webnovel

Calon Imamku (Tamat)

Faezya Farzan, seorang mahasiswi jurusan PGMI, dia sering sekali bermimpi bertemu dengan seorang pria berjubah putih berparas rupawan dengan senyu manis, pria itu selalu mengatakan bahwa dia adalah calon istrinya. Faeyza jatuh cinta dengan seorang pria dama mimpi tersebut, berusaha mencari dan terus mencari hingga hatinya tak mampu terbuka untuk pria lain, tak perduli bahwa dirinya akan dianggap gila. Dia hanya ingin bertemu dengan bersama pria tersebut. "Aku hanya inginkan dirimu, calon imamku."

Firanda_Firdaus · 历史言情
分數不夠
88 Chs

Episode 65

Episode 65

Maula publisher…

Devan menghentikan mobilnya di depan pintu masuk kantor Maula publisher, dia segera keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk majikannya.

Zein keluar dari mobil lalu membantu sang Istri untuk keluar, Faeyza menerima uluran tangan sang Suami.

Tanvir keluar dari pintu sebelah, dia tidak membantu Nita untuk keluar tapi malah berjalan menghampiri iparnya, tersenyum lembut saat menatapnya.

Sret …

Zein meraih pinggang sang Istri lalu membawanya pergi, dia tidak ingin Adiknya itu terus memberikan tatapan memuja.

Nita berjalan menghampiri calon Suaminya, berdiri di samping sang kekasih seperti berdiri di depan orang asing.

"Tanvir, apakah kita akan masuk juga?" Tanyanya.

"Ya, ayo." Tanvir meraih tangan Nita, dalam hatinya dia hanya menganggap kalau gadis itu sebagai teman yang harus dihormati meski akan dinikahi sebagai alat agar dirinya bisa leluasa mengejar Faeyza.

Nita merasa sangat senang ketika Tanvir menggenggam tangannya, mungkin dirinya hanya perlu bersabar hingga pria itu mengerti tentang hubungan mereka.

Faeyza berhenti saat di depan lift, dia bahkan menarik jas lengan sang Suami seperti seorang yang takut untuk masuk.

Zein menoleh ke arah sang Istri, dia pikir selama dua hari di ZEM sudah bisa naik lift tapi sepertinya justru tidak.

"Sayank, kenapa kamu menarik lengan baju ku seperti itu?"

"Mas, kita naik tangga saja ya? Aku takut naik lift, aku pernah naik lift di ZEM sekali, seperti bergoyang. Aku takut," jelas Faeyza sudah pucat pasi.

Zein Ekky Maulana menaikkan sebelah alisnya, naik lift seperti bergoyang? Apakah gadis itu belum pernah naik lift dan hanya sekali?

"Sayank, kita akan naik ke lantai 27. Kantor CEO ada di sana, kita naik apa untuk sampai kesana?"

"Naik tangga, Mas. Itu lebih aman," jawab Faeyza cepat, dengan tinggi yang hanya 155 menatap seorang pria dengan tinggi 191 harus mendongak.

"Aman?" Zein tidak tahu harus menjawab apa, aman si aman tapi kaki akan kelelahan bahkan mungkin dengan kondisi fisiknya yang memiliki penyakit jantung bisa tidak akan sanggup.

"Istriku, ini lift khusus direktur. Tidak akan ada masalah, lagipula lift di ZEM juga semua baik, berkualitas tinggi. Sayank, kamu tenang saja. Ada Mas di sini, kalau kamu takut, kamu bisa peluk Mas sekencang mungkin seperti saat kamu dibawah Mas malam itu bahkan kukumu menancap di punggung."

Faeyza memalingkan wajah karena malu, dirinya masih seorang gadis belum pernah disentuh oleh lelaki manapun dan itu pertama kalinya, tentu saja akan merasa sakit meski setelah itu rasanya sangat menyenangkan dan buat orang ketagihan.

"Ih, Mas bicara apa si?!"

Zein tersenyum simpul, ia sedikit merendahkan tubuh lalu mengangkat tubuh sang Istri, meletakkan di gendongannya.

"Sayank, tidak perlu malu. Maz adalah suamimu, Maz milikmu. Kita masuk ke lift ya? Nanti kamu akan terbiasa masuk ke dalam lift. Kalau naik tangga sampai 27, Mas belum yakin sanggup, Sayank."

Faeyza mengalungkan lengannya di leher sang Suami, pasrah dan percaya saja deh. Sungguh memalukan, mau masuk lift saja seperti mau naik ke atas ranjang saat malam pertama.

Zein melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift, terlihat Tanvir berlari menyusul sebelum lift tertutup pria itu bersama Nita masuk ke dalam lift.

Nita dan Tanvir sedikit terengah-engah karena berlari, setelah berhasil mengatur nafasnya mereka baru mengalihkan perhatiannya pada Faeyza yang terlihat begitu nyaman dalam gendongan sang Suami.

"Kak, bukankah Kakak sedang sakit? Kenapa Kakak menggendongnya seperti itu?" Tanvir sangat tidak suka melihat pemandangan mesrah di depannya tersebut.

"Aku baik-baik saja, aku tidak merasa sakit ketika menggendong Istriku. Aku akan merasa jauh lebih sakit kalau Istri ku digendong oleh mu," balas Zein tenang.

Faeyza semakin mengeratkan pelukannya, dia takut berada dalam lift, seumur hidup baru dua kali naik lift, wajar saja orang kampung dengan kehidupan sangat sederhana, uang jajan saja seminggu hanya 25 ribu. Setelah menikah ia harus beradaptasi dengan kehidupan sang Suami yang merupakan seorang miliarder, serba makanan enak tanpa harus berpikir biaya hidup dapat darimana.

"Lagipula… untuk apa kamu pergi ke Maula publisher? Seingat ku, kamu tidak memiliki urusan yang penting."

"Aku?" Tanvir bingung harus menjawab apa, dirinya memang tidak ada urusan selain untuk menjaga kedekatan Faeyza dengan Zein agar tidak melakukan hal yang menurutnya dosa padahal sama sekali tidak dosa karena mereka adalah pasangan Suami Istri yang sah.

"Aku… aku tentu saja menjaga kalian, Faeyza itu adalah gadis baik-baik. Aku tidak ingin kalau sampai Kakak melakukan sesuatu yang tidak baik terhadapnya."

Ting …

Suara lift terbuka, Zein melangkahkan kaki keluar dari lift, ia menurunkan sang Istri dari gendongannya tapi tetap memeluknya agar tidak ada orang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Sayank, kita sudah keluar dari lift. Kamu bisa membuka matamu."

Perlahan Faeyza membuka matanya, ternyata benar kalau mereka sudah sampai di lantai 27.

Tanvir dan Nita menyusul sepasang Suami Istri tersebut, mereka berdiri di depannya.

"Tanvir, tadi kamu mengatakan bahwa kamu takut kalau Kakak akan melakukan sesuatu pada Faeyza? Maksudmu seperti ini?" Zein menarik pinggang sang Istri lalu menciumnya lembut serta penuh kasih sayang.

Tanvir mengepalkan tangan melihat kemesraan mereka, ia pun langsung pergi dengan perasaan marah.

Zein menyudahi ciumannya setelah melihat Adiknya pergi, dia tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkah sang Adik.

Faeyza menundukkan kepala, ia merasa sangat malu karena mendapatkan ciuman di tempat umum, rasanya sangat manis dan membuat orang ketagihan.

Nita ikut bersemu merah, tidak menyangka pria alaihim juga bisa bersikap romantis di depan umum.

"Za, kalian sangat romantis. Tapi kenapa Tanvir terlihat seperti orang yang cemburu? Apakah ucapannya selama ini pada ku hanya permainan? Atau hanya agar memiliki alasan bisa dekat denganmu."

Faeyza mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya tersebut, ia sebenarnya juga tidak tahu tapi juga tidak ingin menduga-duga, khawatir kalau akan menimbulkan fitnah.

"Nit, aku juga tidak tahu. Kenapa tidak kamu tanyakan saja pada Tanvir, kamu mungkin bukan bersedia menikah dengan orang yang tidak mencintai mu?"

Nita mengangguk, siapapun juga tidak akan bersedia menikah dengan pria yang tidak mencintainya apa lagi mencintai gadis lain.

"Za, tapi Tanvir selalu merasa kesal setiap kali kamu bersama Suamimu. Apakah kamu mencintai Suamimu?" Tanyanya penasaran, dia akan merasa lega kalau sahabatnya itu mencintai pria yang telah menikahinya.

"Aku? Tentu saja aku sangat mencintai Mas Zein, aku tidak akan mungkin tidak mencintainya. Ya, meski dulu kami menikah bukan karena cinta lebih tepatnya Maz Zein tidak mencintai ku. Tapi sekarang dia yang sayang padaku dan memperlakukan ku dengan sangat baik," jawab Faeyza sedikit terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya tersebut.

Zein maju selangkah, dia merangkul bahu sang Istri."Sayank, kamu waktu itu bukan istri ku. Tidak ada alasan untuk ku mencintaimu, tapi sekarang kamu adalah tanggung jawab ku. Aku akan mencintaimu dengan sepenuh hati.,"