Dengan terpaksa Gary melangkah masuk ke dalam kamarnya, namun istrinya tidak ada di sana.
Sempat membuat Gary lupa hingga ia bergumam. "Ya ampun, Kya pasti sedang ada di kamarnya sendiri."
Dugaannya pun benar, dan segera melangkah ke dalam kamar tersebut. Terlihat Kya sedang tertidur begitu pulas hingga membuatnya sedikit tidak nyaman untuk membangunkan wanita itu. Walaupun demikian, demi menuruti keinginan dari ayahnya, dengan perlahan Gary mengayunkan tangannya Kya demi bisa terbangun.
"Dia tidur seperti kerbau. Hey, bangun!"
Dengan perlahan akhirnya Kya terbangun. Sedikit terkejut ketika melihat Gary berada di dekatnya, dan ditambah kesadarannya yang belum begitu stabil.
"Bangun sekarang, Daddy meminta kita untuk menemuinya karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan," ucap Gary.
"Memangnya apa yang akan Daddy bicarakan, mas?" tanya Kya dengan penuh penasaran.
"Jika aku tahu, sudah pasti aku akan bilang tanpa memintamu untuk ikut," sahut Gary dengan jawabannya ya terlihat tidak ramah.
Tidak membuat Kya menjawab, namun justru dirinya teringat dengan kejadian hari ini yang begitu melelahkan. Perihal mengikuti kepergian Gary, namun semakin membuat Kya tidak paham kenapa Gary terlihat seperti tidak berbuat kesalahan apapun?
"Jangan melamun lagi, ayo cepatlah karena Daddy tidak punya banyak waktu. Jangan membuatnya menunggu kita, itu sangat tidak sopan," paksa Gary dengan meminta Kya yang segera bergegas.
Pria itu pergi lebih dulu, sedangkan dirinya membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Sekitar lima menit Kya pun tiba di hadapan mertuanya.
"Ayo sini duduk, nak," ajak Daddy Gio.
"Ya, Daddy. Memangnya ada hal penting apa sampai kita berkumpul di sini?" Kya semakin penasaran.
"Semua ini karena kalian berdua, nak. Kalian ini kan baru saja menikah, lalu ada rencana ke mana supaya kalian bisa melakukan perjalanan honeymoon?" tanya Daddy Gio dengan tiba-tiba.
Sontak membuat Gary sedikit terkejut mendengarnya, ia pun segera membantah. "Daddy, jangan bercanda. Memangnya harus melakukan perjalanan honeymoon ya? Kau tahu kan bahwa aku sedang banyak sekali pekerjaan kantor? Dan itu tidak bisa ditinggalkan begitu saja."
"Aku tidak sedang bergurau, Gary. Kamu tahu sendiri kan kalau Daddy mu ini selalu berkata jujur? Jadi, apa masalahnya jika kamu pergi honeymoon dengan istrimu? Ayolah, nak, ini demi rumah tangga kalian berdua." Daddy Gio memberikan saran dan juga sebuah paksaan yang tidak bisa dibantah oleh anaknya.
"Tapi, Daddy." Gary ingin segera menolak, namun ia tidak memiliki keberanian apalagi jika harus diancam dengan pekerjaan. Akan tetapi, hal itu membuat Gary semakin kebingungan dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba saja berubah lebih baik.
"Sebenarnya apa yang ingin Daddy lakukan dengan merencanakan honeymoon untukku dan Kya?" batinnya.
Berbeda dengan Kya yang hanya bisa berdiri diri. Meskipun ia sama sekali tidak merasa ceria dengan kabar honeymoon tersebut. Bahkan ia semakin bingung menanggapi semua permintaan dari mertuanya.
Melihat Kya yang hanya bisa terdiam, sontak Daddy Gary melirik kearahnya sembari bertanya. "Nak, kamu setuju kan dengan kabar ini? Ayo jawab kamu ingin honeymoon ke mana?"
"Um ... aku serahkan semuanya kepada Gary. Sebab, dia yang berhak memutuskan apakah kami akan pergi ataupun tidak, Daddy," sahut Kya dengan jawaban yang seadanya.
"Baiklah kalau memang begitu. Gary, kamu harus menentukan tempat yang nyaman supaya kalian bisa melakukan dengan penuh ceria, dan selama satu Minggu ke depan biarkan Daddy yang akan menghandle semua tugas pekerjaan mu. Kalau begitu kalian berdua berbincang-bincang lah. Nanti beritahu Daddy keputusannya," ucap Daddy Gio dan segera melangkah pergi meninggalkan anak dan menantunya.
Tidak ada sepatah katapun yang sedang Kya ucapkan setelah kepergian mertuanya itu, tapi justru Gary mendekatinya lebih dulu.
"Apa sebaiknya kita pergi honeymoon ke Jerman atau ke Jepang? Kamu ingin ke mana, Kya?" tanya Gary seperti tidak ada masalah apapun.
"Kemanapun itu terserah dirimu saja, dan aku juga tidak bisa melarang jika kamu ingin pergi dengan wanita lain," cetus Kya denhan mengalihkan pandangannya.
"Apa katamu barusan? Tolong jangan mengajakku untuk berdebat sekarang. Yang terpenting kamu harus mengikuti kemauan dari Daddy," tegas Gary dan ingin segera melangkah pergi.
Namun dengan cepat, Kya bangkit dari duduknya sampai membuat langkah Gary terhenti. Posisi keduanya yang sama-sama dekat sampai saling berhadapan.
"Memangnya kenapa kita harus pergi honeymoon, Gary? Bukankah pernikahan ini hanyalah sandiwara bagimu sendiri?" Kya berusaha menantang suaminya tanpa memberikan ruang untuk Gary berjalan.
"Aku sebenarnya juga tidak ingin, tapi ini karena keputusan Daddy yang membuatku harus menurut. Jadi, kamu tetap harus pergi, dan di sana terserah dirimu saja jika memang ingin berlibur berbeda tempat denganku," tegas Gary.
Alhasil, Kya pun terkekeh kecil di saat mendengar semua pengakuan yang sekarang Gary ucap. Sungguh membuat dia tidak bisa mengerti dengan keadaan pernikahannya ini.
"Jika seperti itu, lebih baik aku tidak pergi," sahur Kya dengan perlahan.
"Hey, kamu tidak bisa menolaknya, Kya. Kamu tetap harus ikut. Memang sebenarnya aku juga tidak suka, tapi mau bagaimana lagi?"
"Kenapa aku harus ikut? Apa kamu sengaja ingin memperlihatkan kemesraan kamu bersama dengan wanita lain, begitu?" tanya Kya dengan penuh keberanian.
"Apapun yang aku lakukan itu adalah urusanku, kita hanya menikah, dan aku masih milik dari ayahku," jelas Gary dan segera melangkah pergi setelah mendorong sedikit tubuhnya Kya untuk menjauh.
Untuk sekali lagi, Kya kembali tersakiti dengan semua sikap yang sekarang Kya dengarkan. Sungguh membuatnya semakin sulit untuk bisa menghadapi buruknya perlakuan suaminya.
"Aku benar-benar kecewa, tapi apa yang dapat aku perbuat? Apa sebaiknya aku menemui makamnya papa?" Banyak pertanyaan yang sedang membuat pikirannya tidak tenang, namun hanya ada satu tujuan yang bisa ia datangi untuk dapat menenangkan dirinya.
Sedikit jauh dari tempat itu, membuat Gary masih berdiri untuk terus mengawasi istrinya itu. Namun, ia merasakan sendiri jika sikapnya memang sangat keterlaluan.
"Bahkan sekarang aku memiliki dua wanita dengan sikap yang sangat berbeda, tapi apa aku harus mengajak Sera untuk ikut berlibur bersama?" batinnya Gary.
Berusaha untuk terus mengintip Kya dari jauh, namun saat itu Gary sempat kebingungan ketika Gary bergegas untuk berganti pakaian.
"Dia mau pergi ke mana?" Diam-diam Gary ingin tahu segala hal yang sedang diperbuat oleh istrinya.
Entah kenapa Gary merasa kasihan di saat menatap kearah Kya. Sekalipun sikapnya terlalu dingin dan sering marah, namun dia masih memiliki hati yang baik yang mungkin saja belum bisa ia perlihatkan kepada istrinya itu.
"Apa sikapku sudah sangat berlebihan sekali? Bahkan aku sering melihat matanya terus menangis. Ya ampun, kenapa aku jadi berpikir tentang dirinya?"