webnovel

collapse Judgement | Bahasa Indonesia

dunia yang sudah mengalami korosi/collapse karena suatu yang begitu misterius akankah dunia pantas memiliki harapan dan penyelamat bumi.

DragonTypestar · 武侠
分數不夠
6 Chs

Chapter 2 - Pertarungan Pertama

seluruh latihan kali ini cukup ketat, benar-benar mereka semua tertekan. seluruh prajurit lain sudah mulai menyerah dan mengajukan pengunduran diri sebagian lagi masih bertahan.

prajurit tersisa di khususkan bisa terlatih dalam menghadapi monster buas emperor dan the founding. sedikit nya prajurit laki-laki, sisanya Valkries yang memiliki adaptasi energi Ether begitu stabil agar bisa bertarung demi umat manusia.

sesuai prediksi mereka semua tidak memiliki harapan hidup, rata-rata menjadi prajurit benar-benar memiliki tujuan hidup di dunia.

sosok komandan yang berada di aura cukup tegas dalam melatih seluruh prajurit, tidak ada satupun benar-benar mengeluh sedikitpun karena mental mereka benar-benar cukup kosong.

KEESOKAN HARINYA

matahari sudah terbit dari arah timur, seluruh masyarakat kelas atas sudah ada yang melakukan aktivitas mereka di pagi yang cukup cerah. masyarakat kelas atas memiliki jadwal padat, banyaknya orang-orang berangkat kerja di kantor atau buruh pabrik.

sangat mengherankan kelas atas lebih memilih bekerja daripada harus bertarung di luar benteng pertahanan, kemungkinan untuk selamat menjadi prajurit sangatlah kecil dan banyak masyarakat mempunyai mental lemah menjadi prajurit.

seluruh prajurit mulai terbangun menjalani aktivitas kali ini. kabarnya komandan yang berada di pelatihan belum muncul sama sekali, cukup sangat jarang sekali komandan tidak berada di pos komando nya biasanya membentak seluruh prajurit agar bergegas olagraga.

prajurit yang lain sudah biasa tanpa perlu di bentak mereka cukup berolagraga di pagi hari, keadaan aura sangatlah ramai tidak terlalu untuk melihat banyaknya prajurit lain latihan/olagraga. Aku melihat seorang pria di penuhi banyaknya wanita tetap ketidakpedulianku kepada mereka hanya bisa berlatih dengan pedang di pinggang sebelah kanan.

karena begitu fokus mengayungkan pedang dari pagi sampai sore membuatku tidak sadar dan fokus, waktu terus berjalan sampai melupakan sesuatu yang begitu penting hanya demi berlatih menjadi seorang prajurit.

sudah kulakukan untuk menjadi prajurit, tidak ada satupun menghampiriku sama sekali sesaat berlatih pedang. makanan yang sudah ku siapkan dari pagi sampai sore belum kumakan.

seketika sebuah suara dari speaker aura tiba-tiba tendengar sebuah peringatan untuk evakuasi.

"segera evakuasi warga sekitar."

"segera evakuasi warga sekitar."

perisai tersebut mulai melindungi benteng pertahanan melindungi beberapa wilayah dari distrik Chongqing, Chengdu dan Xi'an kecuali Distrik Henan, Nanjing dan Jianxi yang keberadaan hanya berada di perbatasan kelas bawah, perisai pertahanan di aktifkan segera dan mengamankan segera warga sipil ke tempat pengunsian.

monster buas emperor seketika menyerang dari arah barat daya dan memiliki ukuran yang cukup besar seukuran gunung.

prajurit yang sudah berkumpul menuju area aura, pelatihanku masih belum siap masih banyak yang harus kuayungkan beberapa gerakan pedang.

RUANGAN AURA

seluruh aura sudah banyaknya prajurit berkumpul dan berbaris, sekaligus seluruh komandan benar-benar lengkap di depan.

setelah semua nya berkumpul di aura, komandan yang terlihat gagah maju kedepan. ia mengatakan sesuatu sebelum bertempur dan menjelaskan sesuatu keadaan saat ini.

komandan barusan membicarakan situasi bumi saat ini, keadaan sekarang tidak bisa seperti dulu selain dataran china mainland atau jepang, sekitaran bumi 80% hancur hingga tidak bisa di huni. perkirakan umat manusia selamat bencana ini sangatlah tinggii sudah ada banyaknya para valkries berjuang mati-matian demi umat manusia hasilnya tidaklah berguna.

seluruh wilayah bumi sudah di kuasai oleh para monster, tidak ada harapan bagi manusia untuk menang. tuhan sudah menghukum manusia dan Pemerintah dunia sudah menciptakan teknologi efisien demi umat manusia.

komandan barusan mengangkat tangannya sambil mengengam erat-erat sambil berteriak sekencang-kencangnya di depan seluruh prajurit, prajurit lain ikutan berteriak dan bersemangat demi umat manusia, aura yang berkibar dan membara di hati para prajurit.

seluruh prajurit di aura semuanya bubar dan mempersiapkan persenjataan mereka masing-masing.

rupanya hanya aku saja tidak mempunyai senjata, hanya memegang senjata pedang kayu sepertinya tidaklah cocok bagiku melawan monster buas dengan senjata latihan seperti ini.

PENYIMPANAN SENJATA

sesaat berjalan di lorong tanpa sadar, seketika sesuatu mulai mengikutiku, sepertinya hanya perasaan paranoidku saja, setelah aku sudah berada di depan pintu ruangan penyimpanan senjata.

tanpa sadar diriku di kagetkan oleh sesuatu dari belakang, sesaat berbarik arah ternyata hanya gadis biasa yang sudah berada di belakangku.

gadis tersebut membuatku kaget, ia pun tertawa melihatku begitu kaget saat di sapa nya.

melihat gadis di depan pelawakannya dari kaki sampai wajahnya rupanya ia begitu cantik sekaligus dada yang menonjolnya begitu besar membuat mataku hampir ternoda melihatnya.

serontak Gadis tersebut mendekat ke arah wajahku sambil berbincang, sambil memiringkan wajahnya dengan ekspresi bingung.

"kenapa kamu berada di depan ruangan penyimpanan."

Karena begitu panik dan gugup, membuatku tidak bisa fokus dengan gadis di depanku, sesaat tubuhku terdiam sejenak layaknya es yang membeku.

"kenapa kamu diam saja."

"apa kamu sakit?"

sudah cukup jarang mengobrol sesama jenis seperti gadis di depanku, sampai kapanpun godaan ini terus menerus akan membunuh ku. gadis yang memiliki aroma yang begitu enak dan dada yang bergoyang-goyang.

"kau terlihat gugup melihatku, apa aku terlalu seram bagimu?"

gadis tersebut begitu khawatir terhadapku, mungkin ini bisa dinamakan phobia sosial yang bisa di katakan aku belum pandai berbicara terhadap orang lain dengan lancar apalagi berbicara dengan lawan jenis.

sesaat dada nya mulai mendekat kearahku sampai-sampai membuatku tidak bisa fokus kepadanya, wajahnya begitu khawatir padaku sangatlah jarang ada yang memperhatikanku.

"sepertinya wajahmu memerah, apakah kamu benar-benar sakit?."

tanpa sepatah katapun, hanya bisa mengangguk-anggukan kepala.

pikiranku benar-benar kacau susah untuk berbincang dengan gadis di depanku, topik untuk di bicarakan sulit kukeluarkan dengan kata-kata, keberanian hanya bisa mendorongku memaksakan berbincang kepadanya.

"a..... ak..... aku.... ha.... nya in... gin.. menga… mbil…. Sesu… atu... sa... ja.. kok...".

daya tarikku untuk berbicara sepertinya harus benar-benar terbiasa, sangatlah jarang aku benar-benar gagap di depan gadis.

Wajah gadis tersebut benar-benar sedikit tertawa melihatku, ia memandangku dengan senyuman manis di raut wajahnya.

"kamu benar-benar lucu juga, yah"

"hah, kalau kamu ingin senjata bisa ikut aku."

senyuman gadis membuatku tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi, seberapa manis dan secantik dirinya. senyuman di wajahnya sekali lagi tidak bisa membuatku bergerak sama sekali hanya bisa terdiam seperti patung.

aku merasa merinding harus berkontak langsung kepadanya, sangatlah jarang sekali mengobrol dengan gadis di depanku.

tanpa ada peringatan apapun, gadis tersebut menarik tanganku cukup lembut membuatku merinding bertapa lembutnya tangannya.

"kalau kamu ingin senjata, sini ikut aku."

tanganku merasakan kelembutan dari tangan miliknya, selama hidup belum ada satupun bisa kurasakan selama 14 tahun, tangannya benar-benar bisa kurasakan seperti kelembutan bulu kucing.

BEBERAPA MENIT KEMUDIAN

ia menarik tanganku erat-erat seperti membawa ku ke tempat mencurigakan, sudah kuduga gadis tersebut membawa ke tempat blacksmit dari tanda logonya.

ruangan ini begitu asing bagiku ada banyaknya senjata yang di pajang seperti pedang, pistol, panah dan beberapa armor pelindung di sebelah kanan.

"paman, aku ada tamu untukmu."

gadis di depan melepaskan peregangan tanganku, seketika seseorang mulai datang menghampiri kami berdua.

paman tersebut benar-benar menakutkan dari raut wajahnya, tubuhnya benar-benar berotot sekaligus bertelanjang dada hanya memakai celana panjang jeans.

"ada apa, natasha."

"ini ada yang ingin bertemu denganmu." kata nastasha melepaskan perengangan tanganku.

paman tersebut menghampiriku dengan tatapan mengerikan, keengerikannya membuatku benar-benar takut di bunuh olehnya.

"kamu benar-benar mencurigakan."

"siapa namamu?"

dirinya mempertanyakan namaku dan aku hanya bisa menjawab namaku saja dengan ekspresi gugup di sekelujur tubuhku.

"Namaku Akio Graham."

paman barusan menepuk pundakku dan mengatakan sesuatu.

"jangan terlalu gugup, anggap saja blacksmit ini sebagai tempat kerja kamu."

karena terlalu gugup membuatku hanya menganguk-angukan kepala saja, paman tersebut meninggalkanku dan melanjutkan pekerjaannya sebagai penempah senjata.

paman tersebut menoleh ke natasha sambil mengatakan sesuatu padanya.

"natasha, bisakah kamu ambil material di dalam gudang."

"baik, paman."

penasaranku cukup tinggi mencoba menghampiri paman berotot barusan yang sedang sibuk menempah senjata, membuatnya menyadari keberadaanku.

"kalau ingin senjata, maaf sekali tidak ada senjata yang cocok bagimu."

"...."

tanpa sepatahpun paman barusan mengatakan sebelum kukatakan keinginanku, karena begitu penasaran aku mengambil senjata yang di pajang dengan corak berbentuk aneh yang menyala terang, sesaat mengambilnya pedang tersebut seperti menghisap sesuatu padaku.

pedang ini begitu berbahaya tapi tidak melukai ku sama sekali, karena penasaran cukup tinggi dan paman tersebut tidak menjelaskannya hanya bisa mengambil resiko begitu berbahaya membuatku harus mengayungkan pedang saat kuayungkan pedang tersebut armor di depanku terbelah menjadi dua, paman berotot sempat menoleh karena melihat armor yang sudah ia buat secara reflek menghampiri dan menoleh kearahku sambil memakai pedang yang bersinar terang.

paman itu tidak menjawabnya sama sekali ia benar-benar panik, sesaat melihat pedang yang sudah kupegang barusan tubuhnya terasa keringat dingin.

"..."

"ada apa ini?" tanya natasha dengan ekspresi panik dan khawatirnya.

paman tersebut benar-benar merapikan armor yang sudah kuayungkan barusan dan tidak mengatakan padaku sepatah katapun, natasha menghampiriku dengan ekspresi paniknya.

"ada apa akio."

"aku tidak tahu, cuman karena memegang pedang ini raut wajah paman berubah."

"pedang itu." kata natasha melirik pedang yang kupegang.

"..."

"maaf, sebenarnya aku akan menjelaskannya padamu mengenai pedang ini."

"pedang ini konon tidak dibolehkan oleh para valkries sudah ada banyaknya korban jiwa berjatuhan kerena pedang yang kamu pegang."

"maksudmu, pedang ini berbahaya kenapa tidak di segel saja." kata ku karena penasaran.

"jujur saja, pamanku sudah berkali-kali menyegel pedang ini tapi pedang ini kembali ke tempat semula dan pedang ini juga sedang menunggu tuannya yang memegangnya."

aku tidak mempunyai maksud dari perkataan natasha barusan, pedang ini benar-benar berbahaya kalau ada yang memegangnya akan memiliki resiko yang di pegangnya akan merasakan rasa sakit yang harus di terima. perasaanku terhadap pedang ini dan ketidakpedulianku benar-benar hanya ingin memegang pedang ini untuk bertarung melawan monster buas emperor.

dunia ini sudah hampir rusak dan umat manusia masih berjuang demi mempertahankan kebahagiaan mereka, oleh karena diriku meninggalkan blacksmith sambil membawa pedang yang kubawa dan menaruhnya di pinggang.

natasha mencegatku mengambil senjata tersebut, karena aku hanya bisa mengabaikannya ia pun memegang tanganku sambil menangis kepadaku untuk tidak membawa pedang kematian.

"kumohon, jangan membawa pedang ini."

"aku tidak mau kamu mati."

"maaf natasha, sebagai prajurit aku hanya ingin menggunakannya untuk bertarung." kataku melepaskan tangan natasha dan meninggalkan blacksmith.

natasha dengan ekspresi sedih, ia berencana ingin mengejarku benar-benar dirinya tidak sempat bisa mengejarnya sampai menuju gerbang, aku yang masih berjalan keluar mendengarkan teriakan natasha.

"akio, A..Aku tidak mau kamu mati."

"Aku mencintaimu."

"Akio Bodoh."

karena ketidakpedulianku hanya bisa terdiam saja, ia sempat di hampiri oleh pamannya sendiri untuk menenangkan dirinya sejenak.

pedang besar tersebut memancarkan cahaya setelah aku tidak menyadarinya, sesaat berada di area luar benteng pertahanan, sesaat tiba waktunya monster buas emperor menyadari keberadaanku tanpa sedikit peringatakan sedikitpun, kutebas mereka dengan sebuah pedang

BEBERAPA MENIT KEMUDIAN

Monster buas emperor sudah bergerombalan datang kepadaku, semangat berapi-api mulai berkobar di dalam hati yang terbakar sepertinya melawan mereka tidak ada apa-apa nya.

kecepatanku disaat memegang pedang dari pinggang mulai menyerang mereka dengan begitu cekatan dan membunuh 1 monster, tebasan pedangku benar-benar mengenai satu monster hasratku untuk membunuh mereka masih belum terpenuhi, waktunya berpesta.

pakaianku benar-benar aneh sekarang hanya memakai kaos oblong, sepertinya bertarung di luar dengan berpakaian seperti ini cukup mencurigakan bagiku.

satu tebasan saja belum bisa menebas tubuh monster barusan sepertinya harus tiga tebasan untuk bisa mengalahkan para monster dan menghindari serangannya. latihanku benar-benar tidak sia-sia melawan mereka, pertarunganku melawan takdir sepertinya seru untuk kunantikan.

aku hampir lengah, jika tidak diriku akan kalah secara mendadak semua instingku benar-benar tinggi dan masih belum bisa mengalahkan semua seluruh monster di sekitar sangatlah susah menyerang dan menghindari serangan monster tersebut, tanpa kepikiran apapun aku bergerak dengan kecepatan begitu cepat lalu menebas monster tersebut dan mencabik-cabik nya tak tersisa.

kamera drone merekam pertarunganku barusan di saat aku tidak menyadari keberadaan drone di atas, sesuatu terjadi di benteng pertahanan dan drone itu pastinya bukanlah milik benteng pertahanan melainkan milik seseorang yang mengawasiku dari jarah yang begitu jauh.

pernafasanku sudah tidak bisa bertahan lagi, seketika bala bantuan mulai datang di mulai dari robot mecha dan para valkries, mereka semua datang tepat pada waktunya sebelum diriku hampir tewas terbunuh oleh para monster.

valkries barusan menebas serangan ke arah monster buas, seluruh para gadis membantuku melawan para monster dan gadis berambut biru menghampiri ku sekaligus mengecek keadaan tubuhku. tubuh gadis valkries nya benar-benar lembut dan wajahnya begitu cantik mengapa pikiranku memikirkan hal semesum ini.

gadis berambut pink dan memiliki wajah yang begitu cantik memeriksaku dengan ekspresi khawatir mengatakan sesuatu sambil memeriksa keadaan tubuhku.

"kenapa kamu senekat ini bertarung melawan para monster."

"maaf, kalau aku merepotkanmu."

"aku jarang sekali laki-laki bertarung, sudah beberapa kali teman-temanku mati di depanku." gadis tersebut menangis sambil memeriksa tubuhku.

"kamu tidak perlu menangis, aku benar-benar baik-baik saja."

tangisan gadis barusan membuatku sadar, mereka semua selalu khawatir jika ada korban jiwa yang akan berjatuhan, pertarungan dengan para monster sepertinya membuat perasaan para valkries satu ini benar-benar membuatku terharu, sangatlah jarang hatiku terbuka kepada mereka.

gadis barusan sudah memeriksa tubuhku, dan ia benar-benar cukup mencengangkan dan keheranan melihat kondisi tubuhku.

"ada apa?"

"kenapa kamu tidak terkena korosi saat bertarung melawan monster buas."

"aku tidak tahu." aku hanya memaringkan wajahku kepada gadis yang sudah memeriksaku barusan.

gadis tersebut tersenyum dan benar-benar senang melihatku masih hidup tanpa korosi sedikitpun, ia membawaku mundur dari pertempuran karena pertempuran masih berlanjut membuatku menolah untuk mundur.

ia benar-benar khawatir terhadapku, jika saja aku mati karena terbunuh pastinya ia akan menyalahkan dirinya sendiri, prinsip memang tidak peduli sama sekali dengan tujuan hidupku terasa seperti hampa bahwasanya tidak bertarung melawan mereka. aku berdiri tegak dan memegang pedang yang tergeletak di tanah untukku mengambilnya lalu maju bertarung melawan para monster, tetapi langkaku di cegat oleh gadis yang bersamaku barusan.

dirinya memegang tangan kananku yang sedang memegang pedang, ekspresi sudah menandakan dirinya begitu khawatir dan panik kalau seseorang yang ia selamatkan mati karenanya. aku hanya melepaskan perengangan tangannya dan maju kedepan untuk bertarung.

gadis tersebut benar-benar memelukku, sangatlah jarang ada yang memelukku sambil menangis.

"jangan, jangan pergi, aku tidak mau kamu mati di tangan para monster."

"..."

"aku sudah kehilangan teman-temanku dan semua yang kusentuh mati, aku tidak mau kehilangan satu orang lagi."

"kenapa kamu benar-benar ingin mencegatku bertarung melawan para monster." kata ku sambil menoleh kearah gadis yang sudah memelukku di belakang.

"pokoknya jangan."

melihatnya memelukku, diriku teringat sesuatu terhadap gadis yang berada di blacksmith sepertinya sifatnya sama seperti gadis ini, tapi ingin mengancamnya sayang sekali mengancamnya seperti berperilaku iblis yang sesungguhnya, jarang sekali perasaan di hatiku terdalam tidak merasakan pelukan cewek.

feeling mulai aktif ada seseorang menghampiri kami berdua, instingku tidak pernah salah seorang yang datang menghampiri kami berdua.

"Hebat, hebat, Hebat, aku sudah lama tidak melihat ada laki-laki special sepertimu." kata nya sambil bertepuk tangan.

"siapa kamu?"

"siapa aku, itu tidaklah penting."

kecurigaanku terhadap orang ini cukup misterius bagiku, motif dan tujuannya seperti ingin melakukan hal yang tidak kuinginkan. gadis tersebut melepas pelukannya dariku, kesempatanku untuk kabur menuju ke medan pertempuran. di saat melangka sedetik apapun, pria tersebut mengetahui gerak-gerik pergerakanku, karena begitu kesal tanpa rencana apapun mulai menyerang dengan pedang milikku, seketika pria tersebut menangkis serangan ku barusan

"siapa kamu? kenapa kamu bisa menangkis seranganku."

"Sudah kubilang, Nama tidaklah penting di dunia yang hancur ini." pria tersebut sedikit tersenyum.

karena begitu panik, aku memberikan serangan beruntun kepada pria tersebut tapi seranganku benar-benar di tangkis olehnya, tidak pilihan lain lagi selain menggunakan bela diri yang sudah kulatih sebelumnya.

pertarunganku di saksikan oleh gadis berambut pink, gadis tersebut memandangku dengan tatapan khawatir.

bela diriku yang sudah kuasah masih belum seberapa untuk melawan pria yang kulawan sudah beberapa kali harus bertahan melawannya, stamina ku masih cukup banyak. pria itu melakukan bela diri sampai kutangkis serangan bela diri tersebut tanpa kuketahui sebelumnya, ia benar-benar cepat sampai mengenaiku dan membuatku terpental cukup jauh.

serangannya benar-benar membuatku muntah darah, jarang sekali aku di kalahkan seperti ini, kemampuanku masih belum seberapa dengan orang ini.

"kamu tidak akan bisa melawanku."

"huff, huff, huff" nafas ku benar-benar terengah-engah.

gadis berambut pirang menghampiri ku dan mencoba menyembuhkanku dengan kekuatannya.

"apakah kamu baik-baik saja?"

"itu tidak masalah bag...." kata-kataku terpotong sesaat darah muncrat keluar dari mulutku.

"kamu jangan bergerak dulu, aku sembuhkan." gadis tersebut memeriksa keadaanku

gadis berambut pirang benar-benar khawatir padaku, walau tidak terlalu kenal sepertinya ia sudah menyelamat nyawaku.

"namamu siapa?"

"Namaku Lucia."

"nama yang begitu cantik." kata ku sambil tersenyum kepadanya.

lucia mulai memerah di wajahnya saat kupuji namanya sambil menyembuhkan diriku.

"namaku akio, salam kenal."

"A..Akio."

"Hah, Akio -kun." lucia memberikan senyuman balik kepadaku dengan cukup manis.

pria barusan menghampiri kami berdua dan mencoba mengobrol sembari duduk di sebuah batu.

"pertarungan ini benar-benar cukup menengangkan, kan."

"apa maksudmu?" tanya ku dengan mengerutkan dahi.

"aku benar-benar apresiasi kepadamu, sebagai ganti mau kah kamu bersekolah di sekolah akademi gakuen."

"Akademi Gakuen?."

"Akademi Yang melatih para valkries." lucia menjelaskannya kepada akio.

"betul sekali lucia pantas aja kamu menjadi siswi terpintar di akademi gakuen."

aku tidak mau." kata ku mengelengkan kepala.

"kalau itu maumu, kamu bisa berlatih di akademi gakuen tanpa harus bersekolah di sana."

karena ingin menjadi kuat dan menjadi sesosok prajurit yang sudah kuimpikan sesudah berada di benteng pertahanan, sepertinya keputusan untuk berlatih di akademi gakuen tidaklah buruk bagiku.

"aku terima tawaranmu."

"baiklah, setelah kamu sembuh ikut aku ke pelabuhan china dan kamu lucia sekalian ikut juga."

"baik, pak."

pria tersebut beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kami berdua.

BEBERAPA JAM KEMUDIAN

perjalanan kali ini harus kujalani, momen seperti ini paling tidak kusuka hanya saja melakukan perjalanan hanya menggunakan mobil bukanlah jalan kaki karena perjalanan kali ini begitu panjang.

setelah kami bertiga selesai melakukan perjalanan panjang sudah ada banyaknya pengemis jalanan, bangunan cukup kumuh, wanita dan sepasang pria ingin melakukan hubungan seks di tempat umum, benar-benar kali pertama melihat wilayah seperti ini. perjalanan kali ini sangatlah panjang sampai menuju pelabuhan sebelum itu, tidaklah mengherankan orang yang bersamaku sempat memukul anak kecil dan Lucia mengabaikannya sepertinya ini termasuk tidaklah lazim bagi manusia hanya karena menghalangi jalan kami bertiga.

moralitas manusia tidaklah berguna di kelas bawah, masyarakat kelas bawah memandang kami berdua yang berasal dari kelas atas seperti musuh mereka.

diskriminasi, rasisme dan pelecehan seksual sudah biasa di tempat seperti ini, semua moralitas terkumpul disini. aku benar-benar ingin melarang pria yang bersamaku untuk tidak mendiskriminasikan tapi itu sangatlah mustahil.

warga kelas bawah terus memandang kami bertiga, sepertinya mereka memendam kebencian di mata mereka.

KERETA BAWAH TANAH

pria misterius barusan membawaku ke tempat yang begitu aneh.

dia ingin membawaku kemana.

sudah ada banyaknya orang-orang di kereta sampai harus berdesak-desakan karena mereka habis pulang dari kerja, seorang nenek di kereta karena nenek tersebut berencana mencari tempat duduk tanpa sadar seseorang mendorongnya sampai jatuh. sifat manusia sudah berubah drastis mereka sudah tidak peduli dengan orang yang begitu tua.

sifatku ingin memukul orang barusan sepertinya akan membuat kegaduhan lebih baik diam daripada harus membuat kegaduhan dan menjadi pusat perhatian.

nenek barusan sudah kubantu duduk di tempatku daripada harus berdiri, nenek tersebut senang karena jarang sekali ada anak muda begitu sopan pada orang tua.

sesuatu seperti ada yang menganggu pikiranku, seorang anak yang berdiri seperti menunggu sesuatu, anak tersebut seperti membawa boneka teddy bear dan memasang muka lesu tanpa sadar seorang pria berambut putih menghampirinya dengan memakai jubah. pria tersebut mengelus kepalanya.

sebelum kereta berangkat, pria tersebut sempat menoleh kearahku sambil mengatakan sesuatu yang tidak begitu jelas. aku tidak tahu pastinya dia bukanlah orang baik.

....BERSAMBUNG....