"Wanita yang tadi gue lihat berdiri disini, dia natap kearah kamar kita. Makanya gue coba kejar." Felicia, Azzam dan Leo saling menatap. Andrea masih melihat sekeliling dan di berjalan kea rah ruang lukisan tetapi bajunya di Tarik oleh Felicia.
"Andrea, kita kembali saja! Kita akan memeriksa tempat ini besok pagi saja. Kalau perlu kita Tanya Mang Asep apakah ada orang lain selain dia yang tinggal di Vila ini." Azzam dan Leo menganggukkan kepala mereka.
"Ya udah deh! Kita balik ke kamar. Leo, Azzam, maafkin kita ya udah ganggu waktu istirahat kalian." Azzam dan Leo kembali mengangguk dan mereka berempat segera kembali ke dalam vila.
"Kalian berdua langsung tidur! Jangan macem-macem, terutama lo Rea." Azzam menatap tajam kearah Andrea yang masih terlihat mencurigakan.
"Iya… iya… Kalian tenang saja! Gue janji akan segera tidur. Sebaiknya memang kita bertanya kepada Mang Asep besok." Azzam dan Leo kemudian menunggu sampai kedua gadis itu memasuki kamar mereka di lantai atas, Azzam dan Leo bahkan mengantar mereka sampai ke dalam kamar keduanya. Azzam merasa sangat lega saat melihat kekasihnya sudah tertidur pulas bersama sahabatnya, Kina.
Sepeninggal Leo dan Azzam, Felicia dan Andrea segera berbarng di tempat tidur mereka. Felicia dan Andrea belum bias memejamkan matanya.
"Rea, apa yang lo bilang tadi bener? Lo lihat perempuan berdiri di bawah pohon kamboja itu?" Andrea menganggukkan kepalanya.
"Felicia, sebaiknya kita lupakan saja masalah ini! Apalagi nanti kalua sampai Likha dan Kina tahu malah mereka ketakutan." Felicia menganggukkan kepalanya. Dia kemudian menatap Andrea yang kembali bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya.
"Rea, kenapa lo bangun lagi? Perempuan itu nggak datang lagi kan?" Felicia kembali merinding setiap kali Andrea bersikap aneh.
"Nggak kok! Sekarang kita tidur!" Andrea kembali berbaring di samping Felicia, keduanya memejamkan mata mereka dan terlelap.
Saat ini sudah pukul setengah tiga pagi, Likha yang terbiasa bangun untuk melakukan sholat malam terbangun. Dia merasa ingin buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu untuk melakukan sholat tahajjud.
"Hoooaaahhhmmmm…" Likha menguap sangat lebar dan melihat teman-temannya masih terlelap. Likha tersenyum dan segera beranjak dari tempat tidur lalu segera turun menuju ke kamar mandi. Baru saja akan membuka pintu kamar, Likha merasa seperti di perhatikan seseorang. Dia segera melihat kearah teman-temannya tetapi semuanya masih terlelap.
"Aaahhh… apaan sih! Gue kok jadi parno amat…" Likha menggelengkan kepalanya dan memukul kepalanya pelan. Dia langsung membuka pintu kamar dan segera menuju kamar mandi di lantai atas di samping kamar mereka. Suasana agak gelap tetapi karena Likha sudah kebelet, dia tidak memikirkan apapun dan langsung memasuki kamar mandi.
"Aaahhh… leganya…" Likha kemudian merapihkan pakaiannya dan menaikkan lengan kemeja panjangnya sampai ke siku. Likha kemudian mengambil air wudhu karena dia akan sekalian melakukan sholat tahajjud sambil menunggu waktu subuh. Likha kemudian akan membuka pintu kamar mandi tetapi pintunya terkunci!
"Kenapa pintunya tidak bisa di buka sih?" Likha berusaha memutar knop pintu kamar mandi yang berbentuk bulat, model knop pintu seperti ini memang sering macet dan mengunci sendiri.
"Ya Allah, kenapa tidak bisa dibuka…" Likha tiba-tiba merasa suhu di sekitarnya menurun dan dia merasa seperti ada yang berdiri di belakangnya. Gadis bertubuh mungil itu memegang tengkuknya yang tiba-tiba meremang. Likha segera menoleh ke belakang tetapi tidak ada siapapun.
Ceklek!! Ceklek!! Likha berusaha membuka pintu tetapi tetap tidak bisa sementara dirinya semakin merasa ketakutan, dia mau membaca ayat kursi tetapi saat ini sedang berada di dalam kamar mandi. Lagi pula, saat dia ketakutan seperti ini semua hafalannya menghilang tanpa jejak.
"Azzam… Andrea… Kina… Felicia… tolong gue dong!" Likha mulai tidak sabar dan menggedor-nggedor pintu kamar mandi dari dalam. Tetapi apalah daya, Andrea dan Felicia baru saja terlelap setengah jam yang lalu begitu juga dengan Azzam dan Leo. Sementara itu, sesosok tak kasat mata berdiri di sudut kamar mandi menatap Likha yang ketakutan.
"Andrea… Felicia… Kina… Azzaaaammmmm… toloooonggggg gueee…." Likha terus menggedor pintu kamar mandi dari dalam tetapi hasilnya sama, Nihil!
"Ya Allah, tolong hamba…. Azzaaaaamm…. Andrea, siapaun yang mendengar tolong… gue kekunci di kamar mandi…" Likha hampir putus asa dan tubuhnya melemah karena rasa takut dan juga dia kelelahan berteriak dan menggedor-gedor pintu kamar mandi. Akhirnya Likha jatuh tak sadarkan diri. Tubuhnya tergeletak di lantai kamar mandi dan pakaiannya juga menjadi basah. Wajahnya memucat seperti tidak ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
Sementara itu, Azzam terbangun dan merasa sangat gelisah. Dia merasa Likha berada dalam bahaya. Azzam melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tiga kurang empat puluh menit. Saatnya bangun dan sholat. Azzam dan Likha sama-sama terbiasa melakukan sholat malam, bahkan Azzam biasanya membangunkan Likha dengan menelepon kekasihnya itu.
"Ah, sebaiknya gue kirim pesan saja pada pada Likha." Azzam kemudian mengirim pesan ke ponsel Likha tetapi tidak di balas. Lalu Azzam mencoba menelepon Likha juga tersambung tetapi tidak ada yang mengangkatnya. Azzam mulai kembali gelisah dan segera menaiki lantai atas dimana kamar likha dan teman-temannya berada.
"Tok… Tok… Tok… Likha, kamu sudah bangun belum? Saatnya sholat tahajjud! Kita sholat bareng yuk…" Azzam mengetuk pintu beberapa kali tetapi tidak ada yang membukakan pintu kamar itu.
"Mungkin mereka semua kelelahan, biarkan saja lah! Nanti saja subuh gue kesini lagi buat bangunin Likha dan kina dan yang lainnya." Azzam bergumam sendiri dan akan meninggalkan kamar Likha saat Kina membukakan pintu.
"Azzam, lo kenapa pagi-pagi ketok-ketok pintu kamar kita?" Kina mengucek matanya sambal berdiri malas bersandar di pintu kamarnya.
"Eh Kina, kebetulan nih. Bangunin Likha dong! Mau gue ajak sholat tahajjud." Kina tersenyum kepada sahabatnya itu.
"Cieee, romantis amat sih lo Zam, gue juga pingin dong digituin…" Kina dan Azzam malah mengobrol di depan pintu.
"Ya lo jadian dulu sama Alan, dia naksir lo tuh!" Azzam menggoda Kina yang kini tersipu malu.
"Ya udah lo tunggu sebentar, gue bangunin likha dulu!" Azzam menganggukkan kepalanya dan menunggu Kina membangunkan Likha. Beberapa saat kemudian Kina kembali dengan wajah gelisah dan kembali menmui Azzam.
"Zam, Likha gak ada di kamar. Apa dia sudah bangun? Tetapi kemana dia?" Kina merasa gelisah dan khawatir.
"Lo yakin Likha gak ada di dalam? Nyalain dulu lampunya! Siapa tahu Likha jatuh dari Kasur karena lo tendang pas tidur!" Azzam terkekeh sementara Kina membelalakkan matanya menanggapi godaan Azzam. Kina menyalakan lampu dan mencari Likha tetapi nggak ketemu.
Andrea dan Felicia juga terbangun karena lampu kamar mereka menyala. Keduanya merasa heran dan merasa terganggu karena keduanya maih mengantuk.
"Ada apa sih pagi-pagi juga! Ganggu orang tidur aja…" Andrea yang masih mengantuk agak kesal karena tidurnya terganggu.
"Likha ilang…" Andrea dan Felicia segera membuka lebar matanya dan saling menatap. Mereka kemudian segera mencari di mana keberadaan satu teman mereka itu.
Azzam juga panik, dia kemudian mendekati kamar mandi dan mencoba membuka pintu tetapi terkunci dari dalam.
"Bagaimana Zam? Ketemu gak?" Andrea yang kini berada di belakang Azzam setelah mencari di seluruh ruangan bersama teman-temannya semakin cemas karena belum menemukan Likha.
"Pintunya terkunci dari dalam!" Andrea menatap Azzam dan keduanya seperti memiliki pikiran yang sama.
"Dobrak pintunya!" Andrea meminta Azzam untuk segera mendobrak pintu kamar mandi dan saat Azzam berhasil membuka pintu kamar mandi, keduanya melihat Likha tergeletak di dalam kamar mandi dengan wajah yang sudah memucat dan pakaiannya basah.