Bintang mengendap-endap masuk ke dalam kelas, saat pak Juan sedang menulis di papan tulis.
"Pak Bintang telat lagi tuh," ucap seorang perempuan, dari bangku yang paling depan seketika itu pun pak Juan menoleh ke belakang.
"Bintang!!! Lagi-lagi, kamu bikin darah saya naik lagi," teriak pak Juan, yang emosinya memuncak pada Bintang.
"Yah ketauan deh," ucap Bintang sembari meringis.
"Sekarang kamu keluar, dan pergi ke ruang kepsek," ucap pak Juan.
"Iya pak," ucap Bintang sembari keluar dari kelas.
"Emang enak loe, makanya jangan cari masalah sama gue," gumam Bulan dalam hati.
"Jahat banget sih loe Lan, bikin temen gue ngadep ke pak kepsek," ucap Reza.
"Bodo amat, dia kan cari masalah terus sama gue," ketus Bulan.
Sementara Bintang di ruang kepsek, mendapatkan surat peringatan kedua dari sekolah.
"Ingat Bintang, sekali lagi kamu buat ulah di sekolah maka, dengan terpaksa kamu saya keluarkan dari sekolah," ucap pak kepsek.
"Iya pak saya ngerti kok," ucap Bintang.
"Yah sudah, sekarang kamu boleh keluar," ucap kepsek.
Lalu, Bintang pun keluar dari ruang kepsek.
"Mampus gue, kalo bonyok sampe tau gue dapet sp lagi dari sekolah, semua ini gara-gara si Bulan! Awas aja loe, tunggu pembalasan dari gue," gerutu Bintang pelan, seraya melangkah menuju kantin.
Jam istirahat, Bulan pergi ke toilet karena perutnya yang sedang sakit.
"Aduh...mules banget sih perut gue, perasaan gue ga makan pedes dari kemaren," keluh Bulan, sembari masuk ke dalam toilet.
Tak sengaja Bintang pun melihatnya, ia pun menggunakan kesempatan itu untuk mengunci toilet dari luar.
"Rasain loe, nginep-nginep deh situ di toilet yang bau," ucap Bintang pelan, dan bergegas pergi dari sana.
"Hah...plong juga rasanya, udah enak nih perut," ucap Bulan, sambil membuka pintu toilet.
"Loh kok ga bisa dibuka sih, tolong...ada orang di luar ga?, Bukain pintunya dong...," teriak Bulan dari dalam toilet.
Namun tak ada jawaban dari luar, karena suasana sepi jam pelajaran sudah dimulai sedangkan Bintang asyik, mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.
"Bintang, kamu tau Bulan kemana ga?," tanya bu Vivi, ketika melihat bangku Bulan kosong.
"Mana saya tau bu, emang saya ngantongin dia," jawab Bintang, sambil tertawa suasana kelas pun ramai karena yang lainnya ikut tertawa.
" Ibu harap tenang semuanya, ibu serius Bintang," ucap bu Vivi tegas.
"Saya juga serius bu, ga tau dia ada dimana," Bintang berbohong.
"Baiklah kalo begitu, kita lanjutkan pelajaran saya," ucap bu Vivi.
"Maaf yah bu, saya terpaksa boong abis saya kesel sih bu sama Bulan," gumam Bintang dalam hati, sembari konsentrasi dengan mata pelajaran bu Vivi.
Malam menunjukkan pukul 18.30 wib, Bintang sedang memainkan gitarnya sembari bernyanyi.
"Wih...enak banget nih lagu suka gue," ucap Bintang.
"Sayang, tadi ,Mamahnya bulan ke sini nanyain Bulan, soalnya sampe sekarang dia belum pulang ke rumah," ucap Mamah, yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Ya ampun Mamah ngagetin aja, tadi apa Mamah bilang Bulan belum pulang ke rumahnya sampe sekarang?," ucap Bintang histeris.
"Coba kamu bantu cariin dong, kasian Mamahnya Bulan khawatir banget kayaknya," ucap Mamah.
"Yahudah, aku bantu cariin deh Mah," ucap Bintang.
"Nah...gitu dong, itu baru namanya anak Mamah yang paling ganteng," ucap Mamah sembari tersenyum.
"Ah Mamah, bisa aja kalo ada maunya," sindir Bintang.
"Ih...beneran kok, Mamah ga boong emang kamu ganteng kali," ucap Mamah.
"Terserah Mamah aja deh, sekarang aku mau nyari Bulan dulu yah," pamit Bintang.
"Ati-ati yah nak," ucap Mamah, seraya turun ke bawah menuju ruang keluarga.
Bintang pun sudah mencari, ke rumah sahabat-sahabat Bulan tetapi dia juga tidak berada di sana.
"Kemana lagi, gue harus nyari tuh anak...mana udah malem lagi, apa jangan-jangan dia masih kekunci di dalem toilet lagi," gumam Bintang perlahan.
Kemudian pergi ke sekolah, yang cukup jauh sesampainya di sekolah Bintang langsung berlari menuju toilet sekolah,
"Lan...loe masih di dalem," ucap Bintang, namun tak jawaban dari dalam sana.
"Gue dobrak aja lah pintunya, takutnya dia kenapa-napa lagi di dalem," ucap Bintang, yang mencoba mendobrak pintu toilet akhirnya, pintu pun terbuka ia menemukan Bulan tergeletak di bawah.
"Lan...sadar Lan...," ucap Bintang panic, sembari memeriksa denyut nadi ditangannya.
"Masih berdetak, berarti dia masih hidup gue bawa aja deh dia ke rumah sakit," ucap Bintang, sembari membopong Bulan ke parkiran, dan masuk ke dalam mobil.
"Untung gue bawa mobil, coba kalo motor kan susah bawanya," gerutu Bintang, dan mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
Bulan pun sadar dari pingsannya, setelah satu jam berlalu Bintang pun terlelap tidur di sampingnya, sembari memegang tangan Bulan.
"Gue di mana nih? Kok bisa, ada si Bintang sih di sini," ucap Bulan pelan.
"Eh loe udah sadar Lan, syukurlah gue panik banget tau," ucap Bintang, yang terbangun dari tidurnya.
"Emang tadi gue kenapa, kok bisa sampe di rumah sakit gini sih?," tanya Bulan.
"Tadi tuh loe pingsan, di toilet sekolah terus gue nemuin loe pingsan di toilet," jawab Bintang.
"Oh iya, gue inget pas jam istirahat ada yang ngunciin gue di toilet, terus gue teriak-teriak ga ada yang nyaut dan bukain abis itu gue ga inget apa-apa lagi," ucap Bulan panjang lebar.
"Gue tuh tadi disuruh nyokap, nyariin loe soalnya nyokap loe dateng ke rumah gue, cemas nyariin loe belum sampe rumah juga," sambung Bintang.
"Tapi kok loe tau, gue ada di toilet sekolah sih? Apa jangan-jangan loe yang ngerjain gue," ucap Bulan.
"Maen tuduh aja ga ada bukti, gue tuh keliling dulu ke rumah temen deket loe, tapi loenya ga ada makanya gue nebak-nebak aja, jangan-jangan loe di sekolahan," ucap Bintang membela diri.
"Bener loe ga boong?," tanya Bulan penuh curiga.
"Beneran, gue ga boong kalo ga percaya tanya aja, temen-temen deket loe sekarang," jawab Bintang.
"Oke, kali ini gue percaya sama loe, tapi awas aja sampe ketauan gue, loe yang ngelakuin itu semua abis loe...," ancam Bulan.
"Nyesel gue nolongin loe, ujung-ujungnya dituduh yang macem-macem...mending gue balik aja lah," ucap Bintang, yang hendak keluar dari ruangan.
"Sorry, sorry...jangan pergi dong! temenin gue di sini yah," ucap Bulan sembari menarik tangan Bintang.
"Ogah ah, ntar gue dituduh macem-macem lagi dah sama loe," ucap Bintang.
"Ga Bin, gue janji deh, asal loe temenin gue yah," pinta Bulan.
"Oke deh, gue ngelakuin ini demi nyokap loe yah bukan demi loe," ucap Bintang yang kembali duduk di sampingnya.
"Terserah deh, loe mau bilang apa, yang penting loe temenin gue di sini...btw thanks yah udah nolongin gue, mungkin kalo ga ada loe gue ga tau deh kayak gimana nasib gue," ucap Bulan panjang lebar.
"Iya sama-sama Lan," ucap Bintang cuek.
"Udah gih, loe istirahat biar cepet sembuh," sambung Bintang lagi.
" Iya Bin, tapi loe juga tidur yah, kan besok sekolah," ucap Bulan.
"Gue mah gampang Lan," ucap Bintang.
Kemudian, Bulan pun memejamkan mata tertidur lelap sementara Bintang, hanya melihat wajah Bulan.
"Ternyata, loe cantik juga yah kalo lagi tidur," gumam Bintang dalam hati, sembari memejamkan kedua matanya untuk tidur.
Pagi buta Bintang membeli, sarapan di kantin rumah sakit untuk Bulan.
"Nih Lan, loe makan dulu biar badan loe enakan,"ucap Bintang, sambil menyodorkan bubur ke mulut Bulan.
"Ya ampun...jadi, ngerepotin loe nih," ucap Bulan, setelah menerima suapan bubur dari Bintang.
"Gapapa lagi, kan ga tiap hari ini Lan," ucap Bintang.
"Oh iya, loe udah ngubungin nyokap gue belum?," tanya Bulan.
"Udah kok, pas tadi sebelum loe bangun," jawab Bintang.
"Terus apa katanya?," tanya Bulan lagi.
"Katanya nyokap loe, mau ke sini pas jam sekolah," jawab Bintang lagi.
"Bin udah ah gue kenyang," ucap Bulan.
"Baru sedikit juga makannya, ayo satu kali lagi deh," ucap Bintang.
"Ga ah, perut gue udah ga nafsu," Bulan.
"Yahudah deh, nih sekarang loe minum obatnya dulu," ucap Bintang, sembari memberikan beberapa obat pada Bulan.
"Oke, gue minum nih obatnya," ucap Bulan, yang meminum obatnya.
"Sekarang, loe rebahan lagi yah," ucap Bintang.
"Bin loe kalo lagi kayak gini, perhatian banget sama gue tapi, kalo di sekolah loe rese banget sama gue," ucap Bulan.
"Gue mah perhatian, sama semua orang keles loenya aja yang ga tau, gue rese di sekolah karna loenya yang mulai duluan," ucap Bintang panjang lebar.
"Dih...sombong bener loe, loe keles yang sering rese sama gue," ucap Bulan.
"Tuh kan mulai lagi, gue balik nih," ucap Bintang.
"Yahudah balik sana, bukannya loe sekolah yah," usir Bulan.
"Ngusir nih ceritanya, oke gue balik dah," ucap Bintang.
"Bukannya gitu Bin, tapi kan loe harus sekolah...masa gara-gara gue loe jadi ga sekolah," ucap Bulan.
"Iya deh, gue balik mau sekolah kok," ucap Bintang.
"Nah...gitu dong, kan gue seneng dengernya," ucap Bulan.
Dan Bintang pun pergi, dari ruang rawat Bulan pulang ke rumahnya setelah itu pergi ke sekolah.
Di kelas Bintang, terlihat tak bersemangat tidak seperti biasanya.
"Bin loe kenapa, tumben bener alim kayak gini," ucap Reza pada Bintang.
"Ga tau nih, lagi ga semangat gini sekolah," ucap Bintang.
"Jangan-jangan karna Bulan ga masuk, makanya loe jadi lemes gitu," ucap Reza.
"Asbun loe, masa gara-gara si Bulan ga masuk doang gue lemes," ucap Bintang.
"Peres loe, keliatan keles dari mata loe," ucap Reza.
"Sotoi loe, kayak peramal aja," ucap Bintang.
"Yahudah deh, gimana kalo kita ke kantin aja," usul Reza.
"Boleh tuh, siapa tau rasa lemes gue bisa ilang," sahut Bintang.
Dan keduanya pun, pergi menuju kantin sekolah.
"Mas pesen, mie ayam baksonya dua yah sama teh botolnya dua," ucap Reza.
"Oh iya bro, katanya hari ini ada anak baru di kelas kita," ucap Reza.
"Anak baru cewek ato cowok?," tanya Bintang.
"Katanya sih, cewek pindahan dari bogor," jawab Reza.
"Wih...jadi penasaran gw, kayak apa orangnya," ucap Bintang bersemangat.
"Mana mau, dia sama loe...suka ngelanggar peraturan sekolah," sindir Reza.
"Tapi kan, gw paling ganteng satu sekolah, siapa coba yang ga klepek-klepek liat gue," ucap Bintang penuh percaya diri.
"Ada, satu cewek yang ga mau sama loe" sahut Reza.
"Siapa? Perasaan ga ada deh," ucap Bintang penasaran.
"Mau tau loe, yah si Bulan lah musuh bebuyutan loe...," sambung Reza lagi.
"Kalo itu mah, ga usah ditanya Za, dia mah emang sensi mulu, bawaannya kalo ketemu gue," Bintang.
"Udah dulu ngobrolnya, pak kepsek dateng tuh," ucap Reza yang seketika menutup mulutnya, setelah melihat pak kepsek datang ke kelas mereka.
"Selamat pagi siswa dan siswiku," sapa pak Kepsek.
"Selamat pagi pak," balas para siswa dan siswi.
" Hari ini kita kedatangan teman baru, silahkan masuk nak," ucap pak kepsek pada seseorang di luar.
Kemudian, seorang gadis pun masuk ke dalam kelas.
"Ajib...cakep bener dah tuh cewek," celetuk Bintang.
"Hus...jangan berisik loe, ketauan pak kepsek baru tau loh," ucap Reza.
"Sorry reflek gue Za, abis emang beneran cantik tuh cewek," bisik Bintang sembari nyegir kuda.
"Dasar loe, ga bisa diem kalo liat yang bening dikit," ucap Reza yang tertawa kecil.
"Nama saya Nadiya Amanda, saya siswi pindahan dari SMA 1 Bogor, senang bisa bertemu dengan kalian semua," ucap siswi baru itu, memperkenalkan dirinya di hadapan teman-teman barunya.
"Silahkan, kamu duduk di sebelah Bulan," ucap pak Kepsek.
"Pak Bulannya ga ada, biar saya aja yang gantiin," celetuk Bintang.
"Ga usah, kamu ini cari kesempatan dalam kesempitan," ucap pak Kepsek menegaskan.
"Yah kan, saya Cuma nawarin doang pak, kalo ga boleh juga gapapa," ucap Bintang.
"Sudah, saya harap semua tenang karna sebentar lagi, bu Ratna akan masuk ke kelas, saya tinggal dulu," pamit pak Kepsek, suasana kelas pun hening setelah pak Kepsek keluar dari kelas.
"Eh boleh kenalan ga, nama gue Bintang," ucap Bintang, sembari menyodorkan tangan pada Nadiya.
"Nadiya," ucapnya, sembari menjabat tangan Bintang sebentar dan tersenyum tipis.
Tak lama kemudian, bu Ratna masuk ke dalam kelas.
"Langsung saja buka halaman 30, hari ini kita akan membahas tentang pitagoras," ucap bu Ratna lantang.
Lalu para siswa dan siswi, segera membuka halaman yang dimaksud, bu Ratna pun mulai menjelaskan tentang materi, yang akan dibahas sementara, yang ada di kelas memperhartikan dengan seksama.
"Baiklah, siapa yang bisa mengerjakan soal di depan?," tanya bu Ratna, setelah selesai menulis soal di papan tulis, Nadiya pun mengangkat tangan kanannya keatas.
"Silahkan Nadiya maju ke depan," ucap bu Ratna.
Kemudian Nadiya pun maju, ke depan dan mengerjakan soal itu dengan cekatan dan tekun.
"Oni bu spidolnya, saya boleh duduk kan," ucap Nadiya, sembari memberikan spidol pada bu Ratna.
"Tentu saja boleh silahkan," sambung bu Ratna, sambil memeriksa jawaban di papan tulis.
"Wah...hebat kamu Nadiya, jawabannya benar semua," puji bu Ratna terlihat bersemangat.
"Makasih bu, saya seneng bisa ngerjain soal, dan jawabannya bener lagi," Nadiya sembari tersenyum.
"Sadis...tuh cewek, bukan cuma cakep Za, tapi otaknya encer kayak cet," gumam Bintang pelan.
"Loe kayaknya, naksir berat yah sama dia," sindir Reza.
"Jangan ditanya, satu sekolah juga kalo kenal dia mah udah pasti naksir juga, sampe kalo perlu security botak, sekolah kita juga bisa ikut-ikutan naksir," ucap Bintang panjang lebar.
"Makin hari, kelakuan loe makin ga beres bro, ngeri gue jadinya," ucap Reza sedikit menggeser bangkunya.
"Yahelah bro, gitu aja di bilang lebay, gue kan kayak gini dari dulu, kayak baru kenal aja Za," keluh Bintang.
"Tapi bisa kan, dikurangin sifat berlebihan loe itu," sambung Reza.
"Ga asyik loe terlalu serius," ucap Bintang sambil buang muka.
"Heh kalian, saya perhatikan dari tadi ngobrol sendiri saja, coba Reza kamu kerjakan soal nomor dua," tegur bu Ratna.
"Bukan saya duluan bu, tapi si Bintang nih yang ngajak ngobrol," ucap Reza membela diri.
"Sudah cepat maju...kalo tidak mau ibu hukum lebih berat," ancam bu Ratna.
"Iya bu, saya maju nih," ucap Reza pasrah.
"Gara-gara loe nih gue jadi apes," bisik Reza, sembari maju ke depan mencoba menjawab soal nomor dua.
"Udah bu, saya boleh duduk yah," ucap Reza, setelah selesai mengerjakan soal di depan.
"Oke, kamu boleh duduk," ucap bu Ratna, yang langsung melihat jawaban Reza,
"Good job Reza, ibu suka kalo kamu bisa jawab soal kayak gini," puji bu Ratna.
"Alhamdulillah bu, kalo jawaban saya bener mah," ucap Reza.
"Cowok itu lucu juga yah, pinter lagi," gumam Nadiya dalam hati, sembari melirik ke arah Reza dan pelajaran pun berlanjut kembali.
Bintang mengendarai mobilnya, menuju rumah sakit terdekat dari sekolah ia ingin menjenguk Bulan di sana, sesampainya di kamar Bulan ia segera menyapanya.
"Hai Lan, gimana udah baikkan?," sapa Bintang seraya bertanya.
"Gue udah baikkan kok Bin," jawab Bulan pelan.
"Oh iya, nih gue bawain buah buat loe," Bintang.
"Thanks yah, tumben loe baik sama gue," ucap Bulan.
"Gue mah emang baik kali, dari dulu loenya aja yang ga tau," ucap Bintang.
"Masa sih? Gue bercanda kali Bin," ledek Bulan.
"Nih kalo ga percaya, gue juga bawa buku catetan buat loe, biar ga ketinggalan pelajaran," ucap Bintang, sembari mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya.
"Aduh...ngerepotin jadinya nih, tapi sebelumnya makasih yah," ucap Bulan.
"Iya sama-sama, perasaan loe dari tadi bilang, makasih mulu sama gue santai aja keles," ucap Bintang.
"Yah kan, gue ga enak aja sama loe Bin," ucap Bulan.
"Oh iya, btw loe udah makan belom?," tanya Bintang.
"belom sih ga napsu gue," jawab Bulan tak bersemangat.
"Jangan gitu dong...kapan loe sembuhnya kalo gitu mah," ucap Bintang.
"Abis makanan rumah sakit kan, kayak gitu semua ga ada yang enak," ucap Bulan.
"Sini gue suapin biar jadi enak," ucap Bintang sembari tertawa.
"Ah loe bisa aja Bin," ucap Bulan sembari tertawa kecil.
"Gue serius, mau nyuapin loe biar loe mau makan," ucap Bintang.
"Yahudah deh pak dokter, gue mau disuapin," ucap Bulan.
"Nah...gitu dong, kan gue seneng dengernya kalo loe mau makan," ucap Bintang, dan Bintang pun menyuapi Bulan dengan baik.
Nadiya sedang, mendorong motor di pinggir jalan.
"Huft...panas banget sih cuaca hari ini, mana gue harus dorong motor gue lagi sampe bengkel," keluh Nadiya, sembari menghapus keringat yang keluar di dahinya.
"Motornya kenapa mbak?,"tanya seseorang, yang berhenti di sampingnya.
"Ini mas, motor saya mogok nih," jawab Nadiya, sembari menoleh ke samping.
"Eh loe Nad, gue kira siapa," ucap Reza.
"Eh Reza, kebetulan ketemu di sini," ucap Nadiya sembari tersenyum.
"Coba gue benerin, siapa tau bisa nyala lagi," usul Reza.
"Emang loe ngerti mesin?," tanya Nadiya ragu.
"Yah...lumayanlah, gue ngerti soal mesin kayak gini," ucap Reza.
"Yahudah ,coba aja diliat dulu," ucap Nadiya.
"Coba yah, gue cek dulu," ucap Reza, sembari memeriksa mesin motor Nadiya, dan memperbaiki beberapa posisi kabel mesin.
"Udah nih, coba loe starter motor loe," ucap Reza, setelah selesai memperbaiki motor Nadiya pun, mencoba menstarter motornya.
"Wah...motor gue nyala nih Za," ucap Nadiya.
"Syukur deh kalo nyala," ucap Reza.
"Thanks yah Za, udah mau nolongin gue," ucap Nadiya.
"Iya sama-sama, kalo gitu gue duluan yah," pamit Reza.
"Eh Za, tunggu gimana kalo sebagai tanda terima kasih gue, loe gue ajak makan siang di rumah," ucap Nadiya.
"Gimana yah???," ucap Reza bingung.
"Please...mau yah, gue ga enak nih ngerepotin loe," pinta Nadiya.
"Yahudah deh boleh," ucap Reza.
Dan mereka pun, mengendarai motor masing-masing menuju rumah Nadiya.
Bintang sedang, memikirkan sesuatu diotaknya malam ini.
"Si Nadiya cantik juga yah, mungkin ga yah dia suka sama gue, kalo si Bulan sih udah pasti ga suka sama gue, walaupun sekarang gue care sama dia," gumam Bintang pelan.
"Sayang, kamu belum tidur?," tanya Bunda, masuk ke dalam kamar Bintang.
"Belum ngantuk Bun," jawab Bintang.
"Perasaan, dari tadi Bunda liatin kamu ngelamun, mikirin apa sih?," tanya Bunda penasaran.
"Ih Bunda kepo deh," ledek Bintang.
"Boleh dong, Bunda kepo sama kamu kan Bintang anak Bunda," ucap Bunda.
"Biasa Bun, mikirin soal cewek," ucap Bintang terbuka.
"Pasti mikirin Bulan yah," tebak Bunda.
"Apaan sih Bun, sok tau nih orang bukan mikirin dia," ucap Bintang salah tingkah.
"Ga usah boong sama Bunda...pake malu-malu lagi," ucap Bunda, sembari tertawa melihat wajah putranya memerah.
"Tau ah Bun, aku mau tidur udah malem," ucap Bintang, sembari menarik selimut dan tersenyum.
"Yahudah deh, kalo kamu ga mau ngaku, Bunda balik dulu yah ke kamar," ucap Bunda, sembari keluar dari kamar Bintang.
Pagi ini, Bulan keluar dari rumah sakit karena sudah mendapatkan izin dari dokter, keluarga Bulan dan Bintang pun siap menjemput Bulan dari rumah sakit.
"Halo Bulan, udah lama yah nungguin kita," sapa Papah.
"Ga kok Pah, ini juga baru selesai mandi," ucap Bulan sembari tersenyum.
"Liat dong siapa yang dateng, Bintang sama orangtuanya," ucap Mamah.
"Iya nih, jadi ngerepotin buat jemput aku doang, Bintang sama om dan tante jadi harus ke sini," ucap Bulan merasa tidak enak.
"Gapapa kok Bulan, tante sama om dan Bintang seneng kok, direpotin sama kamu," ucap Bunda.
"Makasih yah buat semuanya," ucap Bulan.
"Iya sama-sama Lan," ucap Bintang.
"Yahudah, kita bawa barang-barang kamu sudah siap kan," ucap Papah.
"Udah dong pah, tadi kan ada suster yang beresin," Bulan.
Dan mereka pun keluar ,dari ruang inap rumah sakit menuju parkiran.
Nadiya datang menghampiri Reza, yang sedang membaca buku di perpustakaan.
"Hai Za," sapa Nadiya.
"Hai Nad, lagi ngapain di sini?," tanya Reza pelan.
"Gue lagi baca buku, sama kayak loe," jawab Nadiya.
"Buku apaan tuh?," tanya Reza lagi.
"Buku biologi, tentang berbagai jenis bunga," jawab Nadiya.
"Oh...loe suka bunga yah," ucap Reza.
"Iya Za kayak seneng gitu, ngeliat sama nyium bau wanginya," ucap Nadiya.
"Loe suka bunga apa gitu?," tanya Reza.
"Gue suka, bunga tulip putih Za," jawab Nadiya.
"Wih...selera loe, bagus juga yah," puji Reza.
"Kalo loe sendiri suka apa?," tanya Nadiya penasaran.
"Gue sih, lebih suka binatang Nad," jawab Reza.
"Binatang apa kalo boleh tau?," tanya Nadiya.
"Binatang yang gue suka, itu burung kakatua," jawab Reza.
"Oh iya, gue balik duluan yah ke kelas Za," pamit Nadiya.
"Sip," ucap Reza.
"Ternyata Nadiya, asyik juga yah diajak ngobrol," gumam Reza dalam hati, sembari melanjutkan kembali membaca buku.
Bulan mengendarai, motor matik miliknya menuju perjalanan pulang ke rumah.
"Woi kita balapan yuk," ajak Bintang, yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Ayo siapa takut," sahut Bulan, yang mulai menambah kecepatan lajunya, begitupun dengan Bintang ia tak mau kalah dari Bulan, untuk sampai ke rumah menyalip Bulan terus seperti itu, hingga akhirnya sampai di depan rumah masing-masing.
"Huuu...payah loe Lan, gitu aja kalah sama gue," ledek Bintang.
"Wajarlah, gue kan baru keluar dari rumah sakit Bin...liat aja besok, gue pasti yang jadi pemenangnya," sambung Bulan tak mau kalah.
"Oke, kita liat besok kalo loe kalah, loe harus teraktir gue di kantin selama satu minggu," acam Bintang.
"Curang, kok pake teraktir-teraktir segala sih," keluh Bulan.
"Yahudah, kalo ga mau gue males balapan sama loe lagi," ucap Bintang.
"Iya deh, gue setuju sama usulan loe tapi ,kalo gue menang loe yang sebaliknya neraktir gue yah," ucap Bulan.
"Tenang aja, gue ga bakal ingkar janji kok," ucap Bintang.
"Gue pegang janji loe," ucap Bulan, sembari masuk ke dalam rumahnya disusul Bintang yang masuk ke dalam rumahnya juga.
Di kantin sekolah, Bulan habis-habisan mentertawai Bintang sembari memesan makanan.
"Sumpah, gue ga kuat liat kekalahan loe barusan," ucap Bulan, yang tidak bisa berhenti tertawa.
"Udah deh, makan aja ga usah pake ketawa," gerutu Bintang.
"Okelah, ntar yang ada gue keselek lagi," ucap Bulan.
"Bagus deh, lebih baik loe makan ketimbang ngetawain gue terus," sindir Bintang.
"Btw makasih yah...tapi inget, masih ada sisa enam hari lagi buat teraktir gue," ucap Bulan.
"Iya, gue ga bakal lupa kok tenang aja," ucap Bintang ketus.
" Lan lagi ngapain di sini sama Bintang?," tanya Reza.
"Biasa, dapet rezeki anak sholehah Za," jawab Bulan santai.
"Wah...bagi-bagi dong rezekinya," ucap Reza.
"Gue sih, bolehin aja tapi ga tau tuh sama yang ngasih rezekinya," ucap Bulan sembari, melirik ke arah Bintang.
"Iya boleh, terserah loe aja dah," ucap Bintang pasrah.
"Sip, dah buruan loe mesen mumpung dapet gratisan," ucap Bulan pada Reza.
"Siap bos, langsung pesen nih," ucap Reza, sembari memesan makanan dan minuman pada penjaga kantin sekolah.
"Hari ini, loe baik bener yah Bin...," ucap Bulan.
"Baru tau loe, gue udah baik dari lahir keles," ucap Bintang percaya diri.
"Mulai deh, kepedeannya nyesel gue bilang kayak gitu," ucap Bulan sembari membuang muka.
"Yeee...omongan itu, ga boleh ditarik lagi namanya itu nelen ludah sendiri tau...," teriak Bintang.
"Bodo amat, emang gue pikirin," sahut Bulan sembari menjulurkan lidah.
"Kok, jadi malah pada berantem gini sih, ayo baikkan," ucap Reza, yang pusing melihat mereka berdua bertengkar terus setiap hari.
Bintang sedang jogging, di taman komplek pagi itu Reza menghampirinya.
"Woi bro, sendirian aja nih," sapa Reza, sembari menepuk bahu Bintang.
"Wei Za, ngagetin aja loe," ucap Bintang, sembari menoleh ke belakang.
"Oh iya, btw kok loe udah ga deketin si Nadiya lagi sih bro," ucap Reza.
"Ga tau yah, perasaan gue sekarang biasa aja ke dia, malah bisa dibilang gue ga pernah mikirin dia lagi" Bintang.
"Namanya, loe tuh ga suka sama dia, Cuma kagum doang...," sambung Reza.
"Bener juga sih kata loe, mungkin gue Cuma kagum sama dia ga lebih," ucap Bintang.
"Terus, sekarang loe ga naksir siapa-siapa dong," ucap Reza.
"Kayaknya, ga ada sih Cuma tiap hari gue mimpiin Bulan terus bro, ga tau kenapa gue juga heran," ucap Bintang.
"Bisa jadi, itu pertanda kalo loe jodoh sama Bulan," ucap Reza.
"Ah ngaco loe, ga mungkinlah si Bulan jodoh gue...orang tiap hari ketemu aja berantem terus," ucap Bintang.
"Eh...dari berantem bisa jadi suka loh, jangan salah Bin," ucap Reza.
"Udah ah, ga usah bahas masalah itu lagi, mending kita lanjutin joggingnya," ajak Bintang.
"Oke deh bro," sahut Reza.
Lalu keduanya, melanjutkan kembali jogging pagi itu.
Reza datang, menemui Nadiya di rumah.
"Ting nong," suara bel yang ditekan Reza.
"Eh Rezam ayo masuk," ucap Nadiya, yang membuka pintu rumahnya.
"Sebenernya, gue mau ngajak loe nonton di bioskop," ucap Reza setelah duduk di sofa.
"Ayo gue mau kok, kapan?," tanya Nadiya.
"Sekarang, kalo loe bisa," ucap Reza.
"Yahudah, gue ganti baju dulu yah loe tunggu di sini, ga lama kok bentar gue ke kamar," ucap Nadiya bersemangat.
"Iya deh, gue tunggu di sini," ucap Reza.
Dan 15 menit berlalu, Nadiya sudah kembali lagi di hadapannya.
"Ayo kita berangkat," ucap Nadiya, sembari menggandeng lengan Reza.
Dan Reza hanya menganggukkan kepala pelan, lalu keduanya pun pergi ke tempat tujuan mereka untuk menonton film malam ini.
Reza dan Nadiya pun resmi pacaran, setelah menonton film bersama di bioskop kemarin, mereka pun merayakannya di sekolah, dengan meneraktir teman satu kelas di kantin sekolah.
"Selamet yah bro, moga langgeng dan bahagia," ucap Bintang.
"Thanks yah Bin, moga loe juga cepet nyusul kita berdua sama Bulan," ucap Reza.
"Ngomong apaan sih, jangan keras-keras ada Bulan di sebelah gue Za," bisik Bintang.
"Gue juga denger keles...ga usah salting gitu napa," ucap Bulan.
"Kalian lucu yah, tapi gue seneng liatnya," ucap Nadiya.
"Dari kecil beb, mereka emang kerjaannya berantem terus," ucap Reza.
"Udah deh, ga usah diterusin mending, kita nikmatin aja nih PJ dari Reza sama Nadiya," ucap Bintang, mengalihkan pembicaraan.
"Gue setuju tuh sama Bintang," ucap Bulan.
"Cie...yang sehati kapan nih jadian," sindir Reza.
"Odah ah, kasian mereka jangan diledekin terus beb," ucap Nadiya merasa iba.
"Iya deh beb, aku juga ga mau ngerusak suasana," ucap Reza yang melihat kedua temannya terdiam.
Liburan tahun baru sudah tiba, Bintang dan Bulan akan menghabiskan waktu bersama, itu pun karena desakkan orangtua mereka.
"Kenapa sih Mah, harus sama Bintang liburan ke puncaknya," keluh Bulan.
"Sayang...ga boleh kayak gitu, kan Bintang temen kamu dari kecil dan orangtuanya juga baik banget sama kita," ucap Mamah mengingatkan.
"Iya sih Mah, yahudah deh Bulan ngikut Papah sama Mamah aja deh," ucap Bulan pasrah.
Sementara Bintang, memikirkan sesuatu.
"Liburan ini, gue bareng Bulan gimana kalo gue tembak aja yah, di puncak momen yang pas tuh," gumam Bintang dalam hati.
"Sayang...udah siap belum barang-barangnya, bentar lagi kita berangkat nih," ucap Bunda.
"Udah kok Bun, bentar lagi aku keluar," sahut Bintang, sembari membawa barang-barangnya keluar rumah.
Malam menujukkan pukul 24.00 wib, Bintang dan Bulan duduk bersebelahan dekat api unggun kecil.
"Happy New Year 2016," ucap keduanya bersamaan, sembari meniup terompet.
"Lan gue mau ngomong, sesuatu yang penting sama loe," ucap Bintang perlahan.
"Mau ngomong sesuatu yang penting, apaan Bin yang jelas dong?," tanya Bulan bingung.
"Sebenernya...gue...dari...kecil...udah suka, dan sayang sama loe," ucap Bintang terbata-bata.
"Jadi, ceritanya loe nembak gue nih," ucap Bulan yang tak percaya.
"Gue serius Lan, loe mau ga jadi pacar gue?," tanya Bintang, sembari memegang kedua tangan Bulan.
"Loe serius ternyata, gue...mau...kok jadi pacar loe," jawab Bulan terbata-bata.
"Yes, makasih yah Lan, loe udah mau jadi pacar gue," ucap Bintang, sembari memeluk erat Bulan.
"Eh...kita cariin, rupanya ada di sini yah, pake peluk-pelukan kayak teletabis," ucap Ayah Bintang.
"Eh, ada om sama tante," ucap keduanya bersamaan, sembari melepas pelukannya.
"Iya nih Bun, Bintang sama Bulan baru resmi jadian," ucap Bintang malu-malu.
"Bagus dong, kalo kayak gitu biar kita bisa besanan," ucap Papah Bulan.
"Ah Papah bisa aja, Bulan jadi malu nih," ucap Bulan, yang wajah memerah.
"Nah...gitu dong, Mamah kan seneng liat kalian, ga berantem terus tiap hari," sambung Mamah Bulan.
"Iya jeng bener itu, sebenernya kita udah jodohin kalian dari kecil tau," ucap Bunda sembari tertawa.
"Oh...ternyata gitu yah di belakang kita," ucap Bintang.
"Gapapa Bin, kan yang terpenting kita bisa bersatu," ucap Bulan.
"Uh...so sweet," ucap orangtua mereka bersamaan.
" Iya deh dimaafin, apapun aku akan lakuin demi kamu," ucap Bintang.
"Eh coba deh, liat ke atas langit ada aku tuh sama kamu," ucap Bulan, sembari menunjuk ke atas " iya yah, ada Bulan dan Bintang," ucap Bintang tertawa kecil.
Dan kedua keluarga itu pun, larut dalam kebahagiaan yang tak terduga di malam tahun baru 2016.