Zico melihat bibir angelina yang mengerucut sempurna. "Bibir gadis ini ... sial!" Batin Zico sambil mengusap wajahnya.
"Kenapa kamu menatapku?" tanya Angelina sambil menutup mata Zico dengan tangannya.
Zico menangkap tangan Angelina dan mencium punggung tangannya. "Karena kamu berbeda dari gadis lain!" Tegas Zico sembari melempar senyumnya.
Angelina terhenyak kaget. Ia tidak tahu mengapa jantungnya berdegup kencang saat bersama pria disampingnya. Angelina menarik dasi Zico. Dengan senyuman aneh, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Zico.
"Emmuacch!" Angelina mencium pipi kiri pria itu lalu melepaskan melepaskan dasi yang digenggamnya.
"Terimakasih," bisik Angelina.
"..." Zico terdiam. Tangannya meraba pipi yang dicium oleh Angelina. Bibir lembut Angelina masih terasa dipipinya.
"Tuan Yun sekarang kita harus mencari gadis itu kemana?" tanya salah satu rekan tuan Yun.
"Kita harus menyelesaikan perintah nona Anna. Kita cari dia disekitar sini! Dia pasti belum pergi jauh dari tempat ini," ujar tuan Yun sambil menyuruh rekannya untuk berpencar.
Krakk!
Tanpa sengaja Angelina mematahkan ranting pohon hias disampingnya. Mata cerah Angelina menatap pria dibelakangnya. "Gawat! Tidak! Apapun yang terjadi aku harus membuatnya bertekuk lutut di hadapanku. Kamu tunggu disini!" Angelina menyuruh Zico untuk duduk.
Angelina langsung bangkit dan menantang ketiga pria itu. "Kalian mencariku pria tua busuk?" tanya Angelina sambil berdiri didepan mereka bertiga.
"Dasar gadis kurang ajar! Aku akan membuatmu menangis dibawah tubuhku. Kalian cepat tangkap dia!" Seru tuan Yun.
"Kita buktikan, aku atau kamu yang akan memohon ampun dan bersujud!" Tekan Angelina dengan percaya diri.
Ting!
Layar ponsel Zico menyala. Ia membuka pesan dari seseorang. Pesan itu dari Devan. Ia menyuruh pria itu untuk segera kembali ke ruangannya.
Devan : tuan Zico! Sebaiknya anda kembali keruangan anda sekarang juga. Hari ini mama anda akan berkunjung!
"Sial! Wanita tua itu lagi! Entah apalagi yang mau dilakukan oleh wanita itu," decak Zico sambil memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya.
Matanya beralih melihat Angelina. Ia terkejut saat melihat Angelina dikepung. Tiga laki-laki itu mengepung Angelina.
"Kalian pikir aku takut, kalian salah!" Guman Angelina.
Mereka bertiga maju mendekat kearah Angelina. Dengan sigap Angelina menendang perut tuan Yun.
Bugh!
"Ahh! Perutku!" Teriak tuan Yun terpental kebelakang.
"Rupanya kuat juga gadis ini," ujar rekan tuan Yun.
Angelina menyuruh mereka untuk maju. Ia mengambil kuda-kuda dan melihat peluang yang tepat untuk menyerang kedua orang itu tepat sasaran.
"Jangan salahkan aku jika aku kejam!" seru Angelina.
Bugh! Plak! Plak! Bugh!
Kaki dan tangan Angelina terus memukul dan menendang mereka berdua. "Sekarang sudah saatnya untuk membuat kalian merasakan akibatnya!" Seru Angelina dengan sombong.
Tuan Yun diam-diam membawa tongkat. Tanpa sepengetahuan Angelina, tuan Yun memukul punggung Angelina.
Bugh! Tuan Yun memukul punggung Angelina dengan keras.
"Hahaha! Sekarang kamu tau rasa gadis sombong!" serunya sambil memainkan tongkat itu.
Kepala Angelina pusing. Ia melihat ruangan itu berputar. Ia bisa merasakan punggungnya terasa nyeri dan sakit.
Uhuk! Angelina mengeluarkan darah dari mulutnya. Tangannya bergetar saat melihat darah ditangannya.
Matanya melirik kearah tuan Yun dengan tajam seperti kilatan petir. Ia segera bangkit dan melepaskan syal yang ada dilehernya. Syal itu digulung hingga mengeras.
"Dasar pengecut! Beraninya kamu main belakang. Aku akan membuat kamu menderita sekarang!" Angelina terus mendekati tuan Yun dengan pelan. Ia memperlihatkan senyum iblis didepan tuan Yun.
"Jika kamu berani memukulku. Aku pastikan kamu tidak akan lolos tes wawancara dan kamu tidak akan diterima kerja diperusahaan manapun!" Ancam tuan Yun sambil melangkah mundur kebelakang.
"Persetan dengan pekerjaan! Aku tidak peduli! Yang ingin aku lakukan sekarang adalah membuat kamu menyesal seumur hidup! Kamu pikir dengan ancaman rendahan kamu itu bisa membuat aku menyerahkan diri kepada pria tua sepertimu. Tidak! Aku ingin sekali membunuhmu!" Angelina mendekat kearah tuan Yun dengan hawa penuh penekanan.
Tuan Yun mundur kebelakang saat merasakan hawa penekan Angelina. Ia merasakan sosok iblis dalam diri gadis itu keluar. "Jika kamu maju selangkah lagi aku akan adukan kamu ke Presdir! Kamu tidak tau siapa saya?" ujar tuan Yun sambil mengayunkan tongkatnya kearah Angelina.
Hap!
Tongkat itu ditangkap Angelina. Ia merebut tongkat itu secara paksa dari tangan tuan Yun.
Bugh!
Angelina memukul pria gendut itu dengan tongkat ditangannya. Ia menghajar pria gendut itu dengan ganas. Dia menatap tuan Yun sambil menaikkan alis kanannya. Senyum menyeringai menghiasi bibirnya.
Brak! Bruak! Bugh!
Angelina membuat tuan Yun babak belur. Ia tersenyum puas sambil mengedipkan matanya. Angelina menekan dada pria gemuk itu dengan kakinya. "Aku bukan gadis lemah seperti diluaran sana. Orang tuaku mengajariku untuk balas dendam jika ada yang menyakiti diriku." Senyum samar terbit di bibir Angelina. Ia berbalik dan melihat dua orang lainnya sedang terkapar di lantai.
Tetesan darah di tongkat dan cengkraman kuat dari tangan Angelina membuat tuan Yun ketakutan. Angelina tersenyum tipis. "Tidak ada ampun untuk seorang bajingan! Kamu pria beristri tapi masih tergoda dengan wanita lain. Aku akan membuat kamu berfikir bahwa wanita itu tidak selamanya lemah. Mereka bisa menjadi binatang buat yang akan menerkam siapapun. Makanya, jangan macam-macam dengan seorang wanita." Tutur Angelina sambil meletakkan tongkat itu kepundaknya.
Tangan Angelina mencubit mulut tuan Yun dengan kuat. Ia mengayunkan tongkatnya kearah tuan Yun dan membuat tuan Yun ketakutan. Namun, tongkat itu dibuat meleset dari wajah tuan Yun.
Setelah puas dengan tuan Yun, Angelina bangkit. Netranya melihat salah satu komplotan dari tuan Yun sedang terkapar di lantai. Ia mendekati salah satu pria berbadan kekar. Tangannya meraih kerah baju orang itu lalu meludahi wajahnya.
"Dasar gadis jalang!" teriak tuan Yun dengan sisa tenaga yang ada.
Angelina tersenyum sinis. Ia menampar wajah rekan tuan Yun dengan bringas.
Plak! Plak! Plak!
Pipi orang itu perlahan membengkak dan beberapa giginya copot. Setelah dia puas mengalahkan satu orang, Angelina bangkit dan menghampiri rekan tuan Yun yang satunya.
Angelina melepaskan sepatunya lalu duduk diatas dada orang itu. "Kamu mau hukuman seperti apa?" tanya Angelia dengan baik.
Ia memijat tangannya lalu menaikkan lengan kemejanya. Pria itu berteriak agar Angelina mengampuninya. Namun, Angelina menggelengkan kepalanya. Dalam hidupnya, tidak ada ampun untuk orang bajingan seperti mereka.
Bak! Plak!
Dua hantaman tinju mendarat di pipi orang itu. Dia seketika langsung pingsan.
"Kalian bukanlah lawanku!" Seru Angelina dengan sombong.
Ia mendekati anak buah satunya lagi. "Kamu aku lepaskan tapi ingat hal ini baik-baik. Jangan mau dijadikan pion oleh orang gendut itu lagi! Kamu punya otak maka gunakan otakmu. Mana yang teman sejati mana yang hanya memanfaatkan." Angelina membantu orang itu berdiri. Ia memberikan sapu tangannya dan menyuruh orang itu untuk menyeka darah dikeninganya.
"Dasar manusia iblis! Aku bisa memastikan kamu tidak akan hidup bahagia selamanya. Aku akan membuat kamu hidup dineraka!" Seru tuan Yun sambil berjalan menuju kearah Angelina.
Angelina membuang tongkatnya. Ia mengepalkan tangannya dan bersiap-siap meninju seseorang didepannya.
"Rupanya kamu masih kuat untuk berdiri. Baiklah, aku akan memberikan yang terbaik untuk kamu!" Seru Angelina.
Pria gemuk itu mengeluarkan sengatan listrik dari dalam sakunya. Ia menggunakan itu untuk menyerang Angelina. Namun, dengan satu kali tendangkan pria itu terpental jauh.
Angelina menghampiri pria itu. "Kebetulan aku belum pernah menginjak biji seseorang. Sekarang adalah saatnya ...." Senyum Angelina seperti iblis.
"Jangan! Aku mohon jangan!" Pinta pria gemuk itu sambil menangis.
"Air matamu tidak ada gunanya lagi!" Seru Angelina.
Dengan semangat yang menggebu Angelina mengangkat kakinya. Ia menginjak kelemahan pria itu dengan kuat. Angelina menginjaknya beberapa kali hingga berdarah.
"Ahhh! Aku mohon! Ampuni aku nona!" Jeritan pria itu menggema di seluruh ruangan.
Zico yang sedang menonton pun ikut memegang bijinya dan ikut merasakan ngilu. Apalagi saat matanya melihat darah yang mengalir keluar dari biji tuan Yun. Badan Zico gemetar, ia memilih menutup mata agar tidak melihat adegan keji itu.