Mia menarik napas dalam. "Karena jika kamu pintar maka kamu tidak akan menanyakan hal yang harusnya sudah kamu tahu. Bukankah di surat yang kamu bawa ke Profesor Azka waktu itu sudah tertulis nama lengkapnya? Apa kamu tidak baca?"
Ayu termenung sejenak untuk mengingat-ingat. Setelah itu ia menggeleng. "Sepertinya aku tidak membaca sampai tuntas. Aku hanya baca nama panggilannya saja. Dan di ruangannya pun hanya tertulis gelar dan nama panggilannya. Memangnya kamu tahu?"
"Siapa yang tidak kenal dengan Profesor Azka Muhammad Hwan. Dosen killer yang paling pelit soal nilai dan mendapatkan dia sebagai pembimbing adalah sebuah petaka paling besar bagi mahasiswa!" Jawab Mia sembari bergidik ngeri. Ia bersyukur tidak mendapatkan Azka sebagai pembimbingnya sehingga ia bisa lulus dengan cepat dan tenang.
Ayu langsung terkejut ketika mendengar nama lengkap Azka yang baru saja disebut oleh sahabatnya itu.
"Kenapa ekspresimu begitu? Apakah ada yang salah?" Tanya Mia dengan bingung.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者