"Gak, gak Ris ... gue cuma becanda," ujar Anjar menimpali ucapannya sendiri, dan kemudian Airis pun nampak merasa lega, dan kemudian mereka berdua terus lanjut ngobrol.
Tanpa disadari rupanya ngobrolnya Anjar dan Airis itu rupanya diketahui oleh Winda, dan nampaknya Winda dia merasa tidak senang karena sesaat setelah melihat Winda langsung pergi.
"Eh, itu tadi kaya Winda? Jangan-jangan dia cemburu Jar?" ujar Airis bertanya.
"Biarkan aja, itu urusan dia, emang gue pikirin?" timpal Anjar. Airis melihat arlojinya.
"Eh sorry ya, gue tinggal dulu, ada urusan melukis," ucap Airis berpamitan dan Anjar pun tersenyum.
Dijalan secara kebetulan Airis melihat Rendy berjalan di tengah jalan sambil ngobrol ditelpon, sementara di depannya ada mobil yang melaju dengan kencang, kemudian Airis pun lari dan segera menarik tangan Rendy sekuat-kuatnya.
Whuus ...
Mereka berdua langsung jatuh berguling-guling hingga turun dari jalanan aspal, dan apesnya kepala Airis membentur batu hingga mengeluarkan darah, lalu mereka berdua pun duduk dengan bersandar pada sebuah pot bunga yang cukup besar, dengan nafas jantung yang masih berdebar-debar Rendy bertanya.
"Kamu gak papa Ris?"
"Ah gak papa," jawab Airis.
"Tapi itu kepalamu berdarah, ayo ke rumah sakit yok?" ajak Rendy.
"Ah gak usah lah," balas Airis dengan terus berdiri dan kemudian berjalan dan pergi dengan membiarkan Rendy masih dipinggiran jalan.
Sementara itu dengan Egi, ia nampak habis membeli sebuah boneka hello Kitty yang cukup besar seukuran orang dewasa dan kemudian membawanya ke rumah Rina, dan kebetulan karena saat itu Rina juga sedang berada di taman depan rumah.
"Hai Rin," sapa Egi dan Rina pun menyambutnya dengan senyuman, lalu kemudian Egi memberikan seikat bunga mawar pada Rina sedangkan bonekanya tetap berada dalam gendongannya.
"Nih buat kamu," ucap Egi memberikan bunga mawar itu dan kemudian langsung berpamitan.
"Udah ya gue mau cabut."
"Lha itu bonekanya bukan untuk aku?" tanya Rina dengan wajah memelas.
"Oh enggak ... untuk kamu lain kali saja, udah ya da ..."
'Aduh malunya gue ... napa sih gue tadi pake tanya-tanya?' Dan tiba-tiba hp Egi berdering dan kemudian dia langsung mengangkat.
"Oh iya sayang, sabar ya ... bentar lagi aku datang kok, tunggu yah ..." lalu Egi pun langsung masuk mobil dan tancap gas.
"Sayang? Dia tadi bilang sayang, iih ... menyebalkan banget sih!" Rina nampak sangat kesal dan kemudian langsung masuk ke dalam rumah.
Hari pun terus berlalu dengan begitu cepat, Anjar yang kini berpenampilan wah makin banyak didekati para cewek-cewek kampus, dan itu membuat Winda semakin sebel melihat tingkahnya, untuk pelampiasan dan bisa mengurangi rasa sebelnya itu Winda pun mengajak Agus berdansa, mereka berdua pun berdansa, dan diruang lain Rendy nampak tengah mengajari Dinda bermain piano, kemudian Airis membuka pintu dan kontan saja iapun langsung terkejut melihat Rendy dan Dinda duduk berdampingan sambil menghadap piano, kemudian Airis pun langsung berlari keluar dan berhenti di bawah pohon.
"Ia berani mengkhianati janjinya sendiri, tapi yah ngapain juga aku ikut mikir," ujar Airis sendiri, dan rupanya dari tempat yang tidak jauh Egi melihat Airis dan kemudian dia pun mendatanginya.
"Airis," sapa Egi, dan Airis pun langsung menoleh.
"Iya Gi, ada apa?" tanya Airis sambil menoleh.
"Ah gak jadi," ucap Egi dan kemudian malah pergi. Setelah itu nampak Airis tertegun dan melamun, 'Ya Alloh ... jangan sampai aku cinta dengan orang macam dia,' dan rupanya Airis menitikkan air mata, kemudian dia kembali tersadar dan buru-buru menghapus air matanya dan kemudian bergegas menuju ke loker lalu mengambil barangnya.
"Inilah saatnya aku pulang, seharusnya aku di rumah saja membersihkan dan makam ibu, ngapain juga aku berlama-lama di sini," ujar Airis dan kemudian Winda datang.
"Eh Ris kok beres-beres barang, seperti mau pergi aja, emang kamu mau kemana?" tanya Winda.
"Eh Winda, iya nih gue mau pulang, nih mata lagi kumat sakitnya jadi berair, udah ya gue pulang dulu," jawab Airis sambil beranjak.
"Eh tunggu-tunggu dulu, gue mau tanya dan tolong lo jawab yang jujur," ujar Winda sambil memegang tangan Airis.
"Mau tanya apa sih?"
"Eh lo pasti tau kenapa tiba-tiba Anjar kok bisa berubah seperti itu?" tanya Winda dengan penuh semangat.
"Karena cinta yang tak terbalas apa saja bisa berubah, dan tentunya lo sendiri sudah lebih tahu lah." Airis nampak kaget dan berkata.
"Apa sih maksudnya, tolong dong bilang yang jelas," kejar Winda.
"Winda .. apa yang kamu tanyakan itu bukanlah hal yang sulit untuk kau cari tahu," tegas Airis dan kemudian dia langsung bergegas, dan berjalan kira-kira dapat lima langkah Airis kembali berkata.
"Kalau tak suka gak usah kasih harapan, karena itu hanya akan membuat dia bertahan dengan cinta yang palsu." Winda terkejut dan langsung mengejar Airis.
"Apa maksudmu itu?" tanya Winda dan bersamaan dengan itu tiba-tiba Anjar datang dan berkata.
"Ris, bisa gak bicara sebentar dengan gue?"
"Ya bisa, tunggu saja di Aula nanti aku nyusul ke sana," jawab Airis.
"Airis kamu pacaran dengan Anjar?" tanya Winda dengan perasaan kaget bercampur jengkel dan juga cemburu, ditanya Winda seperti itu Airis hanya tersenyum.
"Kamu mau bicara apa dengannya?" tanya Winda.
"Urusan cinta mungkin," jawab Airis dan kemudian dia pergi. Winda langsung terdiam sejenak dan kemudian berkata, "Anjar kurang ajar, hah! Gak penting!" kemudian Winda beranjak menuju ke toilet dan kemudian langsung masuk dan begitu sudah didalam tiba-tiba terdengar suara teman-temannya yang juga hendak buang air kecil.
"Cepat dong ... udah gak tahan nih ... kebelet ...!"
"Iya-iya bentar ...! Baru masuk juga," jawab Winda, dan tidak lama kemudian Winda pun keluar dan kemudian langsung bergegas menuju ke Aula, sambil berjalan nampak Winda berkata lirih.
"Kira-kira Airis dan Anjar ngapain ya di Aula? Ah kok perasaan gue jadi deg-degan gini, jangan-jangan mereka ...? Ah gak papa lah, lagian ini bukan cemburu kok, gue cuma penasaran. Kira-kira mereka berdua udah jadian pa belum ya?" ucap Winda, dan tanpa diduga-duga rupanya di sana ada Egi juga.
"Eh Gi, sejak kapan lo disitu?" tanya Winda.
"Baru kok," jawab Egi.
"Terus kamu mau ngapain disini? Eh didalam ada Anjar dan Airis, kamu gak pingin ngintip?" ujar Winda bertanya
"Ih, kamu sedang cemburu ya? Setahuku kalian berdua kan ada rasa-rasa," balas Egi nampak menggoda Winda.
"Idih ... ngapain juga aku cemburu, enggak kok, cuma penasaran aja." Dan beneran akhirnya malah Egi lah yang ngintip, kemudian Winda mendekati ke Egi dan kemudian bertanya.
"Gimana Gi, ngapain sih mereka berdua di dalam?" Egi tersenyum sembari membatin.
'Pasti Winda ini sedang cemburu hmmm ...'