webnovel

Awal Pertemuan

Hiruk pikuk kota yang semakin menjadi-jadi, disini ada begitu banyak polusi bertebaran dimana-mana, kebisingan suara klakson di jam macet, serta banyak sekali orang yang lalu lalang bahkan banyak dijumpai orang-orang yang suka menyeberang sembarangan tanpa memperdulikan keselamatan diri mereka sendiri dan pengemudi.

Nara Rahma Handayani adalah nama yang diberikan oleh ayah, ibu serta nenek sesaat setelah aku dilahirkan ke dunia tepatnya di hari rabu malam. Aku sendiri merupakan salah satu dari jutaan penduduk yang lahir dan menetap di indonesia.

Sudah hampir 4 tahun aku hidup sebatang kara setelah kepergian ibu. Sebelumnya aku hanyalah gadis yang tinggal di sebuah desa terpencil, lalu setelah kepergian mereka aku pun memutuskan untuk pergi mengadu nasib di sebuah kota besar. Aku pergi dengan hanya berbekal ijazah S1 dan warisan orang tua yang jumlahnya tak seberapa, selain itu yang terpenting harus punya nyali yang besar. Tinggal di sebuah kota besar bukanlah hal pertama bagiku, sewaktu masih kuliah dulu aku juga pernah tinggal di sana sebelumnya hanya saja sekarang berbeda, aku harus bisa hidup mandiri untuk menafkahi diri sendiri.

Mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar di sebuah perusahaan ternama bukanlah hal yang mudah, setelah melewati masa sulit akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan tersebut. Keadaan hidupku yang sekarang benar benar sudah berubah, meskipun begitu hidup ini harus seimbang, ada gaji besar ada pula pekerjaan yang sepadan beserta tanggung jawab.

Setelah seharian lelah bekerja di kantor hal yang aku inginkan hanya satu, yaitu cepat sampai di apartemen dan langsung tidur, akan tetapi hal itu tak semudah dibayangkan, bahkan terkadang sekedar untuk tidur saja sangat sulit sekali, karena selalu saja ada beberapa urusan dikantor yang harus diselesaikan sebelum besok.

Toxic, yah aku terkadang menyebutnya toxic, karena dengan pola hidupku yang seperti sekarang ini katanya bisa memperpendek umur, tapi mau bagaimana lagi bukankah hidup itu keras dan penuh perjuangan tidak serta merta orang selalu berada diposisi aman dan nyaman, jika terus seperti itu tidak akan ada perubahan di dalam dirinya, tenanglah suatu hari nanti hal-hal melelahkan seperti ini pasti akan berlalu. Dalam hidupku saat ini hal kecil saja bisa berdampak besar seperti menikmati akhir pekan dimana aku bisa menghabiskan banyak waktu sendiri dirumah, beristirahat sepanjang hari, menikmati teh hangat beraroma vanilla kesukaanku, terbangun tidur tanpa jam alarm. Hari itu merupakan hari dimana aku bisa terbebas dari segala rutinitas padatku. Terkadang sesekali berbelanja dan menonton bioskop sendiri untuk menambah hiburan.

Teman sekantor ku sering bilang, kalau aku merupakan sosok wanita yang lebih nyaman melakukan apapun sendirian, dan jarang menghabiskan akhir pekan bersama yang lain, setiap kali mereka mengajak pergi keluar aku selalu menolak. Tak heran jika beberapa diantara mereka memandangku sombong, tapi mau bagaimana lagi.., berkerumun dengan banyak orang terkadang justru membuatku kewalahan, beberapa teman sering bertanya apa tidak bosan hidup sendiri tanpa seorang kekasih, aku pun hanya membalas dengan sebuah senyuman.

Sedikit cerita aku mempunyai kenangan buruk tentang image seorang pria, dulu sewaktu masih duduk di bangku kuliah aku sering mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sekelas terutama pria, mereka suka sekali meledek penampilan ku baik itu rupa maupun gaya berpakaian ku yang sederhana mungkin karena aku dari desa dan aku juga tidak semenarik seperti kebanyakan wanita yang ada di kelasku yang gemar ke salon dan bergaya kekinian. Aku hidup sebagai anak rantauan yang serba pas-pasan, dengan modal sebuah beasiswa yang pada akhirnya aku bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Tak hanya itu aku juga pernah menjadi korban pelecehan saat berada di sebuah angkutan umum saat hendak pulang dari kuliah dan hal itu membuatku sangat trauma, tidak ada yang tahu tentang hal itu kecuali diriku sendiri dan karena kejadian itu aku jadi takut untuk berteman dengan pria manapun hingga perasaanku benar-benar pulih sepenuhnya.

Hingga pada suatu hari setengah jalan cerita hidupku berubah. Bermula ketika aku bertemu dengan Rubi. Rubi adalah sosok. Makhluk kecil yang lucu dan menggemaskan dia adalah seekor kucing jantan domestic berwarna abu abu dengan corak hitam diatas kepala dan juga ekornya. Awal mula kami bertemu saat berada di sebuah taman yang tak jauh dari apartemenku.

Sore itu saat akan pulang ke apartemen, tiba-tiba saja rasanya aku ingin sesekali untuk mampir sebentar ke taman yang jaraknya tak jauh dari tempat tinggalku. kalau sudah sore seperti ini biasanya lumayan ramai di kunjungi muda mudi, tapi kali ini berbeda sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku. Mungkin karena habis hujan makanya orang-orang pada enggan ke sini, hampir tidak ada orang disini selain tukang bersih-bersih taman, tapi baguslah memang suasana seperti ini yang aku inginkan. Sambil tersenyum tipis tanpa pikir panjang lagi aku lekas mengeluarkan makanan cepat saji dari kantong plastik yang aku beli ketika dalam perjalanan tadi. Hemm.. aroma burger yang masih hangat benar benar menggoda selera makanku, sampai aku lupa kalau aku sedang diet. Gigitan pertama, hah.. rasanya luar biasa perpaduan antara saus dan mayonaise lumer di mulut. saat hendak menikmati santapan sore tiba-iba ada sosok makhluk kecil datang menghampiriku dengan tubuhnya yang kurus dan gemetaran. Dia melirik ke arahku sambil mengeong, tubuhnya agak sedikit dicondongkan menghadap kearah makanan yang sedang aku pegang, hidungnya terus saja mengendus. Sesekali dia berdiri seperti ingin meraihnya.

Dia terlihat begitu menggemaskan, Kemudian tanpa pikir panjang aku berikan kucing kecil malang ini sedikit irisan daging burger yang sebelumnya sudah aku bersihkan dengan air mineral, karena kupikir saos dan mayonaise tidak akan disukainya apalagi rasanya yang lumayan pedas dan asam.

belum sempat aku menyuapinya dia langsung menyambar dengan cepat hingga aku terkejut. kucing kecil yang malang itu makan begitu lahapnya, ketika makanannya sudah habis dia melirik dan mengeong ke arahku lagi, tapi sayang daging burgernya sudah aku berikan semua padanya.

Setelah itu aku beranjak pulang karena hari sudah mau gelap, baru beberapa langkah aku beranjak pergi dari tempat sana tiba-tiba kucing kecil itu mengikutiku sampai aku masuk ke dalam mobil. Hingga terjadilah perang batin, disisi lain batinku gelisah untuk beranjak dari sana tetapi disisi lain aku coba mengabaikannya. Dia terus saja mengeong seakan-akan tidak ingin ditinggalkan sendiri. beberapa saat setelah itu masih dengan posisi yang sama kucing itu memandangiku dari luar mobil aku masih saja belum bisa memutuskan sampai pada akhirnya munculah pikiran mungkin dia masih kelaparan pikirku saat itu. Lalu aku putuskan untuk memesan makanan secara online. Saat itu aku belum pernah sama sekali memiliki pengalaman terkait kucing, yang aku tahu dari pelajaran sewaktu dibangku sekolah dasar dulu kucing merupakan makhluk karnivora. Jadi pasti dia menyukai daging, begitu pesanan tiba kucing kecil itu menjadi sedikit agresif, dia semakin mengencangkan suaranya padahal sebelumnya tidak seperti itu. Dia tahu bahwa ada makanan lezat telah menantinya, yaitu sepotong ayam goreng original, dengan perlahan-lahan aku memberinya potongan ayam tersebut. Kucing itu begitu menyantapnya dengan lahap sambil mengeluarkan sedikit suara aneh. Mungkin dia ingin memberitahu bahwa ayam ini sungguh lezat dan siapapun tidak boleh mengambilnya.

Dari situ sekali lagi aku mendapatkan makna pelajaran hidup, bahwa untuk selalu bersyukur atas apa yang aku miliki sekarang dan juga pentingnya berbagi selain kepada manusia.

Beberapa saat kemudian saat kucing kecil itu sedang lahap makan, diam-diam aku beranjak pergi. Aku berpikir pertemuanku dengannya berakhir sampai disini. Tapi tidak, saat akan menyalakan mesin mobil. Tiba-tiba kucing kecil itu sudah berada disamping mobilku, dia memandangiku dengan tatapan seolah memberi isyarat, tak hanya itu kucing kecil itu terus saja mengeong. tanpa pikir panjang aku langsung tancap gas, tapi entah kenapa ada yang aneh di dalam diriku, aku merasakan sesak juga gelisah. aku memikirkan nasib kucing kecil itu sendirian disana tanpa induk. sampai akhirnya aku memutar balik arah dan kembali ke tempat itu. Begitu aku keluar dari mobil dia bergegas langsung menghampiriku.., dia menggesekan tubuh mungilnya di kaki ku sambil mengeong. "sekarang kamu ikut aku yah"ujarku sambil mengelus tubuhnya yang sedikit basah dan kurus, tulang rusuknya begitu terasa saat aku merabanya.

Saat ditengah perjalanan dia menggigil mungkin karena AC dimobil, lalu tiba tiba beberapa saat aku matikan AC hal yang tak aku sangka terjadi, kucing itu buang air besar di jok mobilku. Seketika itu aku mengernyitkan kening dan menutup hidung. aku mencoba membersihkannya dengan tissue, aku berpikir setelah aku bersihkan semuanya akan beres tapi tidak kucing kecil itu selain tidak mau berhenti untuk buang air besar berbentuk cairan encer berwarna abu pekat dia juga memuntahkan semua makanan yang di makannya tadi, tak sampai disitu selang beberapa menit dia kembali muntah dan kali ini berbentuk cairan saja berwarna kuning cerah. Tak hanya itu, karena ini baru pertama kali dan aku belum terbiasa demgan keadaan seperti ini membuat perut ku mual, bau tidak sedap dari kotorannya membuatku memuntahkan semua yang aku makan sebelumnya.

Sesaat kemudian aku berpikir untuk tidak jadi membawanya pulang, karena aku tidak yakin apakah aku bisa mengurusnya. Tapi jika dilihat kondisi tubuh kucing kecil ini dalam keadaan tidak baik aku tidak tega jika harus meninggalkannya dalam keadaan seperti itu. Akhirnya sebelum pulang aku menyempatkan mampir ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa tissue kering dan basah serta handuk.

Saat tengah berbelanja aku teringat bahwa di minimarket ini menjual makanan kucing, yang awalnya dulu aku sempat mengira kalau itu adalah makanan ringan yang bisa dimakan manusia. sesampai dimeja kasir aku sempat meminta kardus bekas yang akan aku gunakan untuk membawa kucing itu masuk ke apartemen secara diam-diam. saat sedang memeriksa belanjaan petugas kasir iseng menanyaiku "mbak pelihara kucing ras atau kampung?" aku yang tidak tahu apa itu kucing ras dan apa itu kucing kampung dengan santai menjawab "barusan ketemu kucing kecil di dekat taman ujung sana mbak, badannya kurus dan sepertinya dia lagi kurang sehat".

lalu petugas kasir menyarankan agar aku segera membawanya ke klinik hewan yang kebetulan jaraknya tak jauh dari lokasi minimarket tersebut. Atas saran dari petugas kasir yang baik itu pun akhirnya aku membawa kucing kecil itu ke klinik hewan.