" Kenyataannya Rose Gold memang seperti apa yang Lo pikirin, mereka hanya akan bertindak jika orang-orang mereka sudah di ujung tanduk. Karena dari apa yang gue tau, Rose Gold sangat mengedepankan kekuatan. Bahkan ada rahasia kelam yang beredar diantara para pengikut mereka," ujar Millan. Sepertinya cowok itu tau banyak soal masalah Rose Gold.
" Rahasia apa? Dan gimana Lo bisa tau?" tanya Vian beralih menatap Millan heran.
Millan berhenti mengelus rambut Viona dan beralih menatap Vian. " Soal apa rahasia mereka, gue nggak tau. Tapi kalau Lo tanya gue tau dari mana, tentu gue tau dari pacar gue ini."
Viona tersenyum kecil mendengar ucapan Millan. " Kalian nggak usah tanya gue taunya dari siapa. Kalau kalian ingat kemana gue pergi setiap malamnya."
Vero terkekeh pelan setelah melihat reaksi dari para sahabatnya, tentu terkecuali bagi Alaska, karena cowok itu masih fokus sama apa yang ada di handphonenya. " Reaksi kalian lucu. Arena, Viona setiap malam selalu ke arena buat ketemu sama calon kakak ipar kita."
Viona mendengus kesal melihat reaksi dari sahabatnya. " Kalian fikir, gue selalu kemana. Hah?!"
" Enggak kok. Kita nggak mikir yang aneh-aneh." ujar mereka serentak.
Reaksi mereka membuat Vero dan Millan tertawa keras, mereka pasti takut kalau Viona sampai ngambek kalau cewek itu tau sama apa yang mereka pikirin, pikir Vero dan Millan kemudian tertawa lagi.
Tak terasa hari semakin gelap, bahkan hujan pun sudah reda dari tadi dan warung bi Yayah semakin ramai pengunjungnya, membuat mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
" Bos, kita pulang duluan."
" Yoi. Hati-hati Lo semua," teriak Alaska setelah melihat sahabatnya pergi meninggalkannya. Cowok itu tersenyum ketika melihat acungan jempol dari para anggotanya.
Saat hendak menjalankan laju motornya, Alaska tiba-tiba di samperin oleh seorang pemuda yang dibelakangnya ada seorang perempuan yang menurut Alaska, wajah cewek tersebut sangat familiar di ingatannya.
" Dia lah orang yang ketua maksud, Rose," ujar pemuda itu pada seorang cewek yang berdiri di sampingnya.
" Oke. Lo boleh pergi." Setelah si cewek mengatakan itu, pemuda tersebut langsung memilih pergi dari sana.
Alaska yang melihat itu hanya mengerutkan keningnya. " Mau apa Lo?"
Mendengar ucapan dingin Alaska, si cantik itu hanya terkekeh kecil kemudian berjalan mendekati leader kebanggaan Ocean itu. Sedangkan Alaska hanya bisa diam ditempatnya, bahkan ia tidak mau repot-repot untuk turun dari motornya.
" Sebelumnya kenalin, nama gue Erly. Tidak asing dengan nama itu bukan? Dan Lo....?" ujar Erly, ia berjalan lebih dekat ke sisi kanan Alaska.
" Alaska. Alaska Darren, penjaga mu."
Si cantik itu tersenyum puas melihat reaksi Alaska. " Ternyata Lo udah di kasih tau Hans soal peraturan yang harus Lo lakuin."
" Tentu Erly. Hans udah ngasih tau semuanya," ujar Alaska seraya mengamati wajah sang lawan bicara.
" Tugas Lo di mulai hari ini bukan?" tanya Erly pada Alaska yang masih mengamati wajah cantiknya.
" Iya."
Erly mengangguk mendengar jawaban Alaska. " Baiklah. Tugas pertama Lo, anterin gue ke markas besar Rose Gold sekarang," titah Erly, dengan nada tidak bisa di bantah.
" Sure, Erly."
Cowok itu langsung mengambil helm yang sudah menetap di samping jok motor miliknya dari 2 hari yang lalu, helm itu adalah helm pemberian dari Hans khusus untuk Erly dan ia harus membawanya kemanapun ia pergi tetapi tidak boleh dipakai oleh orang lain, selain Erly.
" Helm mu Erly," ujar Alaska lembut sembari menyerahkan helm itu kepada Erly dan di terima si cantik itu dengan senang hati.
" Perlu ku bantu naik Er?" ujar Alaska setelah ia tidak sengaja melihat Erly yang masih berancang-ancang naik ke motornya.
Hup
" Tidak perlu, gue udah bisa." Cewek itu langsung memeluk Alaska setelah ia berhasil naik ke motor gede milik Alaska. Sebenarnya ia tidak terlalu sulit untuk menaiki motor gede itu, tapi karena ia terlalu sering mengendarai mobil dari pada motor, jadi dia berancang-ancang dulu takutnya nanti ia akan jatuh jika kehilangan keseimbangan.
" Kita berangkat Er."
Mereka tidak tau kalau tugas pertama yang awalnya ringan itu akan bertambah berat seiring berjalannya waktu, juga dari tugas pertama itu semua kepribadian seseorang akan terlihat sedikit demi sedikit.
••••
" Sayang-sayangku!! Gue lelah, letih, lesu. Nafas gue sesek banget kayak nggak bisa ngehirup oksigen. Jantung gue bergetar, perut gue mules. Kayaknya ini gara-gara gue nggak ketemu my baby Zoey hari ini." Vian tidur terlentang di atas kasur- dengan memeluk kedua kembarannya disisi kanan dan kiri, yang berada di ruang bermain markas Ocean.
" Lebay banget lo! Jijik gue!!" teriak keduanya, gadis-gadis cantik itu menimpuk Vian dengan boneka raksasa yang sedari tadi mereka pegang.
" Lo berdua bilang gitu karena belum tau gimana rasanya di tinggal kekasih tersayang kalian pergi jauh," sahut Vian setelah ia terbebas dari timpukan boneka kelebihan protein itu.
Vero mencebikkan bibirnya. " Halah, Lo baru nggak ketemu sehari aja udah gitu, gimana kalo Zoey pergi jauh dari jangkauan Lo. Dan apa tadi Lo bilang? Gue belum rasain gimana rasanya di tinggal kekasih tersayang pergi jauh? No, no, no gue udah ngerasain semua itu bahkan lebih parah dari pengalaman lo."
" Millan nggak mungkin ninggalin gue gitu aja, dia tu udah cinta mati sama gue. Iya kan sayang?" rayu Viona pada Millan yang asik bermain catur sama Ella.
Millan terkekeh mendengar itu. " Iya sayang, i love you so much."
" See? Hahaha," tawa Viona setelah melihat reaksi kesal dari sang kembaran.
Selesai menertawakan kembarannya itu, Viona duduk di atas kasur sembari memeluk boneka raksasanya, matanya juga menatap lekat ke arah sang kekasih yang senang karena telah mengalahkan Ella di pertandingan catur mereka.
Millan yang merasa ditatap pun menghampiri sang kekasih dengan boneka besar yang berada di pelukannya, cowok itu berdiri di depan Viona kemudian merentangkan kedua tangannya dan disambut dengan Viona yang langsung memeluk leher kekasihnya itu, melupakan boneka raksasanya yang terjatuh akibat tindakannya.
" Boneka Lo jatuh, Ona," ujar Millan setelah melihat boneka sang kekasih terjatuh ke lantai.
Gadis itu tidak menghiraukan ucapan Millan, ia sudah terlanjur nyaman berada di gendongan sang kekasih. Millan yang melihat Viona mengeratkan pelukannya pada lehernya membawa gadis itu duduk di tempat dimana ia dan Ella main catur tadi.
Memang diantara mereka semua, hanya Millan dan Viona saja yang hubungannya terlihat adem ayem. Viona yang sifatnya 11 12 sama princess Disney itu berhasil mendapatkan Millan yang tingkat kepekaannya tiada tara.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu yang nampak diketok oleh seseorang. Ella yang posisi duduknya paling dekat dengan pintu-karena tadi ia di usir oleh Millan, pun langsung membuka pintu.
" Ada apa?" ujarnya pada salah satu anggota yang berjaga di pintu markas.
" Maaf mengganggu waktu anda, tapi ada seorang tamu di lantai bawah. Katanya ia sudah membuat janji sama nona Viona," jelas salah satu anggota Ocean itu.
" Tidak usah meminta maaf, Rex. Tamunya suruh tunggu sebentar, aku akan panggilkan nona Viona."
" Baiklah. Saya izin pergi nona," ujar seseorang yang di panggil 'Rex' itu, ia pergi setelah Ella mengangguk mengizinkan.