Mereka sedang makan malam saat ini, bukan hanya dentingan sendok saja yang terdengar, melainkan obrolan kecil antara kedua orang tua mereka. Sementara mereka berdua hanya diam saja, ingin menikmati makanan yang ada tapi rasanya sangat malas Sekali. meskipun itu adalah makanan enak tapi tak ada selera sama sekali untuk di makan.
Pandangan Mata Bian terus saja tertuju pada Kayra yang nampak sangat bosan dengan makan malam kali ini.
Tanpa sengaja, mereka berdua saling adu pandang satu sama lainnya. Terlihat dengan jelas bahwa Kayra sangat membenci sosok Bian yang ada di hadapannya itu, tapi tatapan Bian yang dingin itu sulit untuk diartikan oleh Kayra.
"Oh iya, bagaimana kalau sekarang saja kita laksanakan pertunangan nya?" Ucap Bunda Bian yang sontak membuat Kayra melebarkan Matanya.
"No!" Ucap Kayra dengan begitu lantang.
Dan hal itu sontak saja membuat semua pandangan mengarah ke arah Kayra.
"Ada apa Kay?" Tanya bunda Bian.
"Iya Sayang, ada apa dengan kamu?" kini mamanya pula yang mengajukan pertanyaan.
"Bukan apa-apa kok Ma, hanya saja aku rasa aku perlu berbicara dengan Bian terlebih dahulu." ucap Kayra.
Mendengar itu, membuat Bian menaikkan alisnya, entah apa yang ingin dibicarakan oleh kayra ini.
"Ada apa kay? Apakah ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu katakan padaku? Bukankah kita sudah sering bertemu di sekolah? lalu apalagi yang ingin dibicarakan?" tanya Bian, ia tidak akan menyetujui apapun yang ingin Kayra sepakati bersamanya. Ia tahu persis, Bahwa saat ini Kayra ingin membuat kesepakatan bersamanya.
"Benar, Kita sudah sering sekali bertemu di sekolah dan rasanya akan sedikit canggung jika tiba-tiba kita langsung bertunangan seperti ini. tidakkah diantara kita berdua harus menyelesaikan sedikit permasalahan yang ada?" jawab Kayra langsung pada intinya saja.
"Apakah itu pertanda bahwa kalian berdua tidak memiliki hubungan yang baik di sekolah?" tanya ayah Bian yang sedikit merasa heran dengan gerak-gerik kedua anak mereka itu.
"Tidak kok." ucap keduanya secara serentak.
Hal itu membuat kedua orang tuanya langsung menaikkan alis menatap ke arah mereka. Belum apa-apa keduanya sudah saling kompak seperti ini, sepertinya pilihan mereka untuk menyatukan Kayra dan Bian tidaklah merupakan hal yang buruk.
"Begini saja, beri kami waktu 15 menit saja untuk berbicara. Ada beberapa hal yang harus kamu bicarakan di sini. Bukankah pertunangan itu adalah mengikat dua orang?dan kami yang sebagai terikat ini harus saling mengenal satu sama lain. Meskipun kami berada di sekolah yang sama, tentu saja kami tidak terlalu mengenal." ucap Kayra, ia harus membuat kesepakatan terlebih dahulu bersama dengan Bian sebelum pertunangan ini terlaksanakan.
"Tapi aku sedang tidak ingin membahas apapun dengan kamu Kay, di sekolah hubungan kita terlalu baik. jadi apalagi yang harus menjadi pertimbangan kamu di sini?" jawab Bian yang sama sekali tidak ingin bergerak dari tempat duduknya itu.
Kesempatan emas sudah berada di tangannya dan ia tidak akan mungkin menyia-nyiakannya begitu saja.
"Tidak, tidak seperti itu Bian. aku ingin kamu mengerti diriku, tentang sisi lain yang tak pernah kamu ketahui agar pertunangan ini berjalan sesuai dengan semesti yang diinginkan oleh kedua orang tua kita. Meskipun kita sering bertemu dan mengenal baik satu sama lain, tapi ada beberapa hal yang tidak kamu kenal dari diriku. Aku rasa, waktu 15 menit cukup untuk membuat kita saling mengerti satu sama lainnya." Ucap Kayra.
Setelah mengatakan itu Kayra langsung bangkit dari posisi duduknya dan bergegas menghampiri Bian untuk menarik laki-laki itu menjauh dari kedua orang tua mereka. Ia ingin meluruskan tentang pertunangan ini. Jangan Bian pikir dirinya ini setuju untuk diikat bersama dirinya dalam hubungan seperti ini.
"Permisi, om dan tante." Ucap Kayra sambil mengembangkan senyum ke arah kedua orang tua Bian. Tak lupa juga dirinya menarik laki-laki itu dengan sangat kasar untuk mengikuti langkah kakinya yang segera ingin keluar dari ruangan tersebut.
Tak ada satu orang pun yang bisa menahan dirinya untuk tetap tinggal. Kedua orang tua mereka sama-sama mengerti bahwa mereka juga membutuhkan sedikit privasi. Seperti apa yang dikatakan oleh kayra tadi. Ada beberapa hal yang harus mereka luruskan sebelum mereka berdua saling mengikat diri satu sama lain dalam hubungan pertunangan tersebut.
"Ingat, waktu kalian hanya 15 menit saja, jadi jangan sampai lebih dari itu. Karena hari sudah semakin malam dan acara pertunangan pun belum juga terlaksana kan. Ada beberapa hal juga yang ingin kami sampaikan di sini, Jadi tolong kerjasamanya." ucap papa Kayra yang menghentikan langkah mereka tersebut.
"Baiklah, mungkin Kami tidak akan sampai 15 menit. Anggap saja 15 menit dari sekarang." ucap Kayra.
Bian yang merasa sedikit kebingungan itu hanya diam saja di tempatnya, sama sekali ia tidak memberikan jawaban apapun kepada mereka. Otaknya terus berpikir apa yang sebenarnya diinginkan oleh kayra.
Apapun itu yang diinginkan oleh Kayra, tidak akan ia setujui. Karena untuk mendapatkan kesempatan seperti ini bukanlah hal mudah. Mungkin saja Tuhan sedang berbaik hati kepada dirinya, Karena menjadikan ia laki-laki beruntung yang akan bertunangan dengan wanita dihadapannya itu, yang tak lain dan tak bukan adalah musuh bebuyutan nya sendiri.
Dan ia jelas tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan oleh Tuhan ini. Pada kesempatan ini, ia bebas untuk melakukan apa saja yang ingin ia lakukan kepada Kayra.
Wanita itu harus tunduk kepadanya Apapun yang terjadi nanti.
Mereka berdua langsung melangkah untuk Segera pergi meninggalkan kedua orang tua mereka, untuk membicarakan perihal hal yang penting yang ingin di katakan oleh Kayra itu.
"Menurut kalian, apa yang ingin dibicarakan oleh mereka saat ini?" tanya bunda Bian yang sedikit merasa aneh dengan gerak-gerik dari Kayra itu.
"Sudahlah, kita telah mempertemukan mereka berdua, sisanya merekalah yang menentukan. Untung-untung mereka mau berada dalam ikatan hubungan yang kita buat. Aku yakin kok pertunangan ini tetap akan terlaksanakan." ucap mama Kayra yang memberikan keyakinan kepada Bunda Bian untuk tidak mencemaskan apa yang terjadi.
"Benar sekali, keputusan akhir tetaplah berada pada mereka. Jadi sudah lah. Tunggu saja mereka, aku percaya kok kalau hubungan ini akan tetap terlaksana. Aku percaya pada Putri ku yang tak akan mungkin mengkhianati kami. Jika ia sudah membuat keputusan, maka keputusan itu adalah keputusan mutlak." Timpal Papa Kayra pula.
Dari semua orang, ia adalah orang yang paling mengenal Putrinya. karena sifat putrinya itu yang sama persis dengan dirinya.