webnovel

Cinta Segi Empat

Hye Seon terjebak dalam kerumitan hati karena memiliki cinta untuk tiga lelaki di usia remaja dan dewasa awal. Impiannya untuk menjadi pelukis membawanya ke pada perjalanan panjang dari kota kelahirannya Gangneung sampai Seoul.

Anifkha · 现代言情
分數不夠
47 Chs

Aku Juga Menyukaimu

"Yoon Woo Bin!"

Suara pelan Hye Seon yang bergetar sekaligus membuatnya tersadar ia sekarang memang tidak bermimpi.

"Annyeong haseyo."

Suara Woo Bin masih terdengar sama. Senyumnya dan pandangan mata itu juga tidak ada yang berubah.Hye Seon hafal sekali.

"Apakah aku mengejutkanmu? Maaf karena tidak memberitahumu sebelum datang ke sini. Aku meminta tolong Ji Hoo dengan cara seperti ini."

Hye Seon berusaha mengembalikan keadaannya ke kondisi normal. Ia harus bisa mengontrol emosinya. Sekarang semua telah berbeda. Ia adalah kekasih So Hwan. Ia tidak lagi seorang gadis yang berharap hampa pada cowok yang dikaguminya sejak SD.

"Kau benar-benar membuatku terkejut. Bagaimana kau bisa tiba-tiba muncul di sini?"

"Aku..aku barusan datang dari Amerika. Bagaimana kabarmu?"

Hye Seon tak langsung menjawab. Dia menimbang apakah perasaannya memang baik-baik saja.

"Baik..Ba..gaimana denganmu?"

Keduanya seketika menjadi seperti orang asing yang susah payah menjadi akrab dengan menanyakan kabar masing-masing. Woo Bin tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok gadis di depannya ini. Ia..ingin sekali mendekapnya dan mengatakan bahwa ia sangat merindukannya. Namun, apakah semuanya masih tetap sama sekarang? Bagaimana kalau Hye Seon sudah berubah.

"Aku juga menelepon So Jung sebelum aku ke sini. Maaf aku memintanya untuk tidak memberitahumu."

v

Di pojok lobi hotel, keduanya duduk menghadap halaman luar. Hye Seon berada di ujung sofa yang satu sedang Won Bin duduk di ujung yang lainnya. Tak ada percakapan ynag terdengar. Hye Seon bermain-main dengan tangannya sambil pura-pura melihat lampu-lampu taman yang ada di luar. Sementara itu Yoon Wo0 Bin mengumpulkan keberanian untuk memulai pembicaraan. Tak mudah baginya untuk berbicara dengan seseorang yang telah ia tinggalkan hampir setahun. Dan kalau diingat, mereka juga memiliki cerita yang tidak enak sebelum berpisah.

"Kenapa kau ke sini dan ingin menemuiku?" akhirnya Hye Seon lah yang memulai.

Woo Bin mendesah dengan tatapan mata gamang ke depan.Tangannya bergetar hebat seakan ia tengah berada dalam pilihan hidup yang sulit.

" A..aku ingin menemuimu dan juga melihatmu."

Sssssr....

Darah Hye Seon berdesir. Ia memandangi Woo Bin seketika ia mendengar kalimat itu terdengar di telinganya. Dari samping, dengan jelas ia bisa melihat siluet wajah tampannya. Memang sama sekali tak ada yang berubah dari dirinya, kecuali roman wajah yang lebih dewasa.

"Hye Seon, maaf kalau aku sudah mengagetkanmu dengan muncul tiba-tiba seperti ini. Semenjak..kau datang padaku sebelum kau pergi ke Seoul, dan setelah kita lulus, hampir tiap hari..perkataanmu itu selalu terngiang di telingaku. Dulu aku berharap dengan pergi ke Amerika aku akan dengan mudah melupakanmu namun, aku yang bodoh ternyata salah besar. bukannya lupa, aku justru semakin tidak bisa membuangmu dari pikiranku."

Woo Bin menggeser posisi duduknya sehingga keduanya kini berhadapan. Jantung Hye Seon berdetak semakin kencang. Baru kali ini ia mendapati Woo Bin melihatnya dengan serius. Sorot matanya menyiratkan keputusasaan.

"Alasanku, kenapa aku diam waktu itu adalah karena aku terlalu takut untuk menerima perasaanmu. Aku takut, karena aku tak memiliki pilihan. Ayahku menyuruhku untuk pergi ke Amerika dan aku juga tak tahu kapan aku akan bisa balik ke Korea. Jika aku berkata iya, maka aku hanya akan memberimu harapan kosong. Kita tidak akan pernah bertemu lagi. Takdir ternyata lebih kuat dari yang aku bayangkan. Ayah menikah lagi dengan orang Korea dan ia pun kembali ke sini. Ia sekarang tinggal di Busan dan seperti yang kau lihat aku juga kembali ke sini. Hye Seon...maaf jika aku telah banyak membuatmu menderita. Selama ini aku juga hampir seperti orang gila di Amerika. Aku ingin sekali bertemu denganmu namun aku terlalu takut jika kau akan membenciku."

"Won Bin ssi."

Mata Hye Seon mulai berkaca-kaca. Bibirnya gemetar, nafasnya naik turun tidak karuan. Hal seperti ini ternyata memang tidak hanya ada dalam cerita drama saja. Ia kini sedang mengalaminya.

"Hye Seon, aku ..ingin kembali padamu..aku ...aku juga menyukaimu."

Mendengar ungkapan ini meluncur dari mulut Won Bin adalah mimpi terindah yang Hye Seon harapkan bisa terwujud. Ia telah menginginkan kata itu terucap sejak ia pertama kali berjumpa dengannya. Namun, kenapa baru sekarang ia mendengarkannya? Di saat semuanya sudah berubah. Hatinya sekarang seharusnya adalah milik So Hwan karena ia adalah kekasihnya. Ia tak boleh mencampurkannya untuk Woo Bin atau untuk siapa pun.

Woo Bin duduk mendekati Hye Seon. Air matanya mengalir. Ia telah menyesali segala peruntungan kurang baik dalam dirinya. Ia tahu, harapannya untuk kembali ke Hye Seon tak akan semulus yang ia perkirakan. Hye Seon pastinya bakal berubah namun tak ada salahnya mencoba. Itulah yang So Jung nasehatkan untuk dirinya.

"Aku tidak tahu apakah ia masih mencintaimu atau tidak. Setahuku, dulu setelah kalian berpisah ia sering meneleponku untuk mengatakan bagaimana ia susah sekali untuk menghapusmu dari hidupnya. Hanya saja tiga bulan terakhir ini percakapan tentang Won Bin sepertinya sudah tidak lagi menjadi topik wajib dalam percakapan kami. Aku tidak berani menayakannya. Kalau kau masih berharap ia akan kembali padamu maka temuilah ia sekarang, tanyakanlah pada dia apakah ia masih mencintaimu atau tidak."

Pesan So Jung inilah yang membuat Woo Bin nekat untuk menemui Hye Seon di Seoul.

"Maaf....aku..sekarang...sudah berbeda. Aku bukan lagi Lee Hye Seon yang selalu bermimpi akan hadirnya Yoon Woo Bin dalam hidupku. Aku sudah lelah memimpikanmu. Aku tak bisa membalas perasaan yang kau harapkan dari diriku. Aku sudah berhubungan dengan orang lain. Dan.. walaupun seandainya aku sedang tidak berhubungan dengan orang lain pun, aku juga tidak bisa menerimamu. Seperti yang banyak orang bilang bahwa manusia itu berubah seiring berjalannya waktu dan tempat, aku juga mengalami hal yang sama. Aku sudah berhasil mengatasi perasaanku terhadapmu selama beberapa bulan terakhir. Aku memutuskan untuk berjalan ke depan bukannya ke belakang."

Hye Seon berhenti untuk meminum air mineral yang digenggamnya. Woo Bin masih tak lepas menatapnya lekat.

"Seandainya kata cinta itu terucap di Gangneung, maka kita tidak harus menjadi seperti sekarang ini. Tapi aku juga tidak menyesalinya. Aku sudah menunggumu lebih dari separuh hidupku. Bagaimana bisa kau begitu takut bahwa aku tidak bisa menunggu lagi sampai kau selesai dengan urusanmu di Amerika dan mungkin memiliki keberanian untuk menentukan hidupmu sendiri ketika telah dewasa. Aku bisa melakukanya. Woo Bin ssi, sekarang aku hanya bisa berkata maaf__"

"Lee Hye Seon!"

Sekonyong-konyong Won Bin memeluknya erat. Hye Seon..entahlah perasaannya susah untuk ia deskripsikan. Ia harus menyakinkan dirinya bahwa tak akan ada yang berubah dengan kedatangan Woo Bin ke Korea. Ia harus memantapkan hatinya untuk So Hwan apa pun yang terjadi. Di saat bersamaan wajah tulus Hyung Won juga tampak dipelupuk matanya. Hatinya sakit mendapati peruntungan buruk kisah cinta pertamanya. Seandainya.. dan seandainya..

Dada Won Bin terasa semakin kuat mendekapnya. Laki-laki ini terisak pelan menumpahkan segala kerinduannya selama ini di pundak kecil Hye Seon.