webnovel

Mencintaiku

Bau alkohol... Bau obat.. Bau ini, Sepertinya ini ga asing bagiku... Suara orang lalu lalang.. Ku gerakkan tangan kiriku.. Sprei dan tanganku ada dibawah selimut. Tangan kananku berada diatas selimut.. Perlahan, aku mencoba membuka mataku, cahaya lampu bulat tepat diatasku.

"dokter, bagaimana kondisi anak saya?", sekilas aku mendengar percakapan itu, 100 persen aku yakin, ini adalah Rumah sakit.. Ya, aku berada dirumah sakit!

Aku coba mengangkat kepalaku, untuk bangun, tapi.. "aaah..!" sakit sekali.. Aku coba mengingat kejadian siang ini.. Tapi ingatanku masih belum menjadi satu kesatuan.. Lobo italian resto, james.. Meeting dengannya.. Dan Rangga!! Suamiku.. Suamiku.. Dimana suamiku!!! Rangga..

"ibu vina, anda sudah siuman?", tanya seorang wanita, tapi aku belum bisa melihatnya dengan jelas, karena sakit sekali untuk menengokkan kepalaku kearah wanita itu. Wanita.. Yah, wanita yang menjambakku! Wanita itu... Dimana dia??? Rangga?? Apa suamiku pergi dengannya??

"rangga... Suamiku.. Suamiku.."

"ibu vina, apa ibu baik-baik saja? bagaimana perasaan ibu? Saya cek tekanan darah ibu dulu, ya.."

"suamiku.. Dimana suamiku.."

"oh, suami ibu sedang menemui dokter roby, setelah selesai akan segera menemui ibu. Sekarang saya cek tekanan darah ibu dulu, ya..", pinta wanita itu

"suamiku.. Suamiku.. Suamikuuuu.. Hwaaa", aku pun menangis histeris! Aku ga mau menerima tindakan apapun tanpa rangga.. Tanpa suamiku disini!!!

"i..ibu tenang dulu, ya bu.. Suami ibu akan segera kesini.. Ibu jangan menangis..", percuma wanita itu membujukku. Yang kuinginkan saat ini Rangga, suamiku ada disini, aku ga akan berhenti menangis sampai suamiku ada disini!!

"ratih, tolong ke ruangan dokter Roby, panggilkan suami ibu vina sekarang juga! Cepatlah!"

"baik.."

"bu vina, sabar dulu ya, kami panggilkan suami ibu..", wanita itu masih coba menenangkanku.. Tapi aku tak akan bisa tenang sampai rangga disini, disisiku.. Aku ingin dia disini, menemaniku. Aku sangat takut.. Aku takut.. Wanita yang menjambakku.. Dia akan mengambil hati suamiku dan membuatnya pergi dari sisiku.. Apapun akan aku lakukan untuk mempertahankan suamiku. Aku ga akan biarkan siapapun mengambil orang yang aku cintai lagi!!!

Entah berapa lama aku menangis.. Yang pasti aku merasakan tubuhku mulai kelelahan, kepalaku semakin sakit,,

"vina!!, vina sayang.. Aku disini!!"

"rangga.. Hwaaa...", aku justru tambah menangis saat dia memegang tanganku.. Aku ingin bangun memeluknya, tapi kepalaku sangat sakit..

"pak, tolong tenangkan ibu vina.. Jangan sampai dia stres..dan pen.."

"baik suster, tolong tinggalkan kami berdua dulu", rangga memotong perkataan wanita itu dan memegang erat tanganku

"baik pak!"

"vina.. Istriku sayang.. Berhentilah menangis, aku disini.. Dia mencium keningku.. Pipiku.. Bibirku.. Tenangkan dirimu sayang", pintanya kepadaku..

"yang.. Aku ingin melihatmu..", Pintaku.. "tapi kepalaku sakit untuk menengok kesamping aku ingin bangun dan memelukmu, Yang..", sambil masih sesegukan.

"baiklah sayang...", Rangga perlahan memegang tengkuk belakang leherku, duduk diranjang, dan disenderkan kepalaku di dadanya.

"apa kau sudah tenang sekarang?", tanyanya.. Saat ini aku sudah dalam posisi duduk menyandarkan kepalaku di dada rangga. Dan aku merasa kondisiku lebih baik daripada tadi. mataku bisa melihat lebih jelas sekarang.. Tadi, seakan awan putih menutup mataku yang membuatku semakin panik ketika aku siuman. Rasa pusingku juga sudah berkurang.. Dan sakit dikepalaku lebih mendingan daripada tadi.

"iya, yang... Aku.. Aku mau pulang dari sini! Ayo pulang sekarang, yang!"

"iya, sayang.. Kita akan pulang! Tapi tunggu mobilnya datang ya, arini sedang mengirim supir kesini", rangga menjelaskan.

Aku mengangguk, kugerakkan tangan kananku merangkul pinngang rangga, sehingga posisi kepalaku, kearah dada bidangnya.. Namun ada yang mengganjal, hidungku mencium Bau darah.. Hmm.. Baju rangga, tempat aku menyenderkan kepalaku, penuh dengan darah..

"yang.."

"permisi, bapak, apa bisa saya cek tensi ibu vina sekarang?", belum sempat rangga menjawabku, suara perawat itu sudah terdengar terlebih dulu

"iya, bisa.. Sayang, kita cek tekanan darah kamu dulu ya, supaya kita bisa cepat pulang!", bujuknya yang langsung aku setujui dengan anggukkan kepala.

"90 per 70, bu.. Tekanan darah ibu masih rendah.. Saya lapor dulu ke dok..."

"saya tidak peduli, suster! Saya mau pulang sekarang!! normal, rendah, tinggi, saya ga peduli! Saya mau pulang sekaraaaaaang!", kini aku berteriak, aku ga mau berlama-lama disini. Suster itu pun terlihat kaget dengan tatapan dan teriakanku.

"baik, terima kasih, suster.", rangga sepertinya menyuruh suster itu segera pergi dengan isyarat yang dapat aku ketahui dari anggukan suster itu.

"vina sayang.. Jaga emosimu, sayang. Kita akan pulang sekarang.. Aku janji!"

"a.. Aku... Aku ga mau disini yang, aku mau pulang, aku ga mau ada disini, bawa aku pulaaaang..", pintaku pada rangga, suaraku pun sudah seperti menangis,

"baiklah sayang.. Kita akan pulang.. Aku akan mengecek dimana mobil kita sekarang!", rangga mencium keningku, dan memelukku dengan erat, kemudian tangan kanannya merogoh saku celananya, mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.

"sudah dimana?"

"tunggu didepan IGD!"

Klik

Rangga mematikan teleponnya dan kemudian berdiri, memapah tubuhku diatas kedua tangannya seperti biasa.

"kita pulang sayang!", dia tersenyum kepadaku dan berjalan dari bilik IGD, membawaku meninggalkan IGD.

"silahkan masuk pak!", seorang supir membuka pintu alphard, rangga masuk ke dalam alphard dan duduk masih dalam posisi memangkuku. .

"yang, kamu bisa menaruhku dikursi itu.. Supaya enggak berat harus mangku aku gini.", aku menunjuk kursi disebelahnya.

"kamu enggak berat, kok sayang. . Aku lebih tenang memangkumu begini daripada menaruhmu di kursi itu.", rangga kembali mengeratkan pelukannya dan mencium rambutku.

Ingin aku bertanya tentang peristiwa dilobby hotel tadi dan banyaknya darah dibajunya. Tapi, ku urungkan niatku. Aku tak ingin membuatnya merasa bersalah. jadi, yang kulakukan kali ini, hanya mencoba membuat diriku nyaman dengan berada di pelukannya.

Dreeet dreeet dreeeet

handphone rangga bergetar kembali saat aku baru saja ingin memejamkan mata.

Dreeet dreeet dreeet

"yang, enggak di angkat?"

Barulah rangga melepaskan pelukannya dariku dan merogoh kantong celananya setelah aku bertanya.

"halo pa?"

"baiklah kalau begitu!"

Klik

Rangga menutup teleponnya, tapi dia masih membuka layar handphonenya, mengetik sesuatu, dan kemudian menaruh handphonenya kembali disaku celananya.

Aku mencoba untuk duduk tidak menyandar pada bahunya..

"kamu mau apa sayang?"

"aku mau duduk.."

"ini kan sudah duduk sama aku..", Rangga kembali menarikku kedalam pelukannya

"bukan begini, yang.. Aku mau duduk.. Aku mau lihat muka kamu, yang.. ", kataku lagi

"hmm.. Baiklah..", rangga mengubah posisi duduknya, lebih tegap. Kedua tangannya menyanggah kepalaku, dan membuatku menatap wajahnya

"apa istriku vina sudah merindukan suami gantengnya dan ingin melihat wajahnya sekarang?", kali ini rangga membuat mimik wajah lucu dan membuatku otomatis tersenyum. Aku belum berani tertawa lepas, karena kepalaku masih cenat cenut.

"aku senang melihat kamu tersenyum, sayang..", katanya lagi.

"mm.. Aku mau ke suatu tempat, yang..", pintaku.

"mau kemana?"

"ketemu orang yang menjambakku tadi!", seketika senyum diwajah rangga menghilang. Dia hanya menatapku, kemudian mengembalikanku kedalam pelukannya tanpa menjawab.

"yang..."

"aku tidak akan membawamu bertemu dengannya, sayang.."

"kenapa?"

"aku ga mau cindy menyakitimu lagi."

"apa kamu masih mencintai dan menemuinya?"

Kali ini rangga kembali menggunakan kedua tangannya untuk menyanggah kepalaku dan membuatku menatap matanya.

"sayang, dengarkan aku baik-baik sekarang.. Sudah tidak ada lagi cindy, wanita yang menyelakaimu itu dihatiku. Sekarang hanya kamu.. Kamu istri sahku. Jadi jangan berpikir macam-macam! Apa kamu mengerti?"

Aku tak menjawab.. Hanya menatapnya..

"dengar, sayang.. Aku hanya mencintai istriku, vina ariescha pranata.. Kamu harus mengingat kata-kataku ini, dikala kamu ragu dengan cintaku. Aku ga akan ninggalin kamu! Aku sudah memberimu cincin mamaku, itu tandanya, aku akan menjagamu.. Seumur hidupku!!"

Aku tidak bisa menjawab apapun perkataan rangga.. Hanya airmataku yang mengalir dan hwaaa.. Aku menangis lagi!! Aku cukup kesal dengan diriku sekarang.. Kenapa aku begitu cengeng dan ga berdaya didepan lelaki ini????

"vina.. Vina sayang.. Sudah dong jangan menangis.. Maafkan aku ya.. Ayo dong sayang.. Udah nangisnya!!", rangga terlihat panik, lalu kembali menaruhku dalam pelukannya dan menciumku untuk menghentikan tangisanku.. Tapi aku belum bisa berhenti. Aku belum pernah mendapatkan cinta sebesar rasa cinta rangga kepadaku. Ini membuatku sangat bahagia.. Tangisan ini.. Tangisan kebahagiaanku karena telah menemukannya.. Tapi, masih ada yang mengganjal dan membuatku ga nyaman sekarang.. Baiklah..

"sayang, kamu lagi ngapain?", tanya rangga yang melihatku membuka kemejanya.

"mau buka ini, yang.. ", jawabku. Aku membuka kancing baju kemeja rangga, karena baju ini.. Sungguh membuat pikiranku ga tenang! Aku terus ingin menemui wanita brengsek itu, karena telah menumpahkan begitu banyak darahku seoerti ini.

"j..jangan disini dong yang.. Kita kan pakai supir...", bisik rangga pelan sekali kepadaku.

"mesum, kamu yang! Aku buka baju kamu, karena bau darah, yang.. Kaya film horor thriller jadinya, bukan mau perkosa kamu!", alibiku pada rangga, dan dengan sisa-sisa tenagaku, kugerakkan tanganku untuk mencubit pinggangnya supaya kembali kewarasannya!

"aa..aduuuuuh.. Sakit yang.. Kamu sakit juga masih aja nyubitin aku.."

"hihi. Habis kalau ga dicubit, otak suamiku ga waras siii"

"hehe.. Biarin aja, yang penting, istriku udah kerawa lagi... Hatiku bahagia kalau istriku udah ketawa lagi!!", rangga membantuku membuka kemejanya sendiri dan meletakkannya di karpet mobil. Kini, suamiku sudah topless. Aku bersandar di dada bidangnya yang tampak seperti pahatan dada patung dewa yunani.

Tak berapa lama, kami telah tiba di istana putih. Ini kedua kalinya aku mendaratkan kakiku di istana putih ini. Rangga memapahku memasuki rumah, menuju lift, langsung ke lantai 3 dan menuju kamar kami.

Dia mendudukkan aku diranjang dengan memberikanku sandaran bantal yang sangat empuk dan nyaman. Sehingga aku merasa sakit dikepalaku benar - benar berkurang.

Rangga menuju kamar mandi. Tak berapa lama, dia sudah keluar lagi dengan jubah mandi, berjalan ke arahku, dan seperti biasa, menggendongku untuk membersIhkan diri, buang air kecil, mandi. Memberi cream keseluruh luka di tubuhku, dan memakaikanku baju.

"itu... Bajuku!!"

"iya, airin membantumu packing... Maafkan aku, sayang.. Aku harus meminta airin melakukan ini, karena schedule packing kita tadi habis dirumah sakit", wajahnya terlihat merasa bersalah saat menjelaskan kepadaku.

"hihi. Gapapa yang... Untung kamu inisiatif.. Kalau ga, aku ga punya baju lagi, hehe", aku coba membuat rangga tak merasa bersalah. Lagipula, memang aku sangat terbantu dengan inisiatifnya.

Rangga tersenyum, Diapun memakaikan aku piyama tidurku.

TOK TOK TOK

ketukan pintu terdengar saat rangga baru saja selesai memakaikanku baju. Diapun bergegas ke arah pintu dan membuka pintu.

"baiklah, lakukan dengan cepat. Lalu segera keluar, karena istriku tidak nyaman apabila terlalu lama!", hanya suara rangga yang kudengar.. Tapi, Apa? Lakukan apa? Siapa didepan pintu?

Rangga membuka pintu cukup lebar saat mempersilahkan mereka masuk. Dua orang wanita berpakaian perawat memasuki kamar kami.

Rangga berjalan didepan mereka, duduk disampingku dan memegang tanganku dengan kedua tangannya. Aku pun menunggunya berbicara menjelaskan siapa mereka.

"yang, mereka dikirim oleh kak riani untuk selalu mengecek kondisimu. Kamu bisa menceritakan semua masalahmu kepada mereka, apabila ada keluhan dikepalamu dan lainnya. Kak riani juga sudah membuat beberapa jadwal tindakan untukmu, seperti city scan, dan lainnya. Aku menyetujui usulnya. Karena aku ingin kondisimu cepat pulih. Kamu mau menerima mereka sebagai perawat pribadimu?", tanya rangga dengan penuh harap.

Aku mengangguk. Apalagi yang bisa kulakukan selain mengangguk? Sudah pasti tak ada pilihan lain. Karena suamiku sangat mengkhawatirkanku, tentunya ini satu-satunya cara untuk tidak mengecewakannya.

"terima kasih, sayang!!", rangga mencium keningku.

"baiklah, perkenalkan diri kalian kepada istriku, dan lakukan tugas kalian dengan baik!", suara rangga kepada mereka tidak selembut intonasi suaranya kepadaku.. Tapi itu membuatku lega. Aku ga suka dia berlemah lembut dengan wanita selain aku, hihi..

"baik tuan, selamat sore, nyonya vina pranata, saya sandra, dan ini rekan saya ika. Kami akan merawat nyonya selama nyonya masih dalam pemulihan. Sekarang, kami akan mengecek tekanan darah nyonya, memberikan obat, namun sebelumnya, kami akan menyiapkan makan malam.."

"taruh saja obatnya disamping tempat tidur, aku akan memastikan istriku memakannya, setelah aku menyiapkan makan malam untuknya!", kali ini rangga memberi intruksi kepada mereka, masih dengan postur tubuh yang sama, masih memegang kedua tanganku, menatapku, tanpa membalikkan badan sama sekali.

"baiklah kalau begitu, tuan."

Mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan, dengan rangga masih mengawasi csra kerja mereka. setelah tugas mereka selesai, meletakkan obat dan meninggalkan kamar kami. Rangga yang masih mengenakan piyama mandi, meminta izin padaku untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum memasakkan makan malam untukku.

Tak sampai 5 menit rangga sudah keluar dari kamar mandi. Mengganti bajunya, dan berpamitan keluar untuk membuatkan makan malam untukku. Namun sebelumnya, rangga meminta shandra dan ika untuk menemaniku selama dirinya membuat makanan.

"aku tidak akan lama memasak! Tunggu sebentar, ya sayang..!", aku mengangguk, rangga menutup pintu dan meninggalkanku dengan shandra dan ika.

"silahkan duduk",

"terima kasih, nyonya.. "

"hey, jangan duduk dibawah, duduk saja dikasurku.. Atau kalian bisa duduk disofa sana..",

"oh, baik nyonya.."

"sekarang, ceritakan kepadaku!", aku mulai meminta mereka menjelaskan semuanya, setelah mereka duduk dengan nyaman.

"mm..mmaksud nyonya?"

"bagaimana kondisi kesehatanku?", mereka berdua hanya berpandangan satu dengan yang lain, tanpa menjawabku. Dan terlihat gugup.

"eh..ehmm.. Itu kami tidak tahu nyonya,"

"betul nyonya, kami hanya diminta untuk menjaga nyonya.."

"mungkin karena tuan rangga sangat menyayangi nyonya.. Dan mengkhawatirkan berlebihan."

"ii..iya.. Betul nyonya"

"menutut kalian berdua begitu?

"iya, nyonya!!", mereka menjawab secara berbarengan. Tapi bukan vina namaku kalau aku tidak tahu mereka berbohong. 10 tahun aku membangun kerajaan bisnisku, dan aku sudah bertemu dengan berbagai macam tipe orang.

"baiklah, kalau kalian tidak mau berkata jujur..", tatapanku kini sedikit mengintimidasi mereka

"mm..mmaaaf nyonya.. Tapi .. Hanya itu yang kami tahu.", mereka saling berpandangan.

"tuan Rangga atau dokter Arini yang melarang kalian untuk memberi tahu keadaanku?"

"eh.. Ituuuu... Mm..maafkan kami nyonya!"

"sekarang kalian bisa pilih, aku menjatuhkan diriku dari kasur ini, dan aku bilang ke suamiku kalian berdua mendorongku, dengan konsekuensi hukuman yang sangat berat saat suamiku marah, atau kalian jujur kepadaku sekarang, dan aku tak akan menyusahkan kalian lagi?"

Kali ini mereka berdua saling pandang dan terdiam.

"aku hanya memberi kalian waktu 3 detik, dan aku akan menghitung mundur dari sekarang!", tiga .. Dua .. Sa...

"baik nyonya, kami akan jujur!", ika kali ini menjawabku.

"hmm.. Nyonya diduga mengalami hematoma. Dan tuan melarang ka.. "

Klek

Pintu terbuka, rangga sudah masuk kedalam

"kalian bisa keluar sekarang, aku akan memanggil kalian berdua setelah aku selesai.", rangga meletakkan baki makanan di kasur, duduk disampingku, untuk menyuapinku.

"permisi, tuan.. Nyonya.. ",

Mereka berdua meninggalkan kamar kami dengan wajah sedikit gugup.

"kenapa senyum-senyum, sayang?"

"aku senang, yang..", rangga menatapku Dan Ikut tersenyum.

"buka mulutmu dan makanlah, kalau kamu senang..", dia menyuapi suapan pertama yang kunantikan dari tadi. Bubur buatan suamiku.. Tapi kali ini tidak polos. Rangga memasukkan udang, cumi, kepiting dan potongan ikan didalamnya

"enak banget yang.. Makasih, ya.. Aku seneng banget makan masakan kamu.."

"kalau gitu, habiskan, ya...", aku mengangguk setelah rangga memasukkan suapan kedua kemulutku.

Banyak yang kami bicarakan selama rangga menyuapiku, tapi hanya obrolan ringan, yang membuatku sangat terhibur dan menikmati masa-masa berdua kami. Aku memang baru mengenal suamiku ini 3 hari.. Tapi seluruh hatiku sudah menjadi miliknya. Aku bahkan melupakan siapa vina ariescha. No more the richest woman number 1 in this country. Yang ada, hanya seorang vina ariescha pranata, istri dari rangga pranata.

"yang, besok aku akan ke kantormu, mengurus semua agendamu!", rangga menegaskan

"hah???! Ga boleh yang!!! Kecuali Aku ikut!"

"tt..tapiii.."

"kamu ga boleh ke kantorku.. Staf terdekatku semua wanita, cuma metha yang sudah menikah, yang lain belum.. Mereka.. Cantik cantik.. Dan masih muda...", jawabku pelan

Kali ini rangga hanya bengong menatapku, kemudian pecah sudah tawanya sampai mukanya merah, terbatuk-batuk dan harus minum air untuk menormalkan dirinya lagi! Aku hanya cemberut menatapnya..

"sayang.. Jadi kamu melarangku, karena kamu takut aku kepincut dengan mereka?"

"aku mengangguk pasti!!", dan mataku sudah berkaca-kaca kali ini.. "yang, aku.. Kehilangan mantan tunanganku dulu, dikhianati oleh orang terdekatku.. Sahabatku sendiri. Kali ini, aku ga mau kehilangan suamiku karena orang terdekatku lagi!", kali ini airmataku sudah tak terbendung. Rangga dengan cepat menaruh mangkuk bubur kosong dan baki ke lantai kemudian memelukku. Tawanya juga sudah hilang kali ini.

"percayakah padaku sayang.. Aku sudah berjanji padamu.. "

"aku percaya padamu, tapi mereka aku ga percaya, yang!! Cinta bisa membutakan semua orang, dan apapun mereka tempuh untuk mendapatkannya. Kamu lihat kan kejadian hari ini? Apa yang terjadi di lobby ritz calton? Itu semua karena butanya seseorang untuk mendapatkan cinta yang diinginkannya!", kali ini aku keluar dari pelukan rangga, menatap matanya dan mengatakan semua luapan dihatiku. Aku hanya ingin dia tahu, kalau aku bukan childish, tapi aku realistis.

"maafkan aku, sayang.. Untuk kejadian hari ini.."

"itu bukan salahmu, yang.. Itulah kekuatan cinta dan rasa ingin memiliki.. ", aku menjawab dengan menatap matanya. Untuk memberitahukannya, bahwa bukan hanya faktor internal, faktor external juga sangat kuat dalam mempengaruhi pecahnya hubungan.

"baiklah, yang.. Sekarang kamu ingin bagaimana?"

"kamu sudah menyewa dua perawat untukku, kan yang?", rangga mengangguk.

"biarkan aku besok ikut dengan aktivitasmu. Aku tak akan mengganggumu. Dan besok, aku akan buat pengumuman resmi, bahwa v company akan berada dibawah GFC. Sehingga, aku tidak harus memecat staffku, dan mereka bekerja secara professional secara resmi dibawah GFC, kamu juga bisa menghire kepercayaanmu sebagai perantara jadi kamu ga usah terlalu dekat dengan mereka. Kalau perlu, Aku akan tetap membantumu, jika kamu memerlukan bantuanku untuk berkoordinasi dengan mereka.."

"baiklah, ide bagus, sayang.. Aku setuju dengan pemikiranmu!", rangga tersenyum.

"dan maafkan aku karena aku ga bisa melindungimu siang...."

"bukan salahmu, yang...itu konsekuensi yang harus kuterima karena aku ingin mempertahankan cintaku.", aku memotong perkataan rangga, dan menjelaskan dari sudut pandangku. Kemudian rangga memelukku dengan sangat erat.

"mau minum obat sekarang, sayang?",

aku mengangguk.

Rangga mengambil air putih dan obatku, memastikan aku meminumnya, dan menaruh gelas kembali di baki.

"sayang, aku minta izin untuk menemui papa diruang baca di lantai dua sebentar."

"papamu, ada disini?", rangga mengangguk.

"aku ga akan lama. Aku akan memanggil mereka menemanimu selama aku bertemu papa."

"ga usah, yang.. Aku mau tidur aja, aku malahan ga bisa tidur kalau ada orang lain disini."

"baiklah kalau begitu, pegang ini, hubungi aku segera kalau kamu butuh sesuatu yang penting selama aku menemui papa."

"wah, kamu sudah belikan aku handphone baru?", aku tersenyum senang.

"iya, tadi aku titip airin, sekalian dia packing ke apartemenmu.", rangga menjelaskan.

"ya udah, sana cepet gih! Biar ga sampe malem aku ditinggal sendirian.."

"iya, sayang.. Aku pergi dulu ya, aku janji, ga akan lama!"