"Bagaimana? Apakah kamu berhasil membujuk anakmu itu?" Tanya mama Kayra yang saat ini sedang berteleponan dengan sahabat karibnya dulu itu.
"Belum, Kami masih mencoba segala cara untuk membuat dia mau menerima perjodohan ini. Bagaimana dengan anakmu? Apakah ia sudah menerimanya?" Tanya seseorang yang berada di ambang telepon tersebut.
"Sudah, kami sudah berhasil untuk meyakinkan dia menerima pertunangan ini, jadi malam nanti selain makan malam maka malam itu akan menjadi malam pertunangan bagi mereka semisalnya kalau anak kamu setuju." Ucap mama Kayra.
"Bagaimana cara kamu membuat anak kamu setuju? Bukankah dia adalah anak yang keras kepala dan tidak akan mau menerima apa yang tidak ia inginkan?"
"Benar sekali, Dia adalah orang yang sangat keras kepala, tapi bagaimanapun manusia dia tetaplah memiliki kelemahan. Aku mengancam dia untuk ikut kami pindah ke Amerika. Tentu saja itu adalah hal yang tidak ia inginkan, karena baginya ia sudah nyaman berada di Indonesia ini."
"Ah, kalau begitu aku memiliki ide untuk meyakinkan Bian. Sudah dulu ya nanti kita bertemu saja di acara makan malam dan aku akan Aku pastikan kalau Bian akan menerima perjodohan ini."
"Bagaimana cara kamu meyakinkan dia?"
"Seperti apa yang kamu bilang, bahwa semua orang pasti memiliki kelemahan dan itu juga berlaku pada Bian. Sudahlah, akan aku coba untuk lebih meyakinkan semuanya ini. Tunggu saja informasi selanjutnya Apakah ia menerima atau tidak."
"Baiklah jika seperti itu, semoga ada kabar baik yang kami dengar setelah ini tentang anak-anak kita."
"Iya, tunggu saja berita bahagianya, di mana kita berdua akan menjadi besan seperti apa yang kita impikan sewaktu kita sekolah dulu."
"Mengingat itu, aku benar-benar belum percaya bahwa saat ini kita sudah setua ini dan memiliki anak yang akan menjadi jembatan menghubungkan kita semakin dekat menjadi satu keluarga."
"Benar sekali, sangat sulit memang menghubungkan dua orang seperti anak-anak kita ini. Tapi percayalah, kita lebih memiliki banyak cara yang bisa kita andalkan di sini."
setelah Itu terdengar suara tertawa dari kedua wanita tersebut.
"Baiklah jika seperti itu, aku sepertinya akan pergi bersiap-siap dulu. Masih ada waktu 4 jam lagi sebelum makan malam tiba."
"Oh iya, terlalu santai sekali ternyata aku. Kalau begitu aku akan melancarkan aksi membuat Bian menerima pertunangan ini."
"Ok, Semoga berhasil ya." Setelah mengatakan itu, panggilan pun langsung diputuskan secara sepihak oleh mama Kayra.
Senyum di wajahnya benar-benar tergambar dengan jelas ketika mengingat jawaban yang diberikan oleh kayra tadi.
Benar adanya kalau Ibu adalah orang yang paling mengenal sosok anaknya, karena dulu mereka pernah berbagi banyak hal di dalam perut.
"Bagaimana, Ma?"
"Tenang saja, semuanya bisa diatasi dengan baik kok. Kita siap-siap saja dulu, Apakah kamu sudah memesan tempat untuk kita makan malam nanti?"
"Sudah kok, semuanya sudah aman dan bisa terkendali. Hanya perlu kita datang ke sana saja."
Mendengar itu, wanita paruh baya yang masih saja terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu mengembangkan senyumnya hingga menampakkan dua buah lubang pipi yang membuat ia menjadi semakin cantik.
"Aku sudah tidak sabar lagi untuk semuanya ini. Sebentar lagi, kita akan menjadi besan dengan mereka." Ucap mama Kayra dengan begitu Bahagia sekali saat ini.
Suaminya pun juga ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh istrinya. Rasanya benar-benar tak bisa dipercaya, bahwa cara ini merupakan cara yang paling ampuh untuk meyakinkan anaknya tersebut.
"Baiklah kalau seperti itu, Aku tinggal dulu ya Pah, Aku akan membantu kayra bersiap-siap untuk acara nanti malam. Tentu saja anak kita harus terlihat cantik sekali."
"Oke, dan jangan lupa juga kalau kamu harus terlihat cantik. Bukan hanya Kayra saja yang harus cantik, tetapi istriku ini juga harus menunjukkan pesonanya." Ucap suaminya sambil mengedipkan sebelah mata dengan nakal.
Meskipun hanya mengatakan hal seperti itu, tapi itu bisa membuat wajah istrinya bersemu merah.
Melihat itu, ia jadi tertawa terbahak-bahak, meskipun sudah menjalani rumah tangga berpuluh tahun pun, Ia tetap merasa bahwa ia dan juga istrinya masih terasa baru menikah Kemarin, karena mereka benar-benar masih melakukan hal-hal dengan sangat malu. Seperti dua orang yang baru saja merasakan cinta, seperti apa yang terjadi saat ini contohnya.
Dari arah atas di lantai 2, Kayra berteriak membuat mama dan Papanya langsung menoleh ke arah atas di mana sudah ada putrinya di sana.
"Cepetan dong ma, katanya mau bantu untuk siap-siap. Malah mesra-mesraan sama papa, Apa kalian tidak malu sama aku?" Ucap kayra dari lantai atas.
"Kamu kalau ngomong mulutnya suka pengen diremas ya," ucap apanya yang langsung disambut dengan kekehan kecil oleh Kayra diatas sana.
Ia begitu hafal dengan kedua orang tuanya yang begitu harmonis kehidupannya. Bahkan ia juga punya cita-cita suatu saat nanti akan menemukan pasangan dan hidup bahagia seperti kedua orang tuanya tersebut.
Tapi apakah ada laki-laki yang seperti Papanya Itu? Sepertinya, jika pun ada, dia akan menjadi orang yang paling langka di dunia ini. Ah, Mengapa bukan dia yang menjadi istri dari Papanya Itu? jika itu terjadi, maka ia tidak perlu iri akan semuanya ini bukan?
Tapi detik kemudian ia langsung menepis semua pikirannya itu dari otaknya. Ia tidak boleh memiliki pemikiran seperti itu. Cukuplah dia menjadi seorang anak dari kedua pasangan harmonis itu, jangan ia menjadi pelakor dan merebut kebahagiaan dari sang mama.
Memikirkan hal itu saja membuat ia geli, apalagi jika hal itu benar-benar terjadi.
"Mama kalau Dalam waktu 5 menit tidak sampai di kamarku, maka aku akan berubah pikiran untuk menerima pertunangan ini, dan juga aku akan mengambil Papa menjadi suamiku biar mama menjadi janda." Teriak Kayra dari lantai atas.
Mendengar itu, tentu saja mengundang tawa untuk kedua orang tuanya itu. Hal ini sudah sering terjadi dan mereka bahagia dengan cara seperti ini. Keluarga kecil mereka dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada taranya, hal ini selalu ia panjatkan puji syukur kepada yang maha kuasa karena sampai saat ini, keluarga kecilnya masih baik-baik saja.
"Cih! Apakah kamu tidak puas jika harus menjadi anak saja? kenapa kamu harus menjadi pelakor untuk mamamu sendiri?" sinis sang Mama dari lantai bawah, namun ia ia tetap bangkit dari posisi duduknya untuk bergegas menuju ke kamar kayra.
"Karena Papa bukan hanya milik Mama saja tetapi juga milik aku, jadi Mama jangan sombong dan merasa orang yang memiliki papa satu-satunya, karena aku ada di antara kalian sebagai buah cinta kalian, dan aku adalah penguasa kalian berdua." Jawab kayra disertai dengan kekehan kecil.