cepat kearah Baby lalu menjewer telinganya "Heh! Kok jadi Lo yang galakan, kan yang bayar sewa kos gue". "Aduh... I-ya... Ampun Kak, ampun huhu... Maafin gue". Baby mengaduh kesakitan, perempuan itu mengaku kalah karena memang yang dikatakan Aluna benar adanya. Baby hanya numpang di kos Aluna, jadi harus tahu diri.
"Terus juga, pakai baju kurang bahan kayak gini yang ngajarin siapa heum?". Omel Aluna jauh lebih galak dari Baby, ia juga makin menarik telinga Baby hingga siempunya berteriak. "Arghhhhh... Kak Aluna bisa lepas gak?! Telinga gue rasanya mau copot nih!". Karena tak tega dengan Baby, maka Aluna pun melepaskan tangannya dari telinga perempuan itu. Baby langsung mengusap telinganya yang panas dan memerah setelah bebas dari siksaan Aluna. "Cepet jawab! Siapa yang ngajarin Lo pakai baju begituan?! Kayak bitch tahu gak". "Ihhhh... Kak Aluna, emang yang pakai lingerie cuma bitch aja?! Lagian lingerie itu bukan barang haram kali, tergantung niatnya pakai buat apa". Baby memutar bola matanya nampak cemas, masalahnya niatnya memakai lingerie saja mengarah ke hal yang negatif. Kalau Aluna tahu ia tadi hendak membuat video mesum, sudah pasti akan langsung diadukan ke Mama dan Papa.
Aluna memicingkan matanya kearah Baby "Tergantung niatnya pakai buat apa?! Kalau Lo yang pakai sih udah kelihatan ya niatnya pasti gak bener. Tapi ya udahlah, Lo kali ini aman karena gue capek". Kini gantian Baby yang menatap curiga kearah Aluna. Gak pulang semalaman, pagi-nya lemes? Habis ngapain tuh?!🌚
"Anjrit sampai lupa gue, Lo semalam gak pulang kan? Kemana hayo? Gue chat juga gak bales". Cecar Baby, Aluna yang berbaring di ranjang pun nampak gugup. Shit! Kalau saja semalam itu Aluna bisa menahan diri pasti jadinya tak akan seperti ini. Baby itu sama ember-nya dengan dirinya sendiri, kalau sampai ketahuan semalam habis berbuat hina dengan Dzeko bisa-bisa Baby ngadu. Terus nanti pada akhirnya Aluna diminta balik ke rumah karena gak bisa jaga diri. Oh! No! Tinggal sendiri jauh lebih enak, lebih bebas mau ngapain aja.
"Nginep di rumah temen". Sahut Aluna asal. "Bohong! Emang Lo punya temen?". Ledek Baby, Aluna merengut kearah perempuan itu "Gak usah kepo, urus aja diri Lo sendiri. Lagian gue lebih gedhe daripada Lo, gak usah sok khawatir". Ujar Aluna sewot. "Dihhh... Siapa juga yang khawatir?! Gue cuma nyari bahan buat cepuin Lo ke mama sama papa kok, wleee...". Ledek Baby menyebalkan. Perempuan itu memang terlalu gengsi menunjukkan perhatiannya pada Aluna begitu juga sebaliknya. "Fuck!". Umpat Aluna sambil mengangkat jari tengahnya.
"Oh ya, omong-omong Lo udah ngobrol lagi sama Kak Dzeko?". Tiba-tiba Baby menanyakan soal Dzeko. "Udah, kenapa emang?". Tanya Aluna balik dengan wajah sok cuek, padahal dalam hati penasaran sekali. Jangan bilang Baby masih memiliki obsesi untuk mencicip Dzeko. "Sebenarnya tipe cewek yang disukain Kak Dzeko tuh yang kayak gimana sih Kak?! Dia itu buta atau gimana deh, cewek seksi kek gue aja gak dilirik". Keluh Baby dengan wajah sedih.
"Baby bener juga, Dzeko buta apa gimana sih? Padahal Baby jauh lebih seksi dari gue, badannya juga bagus. Tapi sekalipun dia gak pernah tertarik sama Baby". Batin Aluna membenarkan perkataan Baby. "Eum... Gak tahu juga sih, enam tahun gue berteman sama dia gue gak pernah lihat dia punya pacar". Aku Aluna jujur. Lha wong kemana-mana saja Dzeko pergi dengan Aluna, tak ada waktu sedikit pun yang tak mereka lalui berdua.
"Hah? Seriusan Kak? Cowok sekeren Kak Dzeko gak pernah punya pacar?!". Tanya Baby sekali lagi yang langsung diangguki oleh Aluna. Baby pun nampak berfikir keras lalu membisikkan sesuatu pada Aluna. "Jangan-jangan Kak Dzeko homo". "Heee?! Ngaco Lo, homo dari mana?!". Entah kenapa Aluna tiba-tiba emosi saat Baby mengatai Dzeko homo. Homo darimana-nya anjrit! Orang semalam saja itu-nya Dzeko bisa berdiri pas lagi gituan.
"Uhukk... Uhuk... Kalem Kak... Kalem...". Baby batuk-batuk karena dicekik Aluna. Sumpah! Kakaknya yang satu ini galak banget, udah tadi dijewer sekarang dicekik pula. "Makannya kalau ngomong jangan sembarangan!". "Gue kan cuma menduga-duga. Nih ya, Kak Dzeko gak pernah sekalipun ngelirik cewek. Gue yang punya body aduhai aja gak dilihat. Berarti kan dia sukanya sama cowok, alias homo. Ohoook... Ohoook...". Aluna makin menguatkan cekikannya, matanya melotot seperti Mak lampir. "Diem gak?! Lo ngatain Dzeko homo sekali lagi, gue patahin leher Lo". Ancam Aluna begitu sadis.
***
"Leher lo merah banget Bab, abis main sama cowok mana lagi". Ledek Ryu teman dekat Baby. Baby memutar bola matanya malas "Abis dicekik Mak lampir gue". Sahutnya sambil mengusap-usap lehernya yang sakit. "Hah? Mak lampir siapa lagi...". "Kak Dzeko". Panggil Baby ceria begitu sosok Dzeko muncul dari pintu kelas. "Eh? Hai". Sahut Dzeko seadanya sambil tersenyum garing. "Duduk sini aja Kak, belum ada yang nempatin". Baby menggeser tas yang ia letakkan di kursi sebelahnya, sengaja buat Dzeko. "Gak usah deh, gue cari bangku lain aja". Tolak Dzeko hati-hati. "Ihhh... Kak Dzeko segitu gak maunya ya duduk disamping gue? Sedih nih". Sial, Dzeko ditatap oleh orang-orang yang ada di dalam kelas setelah Baby merengek. Entah apa yang dipikirkan mereka, yang jelas Dzeko merasa ia harus menerima tawaran Baby.
"Hhhh... Iya deh gue duduk disini". Baby bersorak riang di dalam hati. Dezko pun duduk tepat disamping Baby yang sedari tadi menatap dengan lapar. "Nih cewek agresif banget sih, gak nyaman jadinya". Batin Dzeko. Tangannya memijat tengkuknya yang pegal sambil memejamkan mata. "Kak Dzeko loyo gitu deh, kayak semalem habis kerja keras aja". Ledek Baby yang niatnya bercanda namun malah membuat Dzeko mikir kemana-mana, wajah lelaki itu memerah.
"Kerja keras semalem? Shit... Aluna... Aluna...". Kini pikiran Dzeko malah mengarah ke Aluna sepenuhnya, mengarah ke kejadian semalam yang begitu menyenangkan. Tanpa sadar, wajahnya makin memerah. Baby yang sejak tadi memperhatikan pun memiringkan kepalanya karena bingung. "Nih cowok bisa nge-blush juga ya? Omongan gue ambigu apa ya sampai dia mikirin yang iya-iya begitu". Batin Baby. Sementara itu Ryu yang sedari tadi menyimak obrolan Baby dan Dzeko pun memiliki ide usil untuk mendekatkan keduanya.
"Kak Dzeko kan sebenarnya senior kita, bisa dong nanti traktir kita pas jam makan siang?". Kata Ryu tiba-tiba, Baby dan Dzeko sontak menatap Ryu dengan wajah terkejut. "Kenapa? Kan cuma traktir aja. "Ahhh... Oke gak masalah, ntar gue traktir". Karena tak enak, Dzeko pun mengiyakan permintaan Ryu. Lagian lelaki itu juga merasa harus mengakrabkan diri dengan teman sekelasnya. Kuliah kan pasti sering ada kerja kelompok, dan menurut Dzeko kalau bisa berinteraksi dengan teman sekelas pasti kuliah bakal lebih mudah.
"Lo ngapain sih?". Bisik Baby, Ryu mengedipkan sebelah matanya "Sttt... Nanti Lo bakal berterimakasih ke gue". Kata Ryu sok misterius.
Setelah kelas usai...
"Aduhhhh... Sorry banget nih Baby, Kak Dzeko kayaknya gue gak bisa ikut makan bareng. Gue ada urusan mendadak, kalian makan berdua aja ya. Bye...". Oh, jadi ini yang dimaksud Ryu berterimakasih tadi? Baby tersenyum manis sekali sambil melambaikan tangan kearah Ryu. "Bye...". Cicitnya. "Ya udah yuk Kak, kita ke kantin". Ajak Baby yang diangguki Dzeko. Akhirnya mereka makan berdua saja di kantin, Baby yang lebih banyak bicara sementara Dzeko hanya merespon seadanya. Memang pada dasarnya Dzeko tak bisa menyembunyikan ekspresi-nya, ketika ia tak nyaman maka akan terlihat demikian.
Lelaki itu mengaduk kopi yang ia pesan sambil mendengarkan cerita Baby, hingga matanya tak sengaja menangkap sosok Aluna bersama Jefry. Dzeko menegakkan tubuhnya, ingin sekali ia memanggil Aluna tapi malu. Baby yang kesal karena Dzeko bengong pun melihat kearah tatapan lelaki itu. "Ahhh... Kak Aluna rupanya". Gumam Baby. "KAK ALUNA!!!". Panggil Baby keras sekali, Dzeko sontak membulatkan matanya. Aluna yang hendak mengumpat kala namanya dipanggil dengan bar-bar seperti itu pun urung setelah tak sengaja kontak mata dengan Dzeko.
"Shit! Kenapa harus ketemu Dzeko sekarang sih?!". Gerutu Aluna sembari melengos kearah lain. "Kenapa Al? Lo kenal sama cewek yang manggil Lo itu?". Tanya Jefry karena memang tak tahu jika Aluna punya adik tiri. Lebih tepatnya Aluna ogah mengakui jika Baby adalah adik tirinya wkwk.
"Gak kok, gue gak kenal...". "KAK ALUNA BURUAN KESINI?! TEGA BANGET SOK GAK KENAL ADIKNYA SENDIRI!". Seruan Baby itu pun membuat seisi kantin terkejut, mereka baru tahu jika Aluna dan Baby bersaudara. "Eh? Gue gak salah denger nih? Jadi tuh cewek adik Lo?". Tanya Jefry lagi. Kendati Baby anggota club dance sama sepertinya, namun Jefry tak terlalu mengenal Baby karena perempuan itu bergabung belum lama ini.
"Haish... Nanti gue ceritain, yang penting kita kesana dulu". Aluna pun mengajak Jefry ke meja Baby dan Dzeko. Daripada Baby makin berulah gara-gara gak di waro? "Hai Kak, udah kelar kelasnya? Sini gabung aja". Ajak Baby sok manis. Aluna saling pandang dengan Jefry, haruskah mereka gabung? "Eung... Emang gak ganggu? Bukannya kalian pacaran?". Ini Jefry yang bertanya karena lelaki itu tahu juga soal rumor Dzeko dan Baby yang pacaran.
"Gak! Gak! Gue gak jadian sama Baby, gabung aja kalau mau". Dzeko dan Aluna saling mencuri tatap. Mereka sama-sama berdebar, rasanya jadi canggung setelah semalam. "Jadi semua itu cuma rumor?!". Jefry mengambil duduk di samping Dzeko sementara Aluna disamping Baby. "Ya gitu deh, udah denger sendiri kan dari Kak Dzeko. Kalian mau pesen apa?". Ujar Baby yang nampak jelas kecewa karena Dzeko dengan cepat menepis rumor tentang keduanya.
Keempatnya pun menikmati makan siang sambil mengobrol ringan. Sesekali Jefry membisikan sesuatu ketelinga Dzeko, ini tentang aib Aluna yang membuat perempuan itu malu setengah mati. Dzeko pun tertawa geli begitu mengetahui beberapa aib Aluna dari Jefry. "Bisa diem gak Lo Jefry?!". Aluna melotot sambil mengangkat garpu-nya keatas, siap menikam Jefry.
"Bayar pajak dulu dong, tidak ada yang gratis di dunia ini muehehehe". Jefry ini biar dikata ganteng gak ada akhlak tapi ngeselin-nya bukan main. Mukanya aja yang alim tapi kelakuannya sebelas dua belas sama Dzeko. "Anjir! Sini Lo gue slepet pakai garpu". Ancam Aluna. "Mau dong dislepet, tapi pakai tali beha...". Ini Dzeko yang tiba-tiba nyeletuk.
Krik... Krik...
Suasana mendadak sunyi, Dzeko bercandanya salah timing. Candaan ambigu nan garing begitu mungkin cocoknya diucapkan saat bersama Aluna saja. Lha sekarang kan ada Baby dan Jefry yang tak begitu dekat dengannya, jadi kesannya malah aneh aja gitu.
"Eh? Gue salah ngomong ya hehehe...". Kekeh Dzeko sok asyik padahal sebenarnya malu bingits.
"Hahahaha, Kak Dzeko bisa ngelawak juga ya. Sampai shock lho gue". Kata Baby menanggapi sambil tertawa garing. "Deket banget ya Lo sama Aluna sampai bercandanya ambigu gitu". Tambah Jefry. "Apaan sih? Emang Dzeko aja tuh yang suka kurang ajar sama gue. Dia itu gak mandang gue sebagai cewek makannya kebiasaan bercandain kek gitu". Kata Aluna tergagap-gagap, ia memberi kode pada Dzeko dengan kedipan mata saat lelaki itu hendak protes. Please, ia belum siap ketahuan punya hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Dzeko.
"Oh, i see... I see... Lagian apa sih yang bisa dilihat dari Lo. Ya gak Al?". Ledek Jefry sambil menatap tubuh Aluna dengan tatapan mengejek. "Wahhh... mau kuburan atau rumah sakit nih?!". Kini Aluna mengepalkan kedua tangannya, Jefry langsung minta ampun karena ia hanya bercanda kok. Baby dan Dzeko tertawa melihatnya, Aluna lucu sekali reaksinya kalau sedang digoda. Pandangan mata Jefry lalu mengarah ke dada Baby tanpa sengaja.
"Gimana mungkin cewek yang badannya kecil kek dia punya semangka segedhe itu?". Batinnya lalu cepat-cepat mengenyahkan pikiran kotor yang tiba-tiba muncul di otak. Baby yang peka kalau sedang ditatap pun menatap balik Jefry dengan tatapan datar seakan berkata "Apa Lo lihat-lihat?!". Sontak saja Jefry mengalihkan tatapan kearah lain, kentara pula salting-nya.
Tling...
Tling...
Tling...
Tling...
Bunyi notifikasi pesan datang bersahut-sahutan di ponsel masing-masing. Merekapun segera mengeceknya;
30 Days Heart Beat (8 anggota)
Master Cupid: Halo! Selamat bagi tujuh peserta yang terpilih dan berhak mengikuti games 30 Heart Beat sampai akhir. Saya master cupid yang akan menjadi guide di games ini selama tiga puluh hari kedepan. Pertama-tama saya akan menjelaskan peraturan games;
1. Nick name tidak boleh nama asli, foto pun tidak boleh menunjukkan wajah (wajib disamarkan!)
2. Tidak boleh membocorkan identitas masing-masing sampai batas waktu yang ditentukan.
3. Tidak boleh mengumpat/menuliskan kata-kata kasar.
4. Setiap hari wajib mengirim heart pada peserta lain yang menjadi target untuk diajak kencan.
5. Wajib menyelesaikan misi yang diberikan master cupid.
Siapapun yang melanggar peraturan akan langsung di kick dari group chat. Untuk memulai games ini mohon untuk masing-masing peserta memperkenalkan diri dimulai dari...
Aluna langsung menekan tombol back dan tidak berniat untuk membaca pesan itu sampai selesai. Ia lalu menatap Dzeko yang ternyata sedang menatapnya, bagaimana ini? Ia takut Dzeko tahu ia mengikuti games cupid seperti ini untuk mencari pasangan. Aluna tidak ingin mengecewakan Dzeko, sejujurnya Aluna sudah minta tolong pada Yeni untuk membuang form yang ia kumpulkan waktu itu. Buat apa Aluna ikut games cupid kalau sudah ada Dzeko? Tapi sayangnya Yeni menolak keras, katanya form sudah terlanjur diberikan ke master cupid jadi tidak bisa ditarik lagi.
Sementara itu Dzeko yang memang sudah tahu jika Aluna ikut games cupid pun bertekad untuk memepet perempuan itu sampai nantinya mereka berdua menjadi pasangan. Dzeko akan lebih aktif PDKT di games daripada di real life, do'akan Dzeko kawan-kawan.
***
Nick name peserta 30 Days Heart Beat 👇
1. @/O_ONaa (Aluna)
2. @/KOo_ (Dzeko)
3. @/Ms_B (Baby)
4. @/Yy_ (Mario)
5. @/Jij_h (Jihan)
6. @/justV (Viki)