Hans dan Rian mengantar Rebecca pulang, makan malam mereka telah selesai dan malam juga sudah semakin larut.
Rian memutuskan untuk ikut mereka berdua, agar bisa tahu dimana rumah Rebecca, itu untuk mempermudah nanti ketika Rian perlu bertemu dengan Rebecca.
"Makasih ya sudah antar"
"Sama-sama"
"Hati-hati dijalannya, sampai ketemu dilain waktu"
"Ok"
Rebecca lantas keluar dan berjalan menuju rumahnya, perutnya sudah kenyang dan sekarang sudah waktunya untuk Rebecca istirahat.
"Ca, tunggu"
Langkah Rebecca tertahan dan kembali berbalik melihat Rian, Rian tampak keluar dari mobil dan berjalan kearahnya
"Kenapa ?"
"Minta kontak kamu, biar gampang nanti, kamu serius kan mau kerja ?"
"Tentu saja aku serius, untuk apa aku bercanda"
Rian mengangguk dan memberikan ponselnya pada Rebecca.
"Tulis, jangan sampai salah"
"Kalau memang salah, kamu tanyakan saja Hans"
Rebecca tersenyum dan mencatat kontaknya, setelah selesai Rebecca mengembalikan ponselnya pada Rian.
"Ok, terimakasih"
"Aku yang terimakasih, karena sudah mau membantu ku untuk pekerjaan ku"
"Ini juga belum pasti, kan baru mau diusahakan"
"Tidak apa, dengan seperti ini saja itu sudah membantu, jadi tidak ada salahnya berterimkasih sekarang"
"Baiklah terserah kamu saja, nanti aku kabari ya kalau memang bisa, dan semoga saja kamu mau menerima pekerjaan apa pun, dan semoga juga bisa cocok"
"Amiiin, aku belum punya pengalaman kerja, jadi aku tidak tahu harus memilih pekerjaan seperti apa, biarkan saja pekerjaan yang memilih ku untuk saat ini"
"Oklah kalau gitu"
"Selesai ya, aku duluan"
"Ok, bye"
Rebecca tersenyum dan melanjutkan langkahnya memasuki rumah, mereka lantas pergi meninggalkan rumah Rebecca.
"Serius ada kerjaan buat Eca ?"
"Ada, cuma kan udah dibilang kalau tidak bisa untuk jabatan yang bagus"
"Tidak masalah, Eca selalu bilang yang penting dapat pekerjaan dan Eca sendiri bisa melakukannya dengan baik"
"Kalau memang seperti itu, aku pastikan ada kerjaan buat dia"
"Baguslah, Eca sudah sangat membutuhkan pekerjaannya sejak lama"
"Itu memang rumahnya disana ?"
"Ya, memang itu rumahnya, Eca bukan orang berada, tapi aku bisa jamin kalau Eca luar biasa"
"Benarkah ?"
"Buktikan saja nanti, kalau dia jadi bekerja di perusahaan mu, kamu akan mengenalnya dengan baik"
Rian mengangguk, biarkan saja Rian akan membuktikannya sendiri.
Rian memang sangat hati-hati dalam memilih karyawannya, sekali pun untuk posisi terbawah.
Kali ini karena Rebecca yang bawa adalah Hans, sediktinya Rian bisa percaya dengan siapa yang direkomedasikan untuk perusahaannya.
Rian akan mencobanya, menilai benar atau tidaknya Rebecca bisa diandalkan di perusahaannya.
"Mau langsung pulang ?"
"Tentu saja, pekerjaan ku masih banyak di rumah"
"Ok"
----
"Bang Radit, kantor mu ada lowongan ?"
"Buat siapa ?"
"Teman Hans"
"Teman Hans yang mana, mereka kan udah kerja semuanya"
"Gak, ini ada satu lagi, aku juga baru ketemu sama dia"
"Laki-laki ?"
"Perempuan, namanya Eca"
Radit menoleh, sejak tadi mereka berbicara ditengah kesibukan Radit pada layar laptopnya.
Rian mengangguk pasti, nama itu begitu jelas didengarnya, jadi tidak mungkin kalau Rian salah menyebutkan namanya.
"Dimana rumahnya"
"Dekat pasar sana"
"Pasar ?"
"Iya, pasar .... dia orang menengah ke bawah"
"Lulusan apa ?"
"SMK atau SMA, lupa"
Radit mengernyit, SMA bisa ditempatkan dimana.
"Kamu kenal sama dia, memangnya bisa dipercaya ?"
"Baru ketemu, gak kenal dekat, siapa tahu aja bang, kan gak ada salahnya dicoba"
"Kenapa gak di tempat kamu aja ?"
"Ya iya memang mau, cuma tanya dulu barang kali di tempat abang bisa"
"Ya memang ada, tapi masa SMA"
"Memang buat posisi apa"
"Sekretaris aku"
Rian mengernyit, lagi dan lagi .... Radit mencari lagi sekretaris, padahal baru 2 minggu lalu Radit mengganti sekretarisnya.
"Gak salah"
"Ya makanya, bisa dipercaya atau enggak"
Rian terdiam, mana bisa Rian mejawab dengan pasti.
Rian juga berniat mencoba, tidak mampu memastikan, apa lagi untuk posisi sekretaris.
"Di tempat kamu aja dulu, kalau memang bagus nanti boleh pindah tempat abang"
"Kalau udah bagus ngapain di pindah, enak aja cuma mau nerima orang bagus doang"
Radit tersenyum dan menggeleng, rasanya sudah terlalu panjang perbincangan mereka berdua.
Radit berbalik kembali pada layar laptopnya, dan kembali melanjutkan kesibukannya.
"Kabari saja nanti, kalau memang gak bisa di tempat kamu, nanti bisa diantar ke tempat abang"
"Ok"
Ucap Rian pasrah, Rian lantas pergi meninggalkan Radit.
Rian dan Radit adalah adik kakak, mereka selisih 2 tahu saja, dan mereka terlihat seperti sama.
----
Rebecca masih terjaga di kamarnya, sepertinya meski sudah larut malam, Rebecca masih tidak merasa ngantuk.
Rebecca masih terfikir dengan Rian, apa benar Rian akan memberinya pekerjaan.
Rebecca sangat membutuhkannya sekarang, karena mulai bosan terus menerus berada di rumah.
Rebecca ingin mencoba dunia baru, dunia kerja yang lengkap dengan berbagai kegiatan yang bahkan bisa menantangnya.
Rebecca merasa ingin mencoba kemampuannya sendiri, jika di Sekolah Rebecca termasuk murid yang pintar, mungkin saja Rebecca bisa mendapatkan pekerjaan yang memang berkelas.
Tapi tidak masalah kalau pun harus mendapat pekerjaan yang biasa saja, yang penting Rebecca bisa bekerja saja terlebih dahulu.
Rebecca yakin kalau memang kemampuannya itu bagus, apa pun yang diinginkannya pasti akan didapatkannya, termasuk juga pekerjaan yang memang lebih dari biasa.
Rebecca menoleh melihat ponselnya yang bergetar, tengah malam seperti ini siapa yang menghubunginya.
Tidak biasanya ada yang mengganggu Rebecca ditengah malam seperti sekarang, tangannya terangkat meraih ponselnya di meja, melihat layar ponselnya yang menunjukan nomor tanpa nama.
Rebecca mengernyit, bahkan nomornya pun asing, siapa yang begitu niat mengganggu Rebecca ditengah malam seperti ini.
"Hallo"
Rebecca menjawabnya tenang, beberapa detik Rebecca terdiam mendengar suara di seberang sana.
"Ini siapa ?"
" .... "
"Rian yang tadi ketemu bareng Hans"
" .... "
Rebecca tersenyum mendengar setiap kata yang terdengar oleh telinganya, ini jawab atas apa yang difikirkannya sejak tadi.
Rian memberikan jawaban secepat ini, bahkan tidak perlu menunggu sampai besok apa lagi lusa.
"Bisa, aku akan datang besok pagi, jangan khawatir, kirimkan saja alamatnya"
" .... "
Rebecca menutup sambungannya, bersorak sendiri dengan kabar yang didapatkannya.
Ini sangat membahagiakan, betapa keinginannya kali ini semakin mendapatkan pencerahan.
Semoga saja Rebecca memang bisa diterima di tempat Rian besok, Rebecca akan sangat berterimakasih pada mereka berdua.
"Baiklah, sekarang aku harus tidur, besok harus bangun lebih pagi dari biasanya"
Rebecca menyimpan kembali ponselnya, lantas berbaring lengkap dengan balutan selimut hangatnya.
Memejamkan kedua matanya, Rebecca berusaha meraih alam mimpinya dengan cepat.
Rebecca berharap ketika membuka mata esok hari, hidup Rebecca dan keluarganya akan benar-benar berubah.
Rebecca ingin membantu kedua orang tuanya, mempermudah beban orang tuanya, setidaknya untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.