webnovel

BUKAN SUAMI SEMPURNA

Bagaimana rasanya menikah dengan wanita perfeksionis? . Seperti itulah yang dirasakan seorang Melvin Adipati Poetra. Terperangkap bersama CEO cantik dalam bingkai pernikahan membuat Melvin harus ekstra bersabar menghadapi si pemilik julukan Ice Queen itu. Namun ia terkejut, saat mendapatkan fakta tentang calon istrinya yang ternyata berhubungan dengan masa lalu Ayahnya. . Follow ig : @al_one.12

AL_ONE · 青春言情
分數不夠
28 Chs

24. Dasar Payah!

Seminggu telah berlalu semenjak Kania menolak cinta Bima secara terang-terangan. Laki-laki itu juga tidak pernah menghubunginya lagi semenjak hari itu. Bahkan untuk urusan kerja sama perusahaan, Bima hanya membicarakannya lewat sekretarisnya saja.

Laki-laki itu seperti sedang menghindari dirinya. Entah karena sakit hati atau memang ia sudah membenci Kania? Tidak ada yang tahu selain laki-laki itu. Sebenarnya Kania juga merasa iba dengan Bima. Mendengar perjuangannya membangun perusahaan yang ternyata ditunjukkan untuk dirinya.

Namun, ia tidak ingin membohongi perasaannya dan laki-laki itu. Ia tak ingin Bima semakin hancur nantinya karena perasaannya terhadap dirinya tak pernah terbalas.

"Kania, kamu dengar tidak aku bicara apa?" tanya Melvin.

Kania mengerjap. Gadis itu terhenyak dari lamunannya. Saat ini Kania dan Melvin sedang berada di Range Rover milik pria itu. Mereka berencana menghadiri pesta pernikahan putra dari salah satu kolega bisnis ayah mereka. Namun, sebelum mereka menghadiri pesta tersebut, Melvin mengajaknya ke butik milik Vian untuk memilih baju yang cocok untuk mereka berdua.

"Ah ... kau bicara apa tadi? Maaf aku sedang asyik mendengarkan lagu di radio." Kania ber-alasan. Beruntunglah dia karena radio mobil laki-laki itu menyala. Sehingga ia tidak perlu menanggapi semua ocehan Melvin.

Dapat ia lihat wajah laki-laki itu berubah masam. Namun, ia tidak peduli sama sekali. Jika bukan karena permintaan sang bunda, lebih baik ia bersantai dan memanjakan diri di kamarnya, dari pada harus menghadiri acara formal itu. Apalagi harus bersama dengan lelaki menyebalkan yang selalu mengganggu hidupnya.

Kania memang tidak berminat untuk menghadiri pesta-pesta seperti itu. Berada di keramaian seperti pesta sangat tidak nyaman bagi gadis bermata coklat itu. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di depan layar komputer dengan setumpuk dokumen. Atau ... dirumah menonton drama favoritnya ditemani camilan kripik kentang.

Saat memasuki kawasan pertokoan di kawasan Kelapa Gading. Kania langsung di sambut bangunan klasik Eropa nan megah. Vintech Bounty milik Vian. Sebenarnya Kania agak tergelitik dengan nama itu. Menurut pengakuan Vian, sahabatnya, ia tidak sengaja saat menuliskan nama itu untuk butiknya.

Tadinya Vian ingin memberi nama Vintags Butik. Namun, karena saat itu ia baru saja pulang dari Singapura. Ia menuliskan nama itu dalam keadaan setengah mengantuk. Tapi, siapa sangka jika nama yang berawal dari ke-tidak sengajakan, justru membuat nama Vintech Bounty begitu tersohor di kalangan kaum 'Jet set'.

Entah karena namanya yang unik atau karena pemiliknya anak dari keturunan Adipati, yang jelas hasil karya Vian memang begitu indah dan berkelas tak kalah dengan desainer-desainer terkenal lainnya.

"Kania, apa kamu masih bernapas?" tanya Melvin menyindir. Laki-laki itu sedikit bingung dengan sikap gadisnya beberapa hari ini yang sering sekali termenung tidak jelas. _Apa gara-gara Bima?_ batinnya menggumam.

Terhenyak dari lamunannya, ia berkata.

"Eh .... ada apa? Apa kau mengatakan sesuatu lagi?"

Melvin menghela napas, "kita sudah sampai. Apa kamu tidak ingin turun dan terus tersenyum-senyum sendiri seperti ini sepanjang hari."

Kania tersenyum manis. Bahkan terlalu manis dari yang pernah dilihatnya. Gadis itu langsung keluar mobil tanpa mengatakan apa pun selain senyuman yang mampu menghipnotis Melvin hingga lelaki itu diam mematung.

Karena Melvin tak kunjung keluar mobil, gadis itu membungkuk, mengintip dari kaca mobil yang setengah terbuka.

"Hei ..! Kenapa sekarang kau malah bengong! Ayo kau hanya membuang-buang waktuku yang berharga."

Setelah mengatakan itu Kania bergegas meninggalkan Melvin. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu separuh jiwanya. Sudah beberapa hari terakhir ia dan Vian sibuk dengan dunianya masing-masing. Tidak ada lagi jam santai di kehidupan keduanya seperti dulu. Saat mereka menyandang status mahasiswi.

Tepat saat ia membuka pintu kaca butik, terdengar suara langkah kaki yang sepertinya sedikit berlari. Melvin sudah sampai di sebelah Kania dengan napas yang terengah-engah. Keringat mengalir dari pelipisnya menuju kearah rahang tegasnya.

"Dasar payah! Jalan dari tempat parkir saja sudah banjir keringat!"

"Aku lari. Bukan jalan santai." Melvin membela diri. Pria itu masih mengatur napasnya yang memburu.

"Alasan! Jauh-jauh sana!" Kania menutup hidungnya dengan jari telunjuk. "Tubuhmu bau keringat. Aku tidak suka dengan bau badanmu!"

Melvin tersenyum nakal, "Kamu harus terbiasa dengan keringatku. Karena kita akan selalu berkeringat bersama setelah menikah nanti."

Wajah Kania merah merona. Ia bukan gadis polos yang tidak tahu apa maksud ucapan ambigu laki-laki itu.

"Kau .... !!!" Kania menunjuk Melvin yang saat ini hanya terkekeh geli.

Saat Kania hendak meneruskan ucapannya. Ia terlonjak dengan suara pekikkan yang sangat khas.

"Kania ...." Vian berlari kecil dan merentangkan kedua tangannya.

**********