“Apakah kau takut?” bisik gadis yang menyadari bahwa wajah sang kekasih sudah mulai memucat.
“Tidak,” sahut Julian datar, tanpa bergerak sedikit pun. Kepalanya terlalu tegang untuk bisa digelengkan.
Sembari mengulum senyum, Mia pun menggenggam tangan sang pria. “Cobalah untuk tidak menghitung ketinggiannya! Fokus saja pada pemandangan yang tidak akan pernah dijumpai di tempat lain,” ucap gadis itu, menanamkan sugesti.
Sedetik kemudian, ia menunjuk ke luar jendela. Mereka baru saja melewati daun tertinggi dari sebatang pohon. “Lihatlah! Kapan lagi kita bisa sejajar dengan puncak pinus? Bukankah ini sangat keren?”
Alih-alih memperhatikan arah telunjuk sang kekasih, Julian hanya melirik sekilas dan mengangguk.
“Ya. Sangat keren,” desah pria yang harus hemat oksigen. Ia sadar bahwa tempat yang mereka tuju akan lebih tinggi dari gondola beberapa waktu lalu.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者