"Radevan Atmaja," panggil Nita berjalan lebih mendekat pada Devan dengan menyepatkan kakinya. "Jawab gue siapa yang bebasin lo? harusnya lo masih tidur dipenjara malam ini, dan lo udah benas dan bersenang-senang?" Devan memutar bola matanya malas.
"Gue orang kaya, gue bisa bebas kapan aja. Lo meragukan uang keluarga gue?" Devan menaik turunkan alisnya melirik meremehkan. "Cowok manja! Tahu gini, gue lebih baik suruh Argo buat hukum mati lo aja,"
"Enggak ada hukum pidana mati cuma gara-gara pemerkosa berencana?" Nita terdiam dengan mengeratkan kepalan tangannya. "Gue yakin 100% lo putus dari gue detik itu juga lo bodoh. Lo belum move on dari gue kan?" Devan berjalan mendekat pada Nita, dia memutarinya dan memperhatikan Nita sangat serius. "Satu kecupan?" Belum saja Nita menjawab Devan sudah menarih leher Nita cepat dan meletakan jari telunjuknya pada bibir Nita. "Disini,"
Dengan gerakan cepat Nita menjauh dari wajah Devan yang mulai mendekat, ada seseorang yang memukulnya cukup keras. Sudut bibir Devan membiru hampir pecah berdarah.
"Satu centi lagi lo memaksakan diri lo buat cium dia, lo habis ditangan gue," Argo menarik Nita agar berdiri dibelakangnya. "Kamu enggak apa-apa? apa aja yang si brengsek itu pegang dari kamu?" Dengan lembut juga Argo memeluk Nita dan mencium puncak kepalanya sangat lembut. Selanjutnya Argo letakan kepala Nita pada pelukan dalamnya dan Argo menumpukan dagunya pada puncak kepala Nita.
'Siapapun lo gue berterimakasih sama lo, berkat kebrengsekan lo gue bisa meluk Nita dan hampir sedekat ini yang enggak pernah gue pikirkan," gumam Argo meletakkan tangannya pada pinggang Nita, namun saat itu juga Nita tersadar dan menjauhkan tubuhnya dari Argo dan berjalan menjauh dari keduanya. "Sakit ternyata ditolak secara langsung,"
•••
"Bunda Aldi mau jalan sama Salsha, udah berapa kali Aldi bilang," kesal Adlisaat dirinya dikunci oleh bundanya karena tidak diperbolehkan keluar malam-malam. "Ini hukuman buat kamu yang selalu bikin masalah, itu mobil merah kenapa bisa remuk?"
"Itu cuma nabrak trotoar, Aldi gak sengaja nabrak," Aldi menjambak rambutnya Aldi menjambak rambutnya kesal. lBagaimana bisa mobil yang biasa dibawa balapan kemarin malam justru menabrak tiang listrik dan Aldi kalah taruhan, mobilnya ketauan rusak parah dan ayahnya memarahinya. Buruk sekali hari ini untuk Aldi.
"Satu kali lagi kamu bohongin bunda, bunsa akan setujuin saran ayah pindahin kamu sekolah di Belanda!" Tidak ada lagi suara Aldi yang membantah, dia memerosotkan tubuhnya didekat pintu kamar menyandarkan pada tembok.
Tiba-tiba saja Aldi merasakan pernafasannya sedikit terganggu, seperti ada yang menekan jakunnya masuk secara paksa membuatnya tidak bisa bernafas dengan benar.
"Enghh bun," Ditengah deru nafasnya yang berat Aldi mengetuk pintu kamarnya, telinganya mendengar bundanya yang terus mengomel membuat kepalanya ikut berputar.
"Bunda tau kamu ikut balapan liarkan? Bunda tahu kamu nabrak tiang listrik karena rem kamu bermasalah, untung aja kamu enggak celaka Aldi. Bunda khawatir sama kamu, kamu jadi anak kalau dikhawatirin harusnya jangan bandel,"
"Uhukk.. uhkuh... uhukhh.. enghh," Dikamar Aldi masih terus berusaha memberitahu keadaannya pada bundanya, Aldi sudah mulai terbatuk tiba-tiba entah kenapa. Dadanya terasa terhimpit sesuatu, Aldi terus mengambil nafasnya dari mulut dan sesekali mengambil nafas dari hidung yang terlihat tidak bisa bernafas. "Aahhnngg bhunn.. ngghh.. sakk,, ithhh," Aldi terus memukul mukul dadanya sendiri untuk sedikit mengurangi rasa sesak didadanya.
Dia terus merangkak dengan sesekali mengeluh sakit dan terbatuk batuk, Aldi terus menyeret tubuhnya mendekat pada meja dekat ranjangnya untuk mengambil botol bening kecil tempat biasa dia meminum pil kecil berdosis tinggi itu. Baru saja mengambil botol kecil miliknya, Aldi terus meremas kencang botol obat itu dan tangan yang satunya mulai mengambil gelas minumnya. TGelas itu terjatuh cukup keras dan satu pecahan beling itu mengenai satu tangannya. "Engghh... eng nggakkhhh," Aldi terus meremas botol obat miliknya mulai lemas dilantai kamarnya.
"Sayang," Bunda berlari mendekat pada Aldi sudah bampir kehilangan kesadarannya. "Sayang, kamu kenapa?" Tanpa Aldi sadari kesadaran Aldi mulai menang melawannya. Aldi ditarik paksa dan pingsan saat itu juga. Bunda benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya.
"Aldi kenapa bibir kamu pucet banget gini," Bunda terus memeluk kepala Aldi dan menepuk pelan kedua pipinya berharap Aldi membuka sedikit matanya. Nafasnya masih ada, namun kesadarannya sudah hilang.
•••
"Ketemu lagi kita cantik," Seseoeang itu mengarahkan asap rokok dari mulutnya pada wajah Salsha sangat banyak. "Maaf, gue enggak nyaman sama asap rokok," Salsha berjalan menjauh dari cowok tadi membuat jarak.
Sesekrang itu membuka kacamata hitam yang dikenakamnya, mata hazel, mihat Salsha dengan tajam dan masih sama. Jangan lupakan hidung mancung itu juga yang membuat Salsha sangat takut. "Gue tahu," Cowok itu membuka penutup kepala yang tersambung dengan jaket hitamnya. Terlihat jelas goresan disebagian kening itu, dan cowok tadi mendekat dengan terkekeh.
"Aldi enggak akan datang, lo pergi aja sama gue. Kita buat kenangan yang sama seperti apa yang hampir kita buat tapi gagal," Devan menarik tangan Salsha lembut sekali, namun setelahnya Devan menabrakan tubuh Salsha dengannya sampai Salsha terkejut.
"Semua punya, masih sama,"" Salsha menahan suaranya saat tangan Devan sudah memegang dadanya dengan lembut juga Devan meremasnya. "Mmm," Devan tersenyum senang saat tidak bisa menahan tangisnya. Dengan kurang ajarnya lagi Devan kembali memasukan satu tangannya lagi hanya untuk merusak kemeja Salsha. "Terus lah mendesah sayang," Salsha menangis saat itu juga.
"Devan, stop," lirih Salsha dengan suara lirihnya. Ini namanya pelecehan terang-terangan. "Seperti biasa, wangi lo selalu buat gue candu," Devan tersenyum miring, dia kembali mencium kecil leher Salsha yang basah
"Lepasin," rengek Salsha saat benar-benar tidak bisa melakukan apapun. "Ayo bersenang senang," ajak Devan yang menarik tangannya dari kemeja Salsha. "Devan, enggak. Gue enggak mau,"
"Turuti gue atau lo enggak bisa lihat hari besok karena kecerobohan lo sendiri,"
Drop. Terkadang, masalalu terlihat sangat buruk, untuk diperbaiki dan untuk melupakannya sangat sulit. Seperti terngiang-ngiang dikepala, memaksa tetap diingat dan tinggal, itu sakit.