Saat Jeclyn tertidur pulas, rumah menjadi kalang kabut. Mama menelpon dokter kepercayaan nya dengan cepat juga alat-alat yang harusnya berada di rumah sakit sudah terpasang di rumah, tanpa sepengetahuan nya jarum impus di tancap kan di tubuh nya. Semua makin panic ketiak suhu tubuh Jeclyn tidak kunjung reda tapi malah makin naik
Mama adalah orang paling pencemas, terkadang hanya luka kecill saja bisa membuat seisi rumah sibuk bukan main. Dia selalu bertanya apa harus di operasi? Pertanyaan gila untuk luka lecet karena jatuh. Kondisi gila ini selalu terjadi saat Jeclyn kecil , yang seringterjatuh dan demam. Begitu juga dengan declyn masih bayi, kondisi ini membuat Declyn tumbuh dewasa lebih cepat atau bisa di bilang sok dewasa
"Pagi seperti ini dia pasti belum bangun" Albert menunggu di luar pagar rumah yang tinggi,seperti biasa datang untuk menjemput Jeclyn. Baru ingin mengeluarkan hp, tiba-tiba pintu terbuka
"Ah..., Albert kau datang untuk menjemput Jeclyn?" "Iya..., Jeclyn nya belum bangun tante?"
"Hari ini Jeclyn tidak masuk sekolah, tubuh nya panas dan suhu tubuh nya belum turun-turun.Kebetulan sekali kau datang, masuk lah bantu tante sebentar. Tante mau mengantar Declyn"
"Baiklah..."
"Bibi ...., ambil kan baju Jeclyn. Setelah itu bibi mengantar kan makanan ke kantor papa ya"
"Kamar Jeclyn ada di pojok sebelah kanan setelah naik tangga" Menunjuk arah tangga "Ah..., tolong bantu tante gantikan baju Jeclyn dari semalam dia belum sadar dan banyak berkeringat. Bantu tante sebentar ya.., Declyn sudah mau terlambat" Sambil terlihat terburu-buru mama memberikan baju jeclyn
"A...a...aku? Menggantikan nya?" Masih setengah kaget mendengar kata-kata mama dia menunjuk diri nya sendiri masih tak percaya
"Kau kan kekasih nya , suatu saat kau juga akan menjadi suami nya. Tante pergi Dulu"
Yang benar saja... pikir Albert dalam hati, apa tidak salah? Menyerah kan anak nya kepada ku? Albert berjalan menaiki tangga mecari-cari pintu kamar Jeclyn. Pojok sebelah kanan..., berarti yang ini? Berhenti di sebuah pintu, membuka nya dengan perlahan melihat sekitar dan menemukan Jeclyn yang tertidur pulas di ranjang
Albert berjalan ke arah Jeclyn yang tertidur , memengang kepala Jeclyn mengecek suhu tubuh Jeclyn. Dengan ragu Albert memengang pakaian Jeclyn. Tangan Albert sendiri sudah berada di kancing pertama kemeja Jeclyn tiba-tiba Jeclyn membuka mata
"Hm...." Jeclyn membuka mata dan menutup dengan tangan nya untuk menghalangi cahaya matahari yang langsung menyerang mata nya
Apa ini? Albert... sedekat ini aku dan Albert? Sedang kan tangan Albert sendiri masih di kancing kemeja Jeclyn, mungkin karena kaget Jeclyn terbangun dia masih belum sempat menarik tangan nya dari kemeja Jeclyn
"Aku pasti mimpi" Aku membalikan badan kaget akan mimpi ini " Seperti nya aku tidur sudah terlalu lama, apa aku udah melewat kan makan siang?"
"Kau sudah bangun? Kau sudah melewati makan siang,malam dan sarapan" Menjauh dari Jeclyn
"Kenapa mimpi pun masih begitu nyata" Membalik kan badan ke Albert dan memengang tangan Albert "Aku pasti sakit parah" Memengang kepala ku sendiri
"Sejak kapan jarum infuse ada di tangan ku?"
"Apa kau benar-benar sudah bangun? Apa orang tua mu tidak terlalu berlebihan? " Albert menunjuk infuse dan mulai melihat ke sekeliling lebih jelas dari pada sebelum nya , ke adaan berasa di rumah sakit dari pada sebuah kamar
"Ini mimpi!!!!! Kau menyebal kan , si devil suka mencari masalah. Aku benci dengan mu kalau bisa kau lenyap saja dari dunia ini" Aku tidak perlu takut ini hanya mimpi. Suasana hening sebentar setelah kata-kata Jeclyn keluar dari mulut nya Hening? Tidak ada sautan dan marahan dari Albert? Aku rasa ini mimpi, kalau dia ada di sini benaran sudah pasti dia akan mengamuk
"Sudah selesai?" Tanya Albert santai
"Memang mimpi! Kalau tidak ,tidak mungkin dia ada di kamar ku dan tidak marah. Kalau begini apa terasa nyata juga" Memeluk Albert
"Kau belum bangun? Seperti nya demam mu cukup tinggi sampai otak mu bermasalah" Albert kembali memengangi kepala Jeclyn
Terlalu nyata...., ini terlalu nyata. Aku melihat ke atas melihat raut muka nya yang sedang memeriksa suhu tubuh ku.. deg..degg.... deg... terlalu nyata. Aku diam sejenak bahkan aku masih bisa merasakan dingin tubuh nya. Apa ini nyata? Detak jantung ini juga
"Apa kau sangat ingin memeluk ku?Kau sangat suka memeluk ku?"
"Kau kenapa bisa di kamar ku? Auw....." Aku kaget dan meloncat menjauh.., tanpa sadar selang infuse di tangan ku tertarik, rasa sakit langsung menyengat di sekujur tangan ku yang terpasang infuse. Darah langsung keluar dan mengantikan cairan putih di selang infuse ku berubah menjadi warna merah darah ku.
"Apa yang kau lakukan bodoh!!!" Dia menarik tangan ku mendekat ke tabung infuse dengan ahli nya seperti suster yang ada di rumah sakit dia mengunci selang tabung infuse agar darah ku tidak naik sampai ke tabung infuse. Beberapa menit kemudian darah ku kembali turun dengan bercampur cairan infuse kembali ke tubuh ku
"Kenapa kau bisa masuk ke sini?"
"Apa sakit?"
"Ya..., sedikit"
"Mama mu yang menyuruh ku masuk bahkan juga menyuruh ku mengantikan pakaian Mu"
" Ma....ma.. mama ku menyuruh mu mengantikan pakaian ku?"
"Hm..." Menganggukan kepala " Seperti nya mama mu sudah menyerah kan mu pada ku, jadi tidak perlu sungkan lagi kan?"
"Tidak mungkin... bibi... bibi..." Mama memang selalu melakukan hal aneh tapi mama tidak akan berbuat begitu kan
"Di rumah tidak ada orang .mama mu mengantar kan Declyn, bibi mengantar makanan. Tinggal kita berdua dan tadi mama mu mengatakan sesuatu suatu saat aku akan menjadi suamimu. Nah..., istri ayo ke sini" Berbaring di ranjang Jeclyn
"Ka...Kau..." Aku menjauh dan turun dari ranjang empuk ku
"Kenapa kau begitu takut!!! Aku Cuma bercanda , aku juga tidak tertarik dengan mu"
"Bukan kah kau harus nya sekolah" Aku mengusir nya dengan cara halus
"Ya..., karena terlanjur terlambat lebih baik aku main-main saja di sini" Dia mengubah posisi nya yang berbaring di ranjang menjadi posisi duduk dan melempar kan sesuatu ke Jeclyn "Nih.., ganti baju mu. Baju mu sudah basah semua ...,aku bisa melihat jelas terutama waktu kau memeluk ku" Menunjuk baju Jelcyn yang basah dan mencetak tubuh Jeclyn
"Ka... kau..." Aku melihat diri ku sendiri dengan malu dan muka malu ku memancar kan sedikit rona merah dimuka ku
"Bercanda...., baju mu begitu tebal aku tidak bisa melihat apapun dan tidak tertarik dengan anak kecil. Apa kau masih tidak ingin mengganti nya ? Apa perlu aku yang mengganti kan nya...."
"Menyebal kan... pergi sana" Kenapa harus mengulang kata-kata tidak tertarik berulang-ulang sudah berapa kali dia mengatakan nya
"Ok" Berjalan melewati Jeclyn "Kalau saja kau tadi terlambat bangun,aku sudah mengantikan nya untuk mu" Albert berbisik sambil melewati Jeclyn dan tersenyum mengeleng kan kepala
"Kau bilang apa?"
"Tidak ada..."
"Kau sudah makan?" Kata-kata ku membuat nya segera membuka mata dan melihat kearah ku , segera dia duduk dengan perlahan
"Belum... tentu saja belum. Aku datang pagi-pagi ke sini"
"Kalau begitu mungkin di dapur ada sedikit makanan atau mie instant kau masak saja sendiri"
"Apa kau tidak salah? Aku ini tamu dirumah mu" "Dan aku ini pasien!!!"
"Ah..., sudah lah nona besar tetap saja nona besar"
"Baik..., aku yang masak!!!"
"Kau bisa? Kau tidak akan memasuki racun kedalam nya kan?"
"Kau ini mau makan atau tidak?"
Ternyata kata-kata nona besar merupakan mantra untuk nya melakukan hal yang tidak dia sukai, dia tidak suka di panggil nona besar dan menunjukan bahwa dia bukan nona besar seperti yang di bayangkan orang. Entah lah.., apa dia sudah pernah memasak sebelum nya atau belum pernah. Albert mengamati semua pergerakan Jeclyn di dapur bukan pandangan takut di berikan racun, tapi lebih ke pandangan mencemas kan. Tentu saja bukan pandangan takut di racuni, aku juga tidak percaya kalau racun itu akan mempan