💫 Circumpolar 💫
Dalam gurat jingga menyesakkan
Dalam gurat jingga penuh makna
Aku mengerti...
Bahwa kelam tak selalu menyakiti
Dan terang tak selalu menyenangkan
Aku butuh gelap untuk mengerti semua
Dan senja menarikkannya untukku
Membuatku tenggelam dalam kelam tak bersudut
Aku butuh hitam untuk membuka topengku
Melepas semua tawa tak berarti yang sebagian besar adalah kepura-puraan...
Menyudahi semua drama yang kureka sendiri
Dan senja membawakannya padaku
Membuatku tenang dalam dekapan malam
Jika suatu hal memintaku untuk terbit, aku akan selalu terbit. Namun, jika suatu hal memintaku untuk terbenam, aku akan selalu terbenam. Terbit dan terbenam dari horizon mereka menurut artianku sendiri~M.A
***
Author
"Gue gak mau, Dik!" ucap Ero dengan setengah kesabarannya.
"Gak ada lagi, Ro! Cuma lo. Tolong, kelas kita butuh lo. Lo kan kemaren ikut," Dika masih bersikeras pada keinginannya.
"Lo kan tau gue ini pendek! Mana bisa ikut defille? Nggak!"
Dika menghembuskan napasnya kesal. Tak tau harus berkata apa lagi demi membujuk gadis di depannya itu.
"Dik, kita defille jadi tah yang mau pake celana?" tanya Citra yang tiba-tiba saja muncul di samping Dika, menambah kerumitan yang menyelimuti pikiran Dika.
"Lo ada tapi kan celananya? Lo sadar kan kelas kita defillenya cewek semua, cuman lo satu cowoknya," cerocos Citra.
"Iya, Cit! Jadi," jawab Dika seadanya.
"Tuh kan! Pake celana segala. Gue gak punya kenalan yang punya celana yang sekiranya cukup sama gue! Gue gak punya dan gue gak mau pusing-pusing cari!" balas gadis pemilik netra abu-abu itu yang langsung beranjak meninggalkan Dika.
"Gue bakal cariin, Ro!" teriak Dika. Gadis itu berhenti sejenak, menoleh ke belakang tanpa memutar tubuhnya sedikit pun.
"Lo gak usah repot-repot cariin gue celana! Gue gak bakal ikut karena lo gak bakal nemuin celana seukuran tubuh gue!"
"Kalo gue dapet lo bakal ikut?"
"Iya. Tapi... "
"Tapi apa?"
"Tapi batas lo cari celana cuman sampe nanti malem!" ucap Ero dan langsung meninggalkan kelas.
***
"Lah? Kok ada lo di sini?" tanya gadis yang baru saja memasuki kamarnya dengan kening berkerut saat menyadari kehadiran sahabatnya di ruangan itu.
"Kenapa? Kalo gak diterima mending gue pulang aja dah,"
"Yah, yah gak gitu, Dah. Maksud gue barusan gue kaget. Lo kapan balik dari Bangkok? Kok gak ngabarin gue sih? Kan gue bisa jemput lo di bandara. Berapa lama di sini? Nginep kan malem ini?" Semua pertanyaan yang ada di benaknya tak dapat gadis itu tahan.
"Lo ya, gak bisa apa berubah dikit? Nanya itu satu-satu. Kan gue jadi bingung mau jawab yang mana," ucapnya sambil mencubiti pipi gadis dengan netra abu-abu itu. Ia meringis kesakitan walau sebenarnya cubitan Indah terasa lebih lembut.
"Gue pulang tadi siang. Ini langsung ke rumah lo. Ya, gue nginep malem ini. Tapi gak tau sampe kapan, gue gak balik ke Bangkok, gue resmi tinggal di sini. Mungkin gue nginep rumah lo sampe rumah di depan ini resmi jadi rumah bokap gue," jelas gadis bernama Indah itu tanpa sedetik pun melepaskan tangannya dari pipi Ero.
"Hah? Maksud lo? Lo pindah?" Wajah berbinar muncul begitu saja dari raut wajah gadis pemilik ruangan itu. Entah setan apa yang merasukinya saat menyadari sahabatnya yang sangat ia rindukan kini kembali dan memilih tinggal bersamanya. Entah kebahagiaan apa yang sedang Tuhan berikan kepadanya.
Nada dering ponsel membuat gadis yang sedang berbahagia itu reflek merogoh tas punggung yang sedari tadi ia abaikan semenjak melihat kehadiran Indah di kamarnya.
"Halo, apa Dik?"
"Gue nemu celananya!"
"Lah terus?"
"Lo mau kan ikut defille? Kan gue sudah tepatin janji gue!"
"Iya dah terserah lo. Udah ya," gadis itu langsung menutup telfon dari Dika hanya untuk melanjutkan cerita bersama Indah. Ia tak peduli Dika benar-benar menemukan celana itu atau bagaimana, ia juga tak peduli nanti seberapa sulitkah Dika mengajarinya, yang ia tau adalah ia mengikuti defille bukan karena keinginannya.
"Siapa?" tanya Indah sesaat gadis dihadapannya itu meletakkan ponselnya di nakas.
"Temen gue,"
"Oh, lo sibuk?" tanyanya.
"Nggak, ya kapan gue sibuk kalo ada lo di sini?" ucap gadis berambut coklat kehitaman itu sedikit menggoda.
.
.
.
.
.
.
Hai hai hai. Ketemu lagi dengan penulis amatiran ini. Untuk awal ceritanya segini aja dulu ya, maaf kalau kurang memuaskan. Di next part berusaha lebih baik kok. Tunggu aja. Ditunggu juga vommentnya ya😘