webnovel

Dandelion.

Menaruh harap kepada orang lain adalah suatu kesalahan besar. -Anna Mengisahkan tentang seorang gadis yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang harus dijalani memaksanya menjadi pribadi yang kuat. Belum lagi, pada malam ulang tahun kekasihnya, Anna mendapati sang pujaan hati bermain bersama wanita lain. Hatinya hancur tak tersisa. Namun di malam yang sama, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata adalah pemimpin sebuah perusahaan besar. Melalui malam dengan pria yang tidak dikenalnya, terbangun dipagi hari dengan keadaan tubuh tanpa sehelai benang pun membuatnya kaget sekaligus takut. Sejak malam itu, Anna menghilang. Apa yang akan terjadi selanjutanya? Silahkan dibaca..

Gloryglory96 · 青春言情
分數不夠
311 Chs

Bab 06. Devan Atmadja

Anna tidak akan tinggal diam, berbagai cara akan ia lakukan, asal bisa segera pergi dari rumah ini dan bekerja.

Perkerjaannya adalah perioritas utama baginya.

.

.

lima menit telah berlalu, Anna sudah berhasil  keluar dari rumah itu. Jalannya tergesa-gesa menuju pagar yang nampak masih tertutup, terlihat seorang security berjaga di sisi kirinya

Melihat pagar itu terbuka, Anna segera berlari kencang. Sebuah mobil berwarna hitam bergerak pelan berlawanan arah dengannya dan memasuki pekarangan rumah yang begitu luas.

"Tunggu," teriak Anna ketika melihat pintu pagar akan menutup kembali, dan berhasil. Security itu melihat ke arahnya.

Anna lari tegopoh-gopoh dengan napas ngos-ngosan.

"Tunggu pak, aku mau keluar."

Security itu mengerutkan keningnya, ini adalah pertama kalinya ia melihat gadis itu.

"Aku Meri Pak, pembantu baru di rumah ini. Bos menyuruhkan membuang isi kantongan ini menjauh dari sini," jelas Anna mengangkat kantongan kecil di tangannya.

"Baiklah," balas Security itu. Ia hanya merasa aneh dengan pakaian yang dikenakan pembantu itu.

.

.

.

Sementara di sisi lain, pengemudi mobil hitam yang sudah memarkirkan mobilnya kini berjalan memasuki rumah.

"Devan," teriaknya ketika tidak menemukan orang yang dicarinya.

"Van... Devan kamu dimana?" teriaknya tidak sabaran.

Pria itu kemudian menuju lantai dua, tetapi ketika ia belum menginjakkan kakinya pada anak tangga terakhir seseorang muncul dan berhasil membuat langkahnya berhenti.

"Masih pagi, Leo. Jangan teriak-teriak," ucap seseorang yang dipanggilnya Devan. Rambutnya masih terlihat agak basah, handuk yang menggantung di pinggangnya memperjelas bahwa ia baru saja selesai mandi.

"Van cewe tadi itu siapa? Pembantu kamu?" tanyanya penasaran, saat memasuki pekarangan rumah Devan sepupunya, ia sempat melihat seorang gadis dengan baju yang agak kebesaran sedang berlarian menuju pagar.

"Aku mau pakai baju dulu," balasnya dan menghilang di balik pintu kamarnya.

Leo yang melihat sikap tak biasa Devan mengerutkan alisnya samar, sejak kapan seorang Devan Atmadja membalas semua ucapannya?

Devan Atmdja. Putra tunggal dari Alan Atmadja yang merupakan pendiri D.A Corp. Perusahan itu bergerak di berbagai bidang, mulai dari perdagangan dan jasa, perindustrian hingga property. Saat ini D.A Corp masih menduduki peringkat ketiga besar di pasar ASEAN, Sedangkan Ibunya Seira Atmadja adalah seorang Dokter di rumah sakit ternama di Australia.

Diusianya yang masih sangat muda ia sudah menjadi Ceo D.A Corp menggantikan ayahnya yang sudah tua.

Sedangkan pria yang sedang menuruni tangga sekarang adalah Leo sepupunya.

Saat ini Devan terlihat mencari-cari sesuatu di lemari pakaiannya. Celana yang baru dibelinya beberapa hari lalu menghilang.

Mungkin ia salah menyimpannya?

.

.

Tak butuh beberapa menit, Devan keluar dengan celana selutut berwarna biru dongker dengan atasan yang berwarna senada. Menuju meja makan tempat Leo sepepunya sedang menyantap makanan buatannya.

Dahinya berkerut, ketika tidak mendapati gadis yang di carinya.

Pandangannya teralihkan dengan beberapa kantong plastik yang berhamburan dari lemari dapurnya tepat berada di atas westafel.

"Van, aku gak nyangka. Kamu sarapan dengan semua makanan ini?" ucap Leo tertawa renyah, mengambil beberapa makanan yang sepertinya sudah berkurang banyak.

Devan yang mendengarnya berbalik dan melihat makanan di atas meja.

"Bukannya kamu yang makan?"

"Lah, aku baru sampai. Kamu kira aku apa bisa makan secepat dan sebanyak itu," protes Leo sedikit  tidak jelas karena makanan yang sudah memenuhi mulutnya.

Mendengar jawaban sepupunya itu membuatnya tertegun sesaat. Beberapa hal terlintas di pikirannya.

Melihat kantong yang berceceran di lantai, makanan yang ia simpan di meja juga ikut berkurang, celananya yang tiba-tiba menghilang.

Mungkinkah ulah gadis itu?