Felicia dan Andrea masih masih memandangi Kina dalam wajah kesal. Setelah semalaman mereka berdua harus bergelut dengan rasa takut, disertai siluet bayangan hitam yang tiba-tiba hadir di sudut kamar itu. Bersamaan dengan momen itu, aroma khas melati menyeruak memenuhi seisi ruangan. Benar-benar menggambarkan suasana mencekam yang sangat sempurna.
"Dasar lo, Kina! Tau ga? Lo udah bikin kita jantungan. Gue pikir ada peri yang masuk ke kamar kita. Ga taunya cuma aroma bunga melati dari dalam jaket Lo aja ... rasanya gue pingin langsung lompat ke kolam aja sekarang," kesal Felicia dalam wajah yang terlihat sangat mengantuk karena hampir semalaman tak memejamkan mata.
Andrea pun juga merasakan hal yang sama, rasa kantuk yang cukup berat untuk ditahannya. Seolah ingin menyeretnya untuk segera terbaring di ranjang besar di dalam kamar.
"Lebih baik kita tidur sebentar, Felic. Semalaman kita sama sekali tak memejamkan mata," bujuk Andrea sembari kembali membaringkan tubuhnya.
"Bangunin kita kalau udah terang ya..." ucap Felicia pada Kina dan juga Likha yang hendak keluar dari kamar itu.
Setelah kepergian Kina dan juga Likha, kedua perempuan itu justru tak bisa memejamkan matanya. Padahal rasa kantuk begitu terasa di pelupuk matanya. Dengan mata setengah terpejam, Felicia memandang Andrea yang masih belum bisa benar-benar tertidur.
"Apa lo pikir wangi yang kita cium semalam hanya karena bunga melati itu?" tanya Felicia pada Andrea yang masih berada di antara rasa kantuk yang masih belum bisa ditaklukkannya.
"Apa maksud lo, Felic?" Andre pura-pura tak mengerti dengan arah pembicaraan dari temannya itu.
Felicia kembali bangun dan duduk di sebelah Andrea yang masih terbaring. Ia bisa merasakan jika perempuan di sampingnya itu sedang menutupi sesuatu darinya.
"Gue yakin lo juga merasakannya, Andrea. Ada aura lain yang begitu terasa memenuhi ruangan ini. Apakah aroma melati bisa mengundang kehadiran makhluk itu?" Lagi-lagi Felicia kembali menanyakan hal itu pada Andrea, ia sama sekali tak puas dengan jawaban dari temannya itu.
"Apa yang sebenarnya ingin lo dengar?" Tanpa membuka matanya, Andrea menanyakan hal itu pada Felicia. Bukan ia tak ingin menjawab, Andrea cukup tahu bagaimana temannya itu. Namun ia juga merasa kasihan jika Felicia masih saja penasaran hingga tak mampu memejamkan matanya.
Dalam tatapan mata yang sedikit redup, Felicia memandang ke sebuah sudut di mana tadi Andrea terus memandang ke sana. Meskipun suasana sudah sangat berbeda, Felicia tetap ingin mendengar apa yang sudah dilihat Andrea di sana.
"Benarkah ada sosok lain di kamar ini?" tanya perempuan yang mulai kehilangan rasa kantuk di dalam dirinya.
Seolah tak ingin berdebat atau berbelit-belit lagi, Andre pun berniat mengatakannya saja tentang sosok lain yang tadi sempat dilihatnya.
"Lo benar Felic, ada bayangan hitam yang tadinya berdiam di sudut kamar itu. Namun sekarang sudah menghilang, mungkin karena sebentar lagi mentari juga akan bersinar." Andrea pun akhirnya mengatakan yang sebenarnya tanpa menutupi apapun yang dilihatnya. Toh ... Felicia juga mengetahui segala keanehan di dalam vila itu.
"Gue sudah menduga jika lo tadi sengaja menutupinya. Bukankah lebih baik kita segera pergi dari vila ini?" Felicia mendadak sangat takut, ia tak ingin jika hal buruk sampai menimpa dirinya dan juga teman-temannya.
"Jangan membuat keributan apapun! Biarkan mereka menikmati liburan kita ini. Tidak bisakah lo menahannya untuk beberapa hari lagi?" Andrea menunjukkan wajah memohon kepada Felicia, ia merasa bertanggungjawab karena dirinya yang mengusulkan mendatangi vila itu.
Dalam kegelisahan yang bercampur perasan bingung dan juga rasa takut, Felicia mencoba untuk memikirkan kembali permintaan Andrea. Namun akal sehatnya tak bisa sejalan dengan hati kecilnya yang sudah menciut karena ketakutan.
"Gue bakalan bilang ke yang lain agar kita segera meninggalkan vila." Felicia bangkit dan ingin memberitahukan semuanya itu pada yang lainnya. Namun Andrea menarik tangannya dan menghentikan dirinya.
"Berhentilah! Jangan membuat keributan apa-apa!" Andrea sengaja sedikit meninggikan nada suaranya. Bukan ingin mengancam Felicia, ia hanya bermaksud menghentikan perempuan itu agar tidak menciptakan keributan di antara mereka semua.
Tanpa mereka duga, Likha dan juga Kina sudah berada di depan pintu kamar itu. Mereka berdua melihat dan juga mendengar saat Andrea berbicara dengan Felicia dengan nada suara yang sedikit meninggi dari biasanya.
"Apa yang terjadi, Andrea? Kenapa kalian justru bertengkar?" cetus Likha dengan tatapan heran kepada dua temannya itu. Tidak biasanya Andrea bersikap sangat impulsif kepada orang lain.
Sontak saja, Andrea dan Felicia langsung terdiam lalu berbalik badan ke arah Likha dan Kina. Terlihat wajah sangat terkejut di sorotan mata kedua perempuan yang baru saja bersitegang satu sama lain.
Felicia yang merasa sangat bersalah telah menyebabkan hal itu menjadi tak enak hati. Ia berpikir untuk memberikan alasan yang tepat agar tak menimbulkan kecurigaan di antara Likha dan juga Kina.
"Siapa bilang kami sedang bertengkar? Gue hanya sedikit memaksa Andrea untuk menemaniku berlari lagi di sekitar vila. Bukankah begitu, Andrea?" Felicia memaksakan sebuah senyuman di wajahnya agar kedua temannya itu tidak merasa khawatir terhadap keributan yang baru saja terjadi.
"Benar 'kok!" sahut Andrea dalam senyuman kecil di sudut bibirnya. "Awalnya gue hanya ingin menolak ajakan Felicia karena terlalu mengantuk. Namun ... setelah kupikir-pikir, tidak ada salahnya menemani Felicia berlari pagi." Andrea mencoba memberikan sebuah penjelasan kepada Kina dan juga Likha agar mereka berdua tidak berpikir tidak-tidak.
"Kalau begitu gue dan Kina ikut kalian aja. Jangan lari pagi dong! Kita jalan aja bareng-bareng, gimana? Mumpung bisa menikmati keindahan dan juga udara segar di sekitar sini." Likha terlihat sangat bersemangat untuk pergi bersama-sama dengan mereka. Bahkan ia sudah melupakan ketegangan di antara mereka berdua.
Akhirnya, keempat perempuan cantik itu benar-benar pergi jalan-jalan di sekitar vila. Meskipun suasana masih sedikit gelap, mereka terlihat sangat menikmati kebersamaannya pagi itu.
"Jangan mengatakan apapun lagi tentang hal itu!" Andrea berbisik pelan di sebelah Felicia dan hanya mendapatkan sebuah anggukan kepala saja dari temannya itu.