"Di mana sih mah teman Mama itu, Kenapa jam segini belum juga sampai? apakah mereka benar-benar akan datang atau hanya wacana saja?" Tanya kayra.
Di dalam otaknya saat ini sudah dipenuhi dengan berbagai macam rencana Untuk membatalkan pertunangan ini. Tapi sebelumnya, ia harus berbicara lebih dulu dengan orang yang akan menjadi tunangannya itu. mereka harus membuat kesepakatan agar hubungan ini retak di tengah jalan seperti mana yang telah Ia dan Mamanya sepakati sejak awal.
"Kamu yang sabar dong, jangan seperti ini. Mereka pasti datang kok, apa yang telah dijanjikan akan tetap terjadi. Lagian tadi dia juga sudah menelpon mama Dengan mengatakan kalau saat ini mereka sudah di jalan dan sedang berada di kemacetan. Mungkin sebentar lagi sampai, tunggu saja dan tenang di tempat kamu itu. "Jawab sang Mama yang juga mulai sedikit panik, karena sejak tadi sahabatnya itu sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Setengah jam berlalu dari waktu yang telah mereka janjikan. Tak biasanya mereka itu seperti ini.
"Iya benar, Apakah kamu sudah lapar sayang" timpal sang papa. Ia baru teringat bahwa anak semata wayangnya itu memiliki penyakit lambung.
Kayra menggelengkan kepalanya, ia hanya tidak sabar untuk bertemu dengan calon tunangannya itu. Ia takut jika semakin lama laki-laki itu datang, maka apa yang ada dalam pikirannya ini akan hilang.
"Tunggu sebentar lagi saja, Mama yakin kok kalau mereka akan datang."
Kayra memutar matanya dengan malas dan kemudian langsung mengambil ponselnya untuk ia mainkan mengusir rasa suntuk.
Krekkk
Suara pintu yang terbuka membuat kedua orang tua Kayra menoleh ke arah pintu tersebut dan mendapati temannya.
"Akhirnya datang Juga," ucap mama Kayra sambil memeluk sahabat karibnya dulu, sebagai sambutan hangat setelah lama tidak jumpa. Meskipun beberapa hari lalu mereka bertemu, tapi saat itu mereka sedang ada jadwal penting hingga mereka hanya bertegur sapa dan saling bertukar nomor ponsel.
"Maaf ya telat, tadi jalanan terlalu macet hingga kami harus mencari alternatif lain. "
"Tidak apa-apa kok, kami juga baru saja datang."
"Ah syukurlah, takutnya kami membuat kalian menunggu lebih lama. Jujur saja Kami merasa tidak enak akan hal itu."
"Ini kenalkan Putra kami." ucap bunda Bian, ia langsung menarik anak Samata wayangnya untuk keluar dari persembunyian.
Melihat kedua orang tua yang masih terlihat cantik dan juga tampan itu, seketika membuat Bian terpesona. Tidak salah kalau Kayra begitu cantik, rupanya keturunan dari kedua orang tuanya ini.
Bian memberikan rasa hormatnya kepada kedua orang tua Kayra dengan memberikan salam hangat, dan juga yang paling terpenting adalah senyum termanis yang jarang sekali ia keluarkan itu.
"Bian Om, tante." ucap Bian memperkenalkan dirinya.
"Nama yang sangat bagus," ucap papa Kayra berhasil membuat Bian tersipu malu di tempatnya.
Sementara di tempatnya berada, Kayra masih sibuk bersama ponselnya. ia tak memperdulikan hari ini ada janjian penting yang ia hadiri.
Kedua orang tua Bian langsung menoleh ke arah Kayra yang sama sekali tidak memberikan sambutan kepada mereka.
"Ah iya, Kay, sini nak kenalan dulu dengan teman mama dan papa." ucap mamanya.
Entah ia terlalu fokus atau apa, tapi saat ini ucapan dari mamanya itu sama sekali tidak direspon dengan Kayra. ia benar sangat sibuk melihat video yang saat ini sedang ia tonton tersebut.
Tak ingin malu di depan teman-temannya, mamanya langsung mengembangkan senyum dan berjalan untuk menghampiri anaknya itu.
"Kay, hentikan main ponselmu itu, karena saat ini mereka sudah tiba. Jangan membuat masalah di sini nak." ucap mamanya.
Mendengar itu, kayra langsung mengangkat wajahnya untuk melihat teman mama dan Papanya Itu, beserta dengan anak yang akan dijodohkan dengan dirinya.
"Beri sambutan hangat kepada mereka berdua lebih dulu." titah mamanya.
Kaira turun dari tempat duduknya dan kemudian berjalan untuk menghampiri kedua teman mamanya itu.
"Kayra om, Tante." ucap Kayra dengan sangat ramah sekali dan tak lupa juga senyum termanis pun menghiasi wajah cantiknya, membuat ia terlihat sangat cantik sekali. Seketika kedua orang tua Bian pun langsung terpana akan kecantikan yang diturunkan oleh kedua orang tua Kayra tersebut.
"Cantik sekali sih kamu, nak." Ucap Bunda Bian.
"Terima kasih Om, tante." jawab Kayra.
"Untuk apa kamu berterima kasih? Kami mengatakan Yang sejujurnya, bahwa kamu memang sangat cantik." ucap Ayah Bian pula.
"Oh iya, ini anak kami namanya Bian. "Ucap Bunda Bian memperkenalkan putranya kepada Kayra.
Sontak saja ketika melihat sosok Bian yang ada di hadapannya itu langsung membuat raut wajah Kayra berubah 180 derajat. Apakah ini tandanya kalau orang yang akan menjadi tunangannya itu adalah laki-laki yang sering sekali mengejek dirinya berdebat di sekolah?
Kayra gelengkan kepalanya bersamaan dengan itu, ia mengucap-ucek matanya agar tidak salah melihat Siapa laki-laki yang ada di hadapannya ini. Tapi tak peduli berapa banyak kali pun ia menggelengkan kepalanya ataupun mengucek kedua matanya, orang di hadapannya ini tetaplah sama, dia adalah Bian musuh buyutannya di sekolah.
Bagaimana bisa Tuhan memberikan jalan takdir seperti ini? dari banyaknya laki-laki yang ada di muka bumi ini, Kenapa harus Bian?
Dia sangat bodoh sekali karena tidak meminta untuk dilihatkan dulu fotonya. Padahal tadi saat di perjalanan menuju ke sini, Mamanya sudah ingin menunjukkan foto orang yang akan menjadi tunangannya itu. Tapi apa yang mau dikatakan? Semuanya sudah terjadi dan untuk menolak ini akan membuat kedua orang tuanya malu. Tapi jika tetap dilanjutkan maka akan membuat hidupnya sengsara ke depannya.
Mengapa takdirnya begitu sangat menyedihkan seperti ini.
Bian yang melihat Kayra seperti itu benar-benar sangat puas sekali, seperti tidak pernah terjadi apapun di antara mereka, ia mengembangkan senyum termanis yang ia punya dan yang pastinya yang tak pernah Ia tampakkan pada siapapun di sekolah. Bian mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Kayra.
"Bian," ucap Bian, Ia memberikan kode melalui matanya agar uluran tangannya itu disambut oleh kayra.
Dan tentu saja dengan sangat kesal sambil tetap menjaga image kedua orang tuanya, Kayra menerima uluran tangan tersebut.
"Kayra," ucapnya memperkenalkan diri pada musuh buyutannya itu.
Melihat ekspresi Kayra yang kurang senang itu membuat Bunda Bian merasa sedikit heran.
"Apakah ada sesuatu yang tidak kamu sukai dari Putra Tante ini?" tanya bunda Bian.
Ingin sekali rasanya ia berteriak Dengan mengatakan bahwa ia membenci laki-laki di hadapannya itu, namun hal itu kembali ia urungkan karena ia tidak ingin kedua orang tua yang sangat ia cintai itu merasa malu.
"Ah tidak kok om, tante." Ucap Kayra mencoba untuk berbohong.