Jam di ponselnya menunjukkan pukul 4.23 dini hari. Jesika merangkak perlahan dari tempat tidurnya, berharap bayi kecilnya tidak terbangun lagi. Sudah keempat kalinya malam ini ia menyusui anak keduanya itu. Dan sekarang, setelah bayi itu terlelap, Jesika baru memiliki kesempatan untuk ke toilet menyelesaikan urusannya.
Setelah kembali dari toilet, Jesika tidak lanjut ke kamarnya. Ia melangkah menuju ruang kerjanya.
Sekarang memang masih terlalu pagi, tapi banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Dan hanya ketika anak-anak tidurlah ia bisa melakukannya.
Jesika duduk di kursinya. Meja di hadapannya masih berantakan seperti yang ditinggalkannya semalam. Jadi Jesika berusaha merapikannya sedikit agar ada ruang baginya untuk menulis.
Setelah cukup rapi, ia mengeluarkan sebuah buku dan pena.
Dituliskan di sampul buku itu: Jesika.
Ia sudah menyiapkan buku itu beberapa hari yang lalu.
Seseorang menyarankan nya untuk melakukan hal ini.
Ia telah berjuang dalam peperangan untuk mengembalikan kewarasannya. Dan tidak ada seorang pun yang paham apa yang telah ia jalani. Bahkan sampai sekarang, ia masih takut jika kehilangan dirinya lagi. Jadi seseorang menyarankannya untuk mulai menceritakan kisahnya sendiri. Dengan begitu Jesika dapat menghitung kebahagiaan dan kasih sayang yang ia terima selama ini. Juga menjadi alasan agar Jesika terus mensyukuri keberadaan nya hingga saat ini. Terutama untuk menjadi ibu yang kuat bagi anak-anak nya.
Jesika pun membuka halaman pertama.
"Ini kisah ku, dan akulah pemeran utamanya".