Begitu sulit Emanuel mencari petunjuk yang bisa membuat kecurigaan dia terbukti. Hingga dirinya merasa putus asa, namun ia tahu ia tidak boleh berhenti sampai semua buku ia jelajahi. Sudah berada di barisan ketiga, dan hanya satu barisan buku lagi yang belum Emanuel jelajahi. Satu persatu ia melihat judul dari buku di sana, dan semuanya memakai bahasa vampir yang sulit ia mengerti. Ada yang berbahasa latin, Romawi kuno, bahkan bahasa mantra sihir yang sedikit sulit Emanuel artikan. Meskipun ia masih bisa mengartikannya, namun membutuhkan waktu sampai beberapa detik lamanya.
Tepat berada di barisan terakhir Emanuel menjelajahi seluruh rak buku kuno yang sudah berumur ratusan bahkan ribuan tahun. Hingga akhirnya, Emanuel menemukan sebuah buku yang tidak memiliki judul bahkan halaman pertama kosong tak ada isinya. Hal itu membuat Emanuel curiga dengan isi dari buku tersebut, dan perlu di ketahui semua buku di sana di tuliskan oleh leluhur terdahulu. Dengan sengaja mereka membawa lari sebuah buku kuno itu ketika peperangan dengan Jacob dulu.
Emanuel langsung mengambil salah satu buku yang tidak ada isinya, namun ada sebuah tulisan kecil yang sepertinya adalah mantra untuk membuka buku kuno tersebut. Tanpa ada rasa ragu, ia langsung membacakan mantra tersebut sesuai dengan yang tertulis di dalam sana. Mantra tersebut sedikit sulit ketika di ucapkan oleh Emanuel sampai membuat dia terbata-bata, namun ia tetap terus melanjutkan ucapannya itu sampai ketiga kalinya. Hingga dengan perlahan semua tulisan di dalam buku tersebut berisi dengan sendirinya.
Meskipun sedikit membuat Emanuel terkejut, namun sebuah kekuatan tak lagi membuatnya bingung. Akan tetapi, itu masih membuat dia kesulitan dalam mengartikan semua yang tertulis di sana. Alhasil, Emanuel memilih merenung sampai membuat ia memejamkan matanya dengan perlahan.
"Artikan lah," gumam Emanuel dengan pelan.
Seperti keinginannya saat itu, Emanuel akhirnya dapat melihat arti yang setiap tulisan di sana. Lembaran demi lembaran ia buka hingga tepat di lembaran ke seratus lima puluh sungguh membuat Emanuel heran. Ternyata apa yang dia cari ada di dalam sana. Dengan perlahan Emanuel membaca setiap bait kata yang tertulis hingga ia tahu bahwa Sean memang sedang di kendalikan.
"Jadi ternyata benar kalau kecurigaan ku memang tidak salah. Sebaiknya aku melanjutkan bacaan ku di dalam kamarku saja karena di sini tidak aman, karena bisa saja Sean masuk ke dalam ruangan ini," gumam Emanuel.
Ia langsung bergegas pergi sambil membawa buku kuno itu. Tidak lupa mengunci pintu agar bisa nyaman ketika membaca. Lembaran selanjutnya pun terbuka, dan di sana dijelaskan jika jiwa vampir bisa di rasuki tepat di saat malam bulan purnama. Jiwa itu akan semakin merasuki tubuhnya hingga saraf otaknya hanya akan mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan oleh jiwa kegelapan. Kini di dalam jati diri yang sedang di rasuki memiliki dua sisi lain, dan berbeda. Jiwa asli telah terkunci di dalam tubuhnya, dan jiwa kegelapan kini telah mengambil alih.
Ketika membaca bait pertama di halaman selanjutnya, sungguh membuat Emanuel yakin jika Sean memang memiliki jiwa lain yang lebih menguasai dirinya. Ia pun kembali melanjutkan bacaannya itu. Tepat di bait kedua mengatakan, jika tubuh yang telah di ambil alih tak ada mengontrol diri, dan juga pikirannya maka jiwa kegelapan akan semakin merusak mental hingga dirinya sendiri. Malam bulan purnama adalah salah satu cara yang tepat agar bisa melepaskan jiwa lain yang bersemayam di dalam tubuhnya. Akan tetapi, resiko kematian akan sangat sulit jika tidak pintar-pintar mengontrol diri. Namun, jika jiwa kegelapan itu tidak secepatnya di musnahkan maka jiwa kegelapan lah yang akan menguasai tubuhnya.
Bertapa lah dalam jangka waktu sehari semalam di atas gunung mountain. Dalam pertapaan itu sambil menunggu malam esok malam bulan purnama agar bisa lebih menguatkan diri, tapi jangan sesekali menoleh kebelakang atau jika tidak maka jiwa kegelapan itu akan seratus persen mengambil alih tubuhnya.
"Jadi caranya begini, tapi apakah aku bisa membuat Sean mendengarkan ucapan ku? Secara jiwanya sekarang sedang di ambil alih pasti ini tidak akan mudah, dan aku sendiri tidak yakin bisa membuat Sean lumpuh dengan kekuatan ku. Namun, jika aku tidak melakukan semua ini maka Sean akan benar-benar menjadi iblis yang kejam, yang tidak memiliki sedikitpun hati nurani. Aku tidak bisa membiarkan semua ini apalagi aku tidak tahu caranya memberitahu kepada Quiena tentang siapa diri Sean sebenarnya," gumam Emanuel.
Ia langsung segera menutup buku tersebut tanpa melihat lembaran selanjutnya. Padahal, di lembaran berikutnya adalah sebuah petunjuk yang lebih penting ketika menjalankan semua ritual itu, di tambah di sana juga menerangkan bahwa harus ada kehadiran cinta sejati yang bisa membuat jiwa kehel perlahan lenyap dalam cinta suci. Emanuel tidak tahu akan semua itu, dia langsung menutup buku tersebut sampai membuat buku itu kembali berubah tak ada isinya, dan menaruh buku tersebut ke tempat yang aman.
Emanuel langsung bergegas menghampiri Sean yang sedang berdiri di tepi jendela, meskipun ada rasa sedikit takut tetapi Emanuel yakin dia akan bisa membujuk Sean. Tidak lupa mengetuk pintu hingga dirinya di persilahkan untuk masuk ke dalam kamar Sean.
"Ada apa kamu masuk ke sini, Emanuel?"
"Aku ingin membicarakan hal penting denganmu, jadi bisakah? Ini mengenai dirimu," sahut Emanuel dengan percaya dirinya.
"Tentang diriku? Memangnya kenapa denganku?" Sean merasa jika pembicaraan ini menarik hingga membuat dia langsung berpaling, dan menata Emanuel dengan tajam.
"Ya aku ingin membicarakan semuanya. Jadi, sebaiknya sekarang aku mau kamu mendengar semua ini dengan baik jika memang kamu hidup kita kembali seperti dulu, Sean," jelas Emanuel dengan cepat.
"Katakan dengan cepat, dan jangan berbelit-belit."
"Di dalam tubuhmu telah ada di rasuki oleh jiwa kegelapan, Sean. Jadi, sebaiknya keluarkan jiwa itu supaya kamu bisa mengontrol dirimu sendiri." Sedikit ragu Emanuel berkata, namun ia tetap berkata semuanya agar bisa membuat Sean mengerti.
"Jiwa kegelapan? Apa maksudmu? Kau ingin mengatakan jika tubuhku ini lemah hingga bisa di kuasai oleh jiwa kegelapan, begitu? Jangan lupakan kalau dulu aku adalah penguasa, Emanuel. Meskipun aku tidak bisa mengalahkan Sean dengan pengikutnya itu, tapi aku pasti akan mengalahkan dia dan merebut kembali tahta kerajaan vampir dengan kekuatan iblis ku. Kau mengerti!" Sean langsung marah ketika temannya berkata untuk dirinya sendiri. Dia langsung berjalan dengan perlahan mendekat sampai membuat Emanuel perlahan mundur. Hal itu membuat Emanuel takut.
'Sial! Kenapa susah sekali bicara dengan anak ini? Tapi aku tidak boleh menyerah. Jika tidak maka Sean tidak akan selamat,' batin.