webnovel

BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

"Jangan menangis Hanin, kalau kamu menangis cantikmu akan hilang. Lihat aku! aku berjanji padamu untuk segera kembali dan akan membalas tiap tetes airmatamu ini." (Rafka Arsha Fathan) "Aku mencintaimu dengan segala niat tulusku yang tanpa ada batas, memilihmu karena aku yakin kamu adalah takdirku, tidak perduli dengan jarak usia, atau rentang waktu." (Hasta Narendra) Hanin Humairah (21 th) seorang gadis cantik yang sudah tidak mempunyai orang tua selain tinggal dengan Dina ibu tirinya dan kedua saudara tirinya Amelia dan Jonathan. Rafka Arsha (21 th) sahabat sekaligus kekasih Hanin, terpaksa berhubungan jarak jauh dengan Hanin karena mengikuti orang tuanya yang pindah tugas di kota A. Hasta Narendra (35 th) seorang duda sahabat ayah Hanin mencintai Hanin dengan tulus dan berusaha membantu Hanin lepas dari siksaan Dina dengan bersandiwara menikahi Hanin. Karena cinta tulus Hasta, perasaan dan cinta Hanin berpaling dari Rafka dan beralih pada Hasta dan mereka menikah secara sah. Dalam pernikahannya selama satu tahun, Rafka kembali dalam kehidupan Hanin dan kembali mengejar cinta Hanin. Akankah cinta Hanin tetap bertahan untuk Hasta setelah tahu Rafka amnesia karena kecelakaan akibat putus cinta dengannya? Apakah cinta Hanin akan berpaling pada Rafka setelah Hasta meninggalkannya karena Hasta tidak bisa mempunyai keturunan??

NicksCart · 青春言情
分數不夠
43 Chs

SESUAI DENGAN KEINGINAN

"Apa Jonathan sudah menemuimu?" tanya Hasta dengan wajah gelisah.

"Kamu tenang saja, Jonathan sudah ke sini. Sekarang dia ada di ruang kerjaku," sahut Husin melihat jelas kegelisahan dan kesedihan Hasta.

"Apa kamu sudah mengambil spermanya? semuanya berjalan dengan lancar kan?" tanya Hasta lagi tidak ingin terjadi kesalahan.

"Kamu tenang saja Hasta, aku akan menyelesaikan masalahmu dengan usaha yang terbaik. Sekarang kamu fokus saja dengan pengambilan sperma kamu. Kamu harus santai. Kamu harus bisa meyakinkan Hanin dengan sikap kamu yang tenang. Oke," ucap Husin dengan wajah serius.

Hasta menganggukkan kepalanya, berusaha menenangkan diri.

"Sekarang, patuhi saja apa yang di perintahkan Dokter Irwan. Semoga semuanya berjalan dengan lancar," lanjut Husin sambil berjalan kembali ke tempat Hanin dan Dokter Irwan berbincang-bincang.

"Hanin, Hasta, kalian bisa menjalani prosesnya hari ini dengan Dokter Irwan. Kalau sudah selesai kalian bisa menghubungiku. Aku akan kembali bekerja," ucap Husin kemudian bergegas keluar ruangan.

Setelah menyerahkan Hasta dan Hanin pada temannya, Husin pergi ke ruangannya menemui Jonathan.

"Bagaimana keadaan Hanin, Dokter? dia baik-baik saja kan?" tanya Jonathan mencemaskan perasaan Hanin.

"Hanin baik-baik saja, dia bisa tenang dan tidak membuat Hasta curiga. Aku akan meyakinkan Hasta kalau kamu sudah menjalani semuanya. Semoga saja, keberuntungan ada di pihak Hanin," ucap Husin sambil mengusap dagunya.

***

Waktu berjalan sangat cepat, beberapa proses sudah di jalani Hasta dan Hanin dengan lancar.

Setelah proses tahap pertama selesai, Hasta dan Hanin menemui kembali Dokter Husin di ruang kerjanya. Beruntung saja, saat itu Jonathan sudah meninggalkan tempat.

"Bagaimana Hasta, Hanin? Apa semuanya berjalan dengan baik?" tanya Husin duduk dengan tenangnya.

Hasta menganggukkan kepalanya, sedikit cemas karena belum bisa menemui Jonathan yang sekarang sedang menunggunya di kantin.

"Semuanya berjalan dengan baik, tapi aku sangat lapar sekali," sahut Hasta kemudian menatap ke arah Hanin.

"Hanin, apa kamu bisa menunggu sebentar di sini . Aku akan membeli sesuatu untuk kita makan," ucap Hasta mencari alasan agar bisa menemui Jonathan.

"Ya Mas, tapi cepat kembali ya. Aku juga sangat lapar," ucap Hanin dengan tersenyum. Hatinya merasa lega karena Dokter Husin sudah mendukung sepenuhnya.

Hasta menganggukkan kepalanya kemudian bergegas keluar ruangan dan berjalan cepat pergi ke kantin.

"Bagaimana Dokter? apa Dokter Irwan sudah mengabari anda?" tanya Hanin sedikit merasa cemas.

"Kamu tenang saja, depan obat yang kamu berikan pada Hasta setiap hari itu sangat membantu sekali. Semoga saja, semuanya berjalan seperti yang kamu inginkan," ucap Husin menenangkan Hanin untuk tidak merasa cemas.

"Setelah kamu dan Hasta menjalani beberapa proses lagi, kita akan tahu hasilnya. Dalam waktu satu atau dua bulan, baru bisa memastikan itu. Kalau berhasil, baru kita bisa memindahkan janin itu ke rahim kamu," jelas Husin dengan tenang.

"Terimakasih Dokter, sudah mau membantuku. Semua saya lakukan ini demi kebahagiaan Mas Hasta," ucap Hanin dengan mata berkaca-kaca.

"Ya, aku sangat mengerti. Apa yang di inginkan Hasta, sebenarnya juga demi kebahagiaan kamu. Aku rasa, kalian berdua benar-benar saling mencintai dan rasa cinta kalian berdua begitu sangat dalam," ucap Husin dengan perasaan lega, karena Hasta memiliki istri yang benar-benar mencintainya dan bisa menjaganya.

Mendengar ucapan Dokter Husin, wajah Hanin sedikit memerah. Sedikit terhibur dengan candaan Dokter Husin.

"Dokter, apa Dokter bisa menjelaskan apa saja yang harus aku lakukan setelah semua proses itu selesai?" tanya Hanin mulai antusias ingin tahu bagaimana seorang wanita menjalani kehamilannya.

Di saat Dokter Husin menjelaskan panjang lebar tentang kehamilan pada Hanin, di kantin tampak wajah serius Hasta terlihat saat berhadapan dengan Jonathan.

"Kamu baik-baik saja kan setelah menjalani proses itu?" tanya Hasta memastikan Jonathan melakukannya dengan usaha yang terbaik.

"Anda tenang saja Tuan Hasta, aku sudah berusaha yang terbaik. Dan Dokter Irwan juga sudah membantuku dengan baik. Semoga saja, Hanin cepat hamil dan punya momongan," ucap Jonathan dengan santai.

Mendengar ucapan Jonathan, hati Hasta sangat sedih. Tapi bagaimanapun juga hal itu yang ia inginkan.

"Aku harap anda jangan merasa sedih saat Hanin hamil nanti. Anda harus tetap bahagia dan menjaga bayi anda dan Hanin dengan baik," ucap Jonathan tidak ingin Hasta tidak menyayangi anaknya sendiri karena sudah berpikir itu bukan darah dagingnya.

"Kamu jangan kuatir, aku pasti menjaga mereka berdua dengan baik," ucap Hasta dengan dada mulai terasa sesak.

"Baiklah Tuan Hasta, karena tugasku sudah selesai aku mau pulang," ucap Jonathan seraya berdiri dari duduknya.

"Tunggu sebentar!" ucap Hasta seraya mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya.

"Ini untukmu, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih padamu karena sudah membantuku," lanjut Hasta sambil menyodorkan amplop ke tangan Jonathan.

"Tidak perlu Tuan, aku tidak bisa menerimanya. Aku melakukan semua ini, demi kebahagiaan Hanin dan Anda. Aku pamit dulu," ucap Jonathan bergegas pergi tanpa menerima pemberian uang dari Hasta.

"Terimakasih Jo, depan bantuanmu ini suatu saat aku pasti akan membalasnya ," ucap Hasta dalam hati sambil menatap kepergian Jonathan.

Setelah mengembalikan lagi amplop ke dalam tasnya, Hasta beranjak dari tempatnya untuk membeli beberapa makanan yang akan di bawanya ke ruang kerja Husin.

Walaupun semua berjalan lancar sesuai dengan keinginannya, hati Hasta tetap merasakan kesedihan yang sangat dalam. Hasta merasakan telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, yaitu Hanin.

"Hanin, mulai hari ini bukan lagi aku yang berhak memiliki dunia bahagiamu. Ada Jonathan yang lebih berhak mendapatkan semua itu," ucap Hasta dengan menahan nafas setelah sampai di depan pintu Husin kemudian membukanya dengan perlahan.

"Mas," panggil Hanin saat melihat Hasta muncul dari pintu.

Hasta menampakkan senyumannya, kemudian berjalan pelan mendekati Hanin dan duduk di sampingnya.

"Kamu pasti sudah lapar kan Hanin? ini, makanlah," ucap Hasta sambil memberikan satu kotak makan yang berisi bubur ayam.

"Terimakasih Mas, aku menunggumu dari tadi," sahut Hanin dengan tersenyum menerima bubur ayam dari Hasta.

Dengan sangat lahap dan wajah terlihat bahagia, Hanin menghabiskan bubur ayam yang di belikan Hasta.

Hasta menatap penuh wajah Hanin dengan perasaan sedih.

"Kamu terlihat bahagia Hanin, semoga selamanya kamu akan bahagia hidup bersama dengan anak kamu. Aku akan mencari jalan agar kamu bisa bahagia dengan Jonathan," ucap Hasta dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

"Mas, apa kamu menangis? ada apa?" tanya Hanin saat melihat kedua mata Hasta berkaca-kaca dengan tatapan yang mengarah padanya.

Hasta terhenyak, kemudian menegakkan kepalanya seraya mengusap kasar airmata yang menggenang di matanya.

"Tidak ada apa-apa Hanin, aku terlalu bahagia dengan semua ini," sahut Hasta setelah menenangkan hatinya.