Rafael tak habis pikir, kenapa hanny bisa merasakan hal seperti itu. Tak percaya padanya. Dia masih mencoba fokus didepan laptopnya. Melihat dan memeriksa beberapa pekerjaan kantor. Tapi otaknya penuh dengan hanny.
Apa bedanya sikap manis bohongnya dengan yang asli? Kenapa hanny bisa tau. Sepeka itu kah wanita hamil?
"Hai, kapan mau balik?"
Telpon rafael berdering. Rafael langsung mengangkatnya. Senyum rafael mereka. Dia menelpon, kekasihnya. Kekasihnya minta maaf dan menyesali perbuatannya.
"Secepatnya." kata sang kekasih dari sebrang telpon.
"Tapi maaf, karena ini aku harus menyewa hanny." kata rafael.
Hanny?
Sang kekasih bertanya-tanya soal hanny. Rafael pun menceritakannya sedetail mungkin. Rafael sangat mencintai wanita itu. Mereka sering bertengkar, diam, ldr, tapi kemudian balikan. Sekarang juga.
"Oh. Tidak apa-apa. Setelah itu kalian akan berpisah kan?" tanya sang wanita dari sebrang telpon lagi.
"Iya. Aku cuma cinta sama kamu."
"Sudah tau."
*
"Eghhh.."
Hanny sudah tidur pulas sejak tadi. Tapi tiba-tiba dia harus terbangun karena perutnya sakit. Hanny mencengkeram baju dibagian perutnya. Hanny merinsih dan mengeram sakit.
"Eghhh... Mamaaaa..." hanny berteriak sekuat yang dia bisa.
"Mamaaa... Hiks. Sakit.."
Hanny mulai menangis. Dia tau benar rasa apa ini? Sakit apa jika seperti ini. Dia belum melupakan rasanya.
"Mamaa... Hikss.." hannya benar-benar menangis. Dia tak mau kehilangan bayinya lagi.
"Mamaaaa..."
Mama rafael merasa tak karuan ketika di lantai bawah sedang menonton televisi gosip dispact.
Song song couple dikabarkan akan berpisah.
"Sayang banget, padahal suka banget sama pasangan ini. Cocok. Kayak rafael sama hanny. Ganteng dan cantik." kata mama rafael yang masih asik nonton televisi.
Tapi hatinya merasa tak tenang. Dia langsung ke kamar dan melihat hanny.
"Kok tiba-tiba perasaan gak enak ya." katanya sambil melangkah menaiki satu persatu anak tangga.
"Mamaaa..."
Mama rafael langsung panik mendengar teriakan hanny. Dia masuk ke kamar dan melihat hanny sudah meringkuk kesakitan memegangi perutnya.
"Sayang, kenapa?" panik mama rafael.
Mama rafael langsung menelpon dokter. Dokter hanya memberikan obat untuk pertolongan pertama, selebihnya dia memanggil ambulance, hanny harus rawat inap di rumah sakit, untuk pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan selanjutnya.
Dokter memasang selang infus ditangannya. Lalu menyunyikan obat disana.
Mama rafael terus mencoba menelpon rafael. Tapi tak diangkat.
*
"Gak lah, aku cuma gak mau bikin mama sedih. Habis selesai semuanya, aku ceraikan hanny dan kita menikah." kata rafael masih dalam telpon, panggilan suara.
"Aku bisa loh kasih kamu anak berapapun. Kasih cucu berapapun ke mama kamu. Aku tau aku salah ninggalin kamu, tapi bukannya lebih baik bayi hanny gak lahir?" kata kekasih rafael dari sana.
"Jangan lah, kasian mama. Aku gak mau rugi uang sama waktu. Gak papa, buat mama aku."
"Ok."
Panggilan telpon rafael selesai. Rafael baru melihat daftar panggilan yang tak terjawab dari sang mama. Dia langsung menelpon balik sang mama dan langsung menuju ke rumah sakit.
"Ma, kok bisa masuk rumah sakit lagi?" tanya rafael pada mamanya yang ada diluar. Mamanya sengaja menunggu rafael diluar untuk berbicara berdua.
"Sini." dengan kesal mama rafael menarik rafael.
"Kalau belum bisa cinta beneran sama hanny. Pura-pura. Pura-puranya yang bagus, akting yang bagus. Pura-pura cinta beneran sama hanny. Kamu mau buat mama kehilangan calon cucu mama lagi. Mama gak mau."
Plakk..
Dengan keras mama rafael memukul lengan kekar rafael. Rafael hanya mengusap-ngusap lengannya yang sedikit panas.
"Mama tau?"
Mereka ada diruangan yang cukup jauh dari ruang rawat hanny. Jadi walau berteriak harusnya hanny tak dengar. Lagi pula hanny masih dalam pengaruh obat dan istirahat diruangannya.
"Kei, balik?" tanya mama rafael.
Namanya keisya, kekasih rafael. Sudah dekat dengan mamanya. Wanita pertama yang rafael serius kenalkan pada keluarga. Tapi tak berjodoh menikah.
Hanny kedua yang mama dan keluarga rafael tau sebagai kekasih rafael setelah keisya.
"Dia cuma ngabatin kok ma, gak tau kapan ke indonya." rafael.
"Oh. Pokoknya kamu fokus sama hanny. Mama gak mau kehilangan bayi hanny lagi, raff. Udah kamu lupain keisya, kalau mau sesekali bantu, ya gak apa-apa. Mama juga kasihan sama dia yang sudah gak punya siapa-siapa." kata sang mama.
Rafael bertemu di sekolah dengan keisya. Sudah pacaran sejak sekolah, kuliah, hingga akhirnya keisya pergi untuk mengejar keinginannya. Traveling.
Lalu tiba-tiba dia kembali.
Rafael masih sangat menyayanginya. Walau terkesan menipunya dengan harta. Memanfaatkan rafael. Tapi rafael hanya butuh sedikit waktu untuk menerimanya.
"Kamu mau balik sama Keisya?"
"Boleh ma."
Plakk..
Mama rafael lagi-lagi menghujani rafael pukulan dilengannya.
"Gak lah. Gilak kamu ya. Udah, anggep kei kayak adik kamu. Rawat dia, kasih apa yang dia mau, uang kamu gak akan habis kan? Tapi jangan balik sama dia. Inget hanny."
"Udah, hanny aja. Dia sudah terlanjur hamil anak kamu. Udah lah, hanny aja. Kei gak apa-apa, tapi jangan dijadikan kekasih. Adik kamu aja."
"Nanti kalau dia mau pulang ke indo, kabarin mama. Soal hanny biar mama yang yakinin kamu nurut aja apa kata mama."
Mama rafael kembali ke ruangan rafael. Rafael pun mengikuti dari belakang. Rafael khawatir melihat hanny dengan selang infus dan pucat.
"Ma, kata dokter bayinya gimana?" tanya rafael.
"Untung gak apa-apa. Gak sampai pendarahan. Dokternya udah kasih obat penguat tadi."
Rafael lega mendengarnya. Rafael keluar untuk membelikan mamanya makanan dan minuman, juga buah untuk hanny nanti. Sementara mamanya mengambil ponsel dan mengabari papa rafael dan bisma. Takut mereka nyari dan khawatir.
"Ma.."
Hanny terbangun. Dia memanggil mama mertuanya dengan lemas.
"Sayangg.."
Mama rafael yang tadinya duduk disofa langsung mendekati hanny, menarik kursi dan duduk disamping hanny.
"Bayi hanny, gak apa-apa kan ma?" tanya hanny meraba perutnya.
"Jangan strez lagi ya sayang. Jangan banyak pikiran. Pikirkan semua hal yang positif. Bayi kamu sama rafael gak apa-apa kok kali ini." kata mama rafael mengusap kepala hanny dengan lembut.
Bayi hanny dengan rafael?
Hanny tak yakin, mendengar namanya saja hanny sudah merasa sakit hati ditipu dengan sikap manisnya. Rasanya sakit aja.
Beneran kerasa pura-pura tiap bersikap manis ke dia. Gak tau kenapa hati hanny seperti itu. Mungkin karena hanny sudah tau rafael sangat mencintai kekasihnya itu.
Yang dibicarakan datang. Rafael menaruh buah-buahan didekat meja. Dia melirik hanny. Hanny sempat meliriknya tapi langsung berpaling.
"Mama kasih tau semua. Kamu ngerasa rafael gak beneran sayang sama kamu kan? Makannya kamu kepikiran jado sakit perutnya?" tanya mama rafael melirik keduanya bergantian.
Rafael tak yakin, mamanya harus banget apa jujur soal keisya.