Sepasang mata birunya menatap intens pemilik mata lavender yang berhadapan dengan sangat dekat. "Kau... diamlah. Aku tidak akan melakukan hal aneh...." ucapnya lirih, "Apa maksud-...?!" belum selesai dia bicara, ia langsung menyerangnya dengan mata terpejam dan sangat santai.
"NONA?!" pekik mereka bersamaan, kaget melihat Saki yang menyerang Kahime secara tiba-tiba.
Beberapa saat kemudian, Saki menjauhkan wajahnya dari Kahime, sedangkan kelompok jagoan sekolah membatu ditempat sejak melihat serangan dadakan yang dilakukan oleh Saki. Ia menghela napas lega, lalu menarik diri setengah meter darinya, dan kaget saat menyadari apa yang sudah dilakukannya barusan. "Eh?... Mu-murasaki.... maaf-..."
PLAKK
Sebuah tamparan keras mengenai pipi kanan Saki, dia juga kaget saat baru sadar sudah menamparnya, dia langsung memegang erat tangan kirinya, dan gelagapan serta salah tingkah, "HEH?!... ah, gawat... Sa-saki-san maaf, tadi itu reflek... ah, sial... aku pergi duluan." Diapun langsung pergi meninggalkan mereka di ruangan tersebut.
"Ah sial, sungguh memalukan." Umpat Kahime pada dirinya sendiri saat pergi.
Para jagoan sekolah sangat kesal sehingga ingin sekali memukulnya, karena perbuatan Saki terhadap Kahime tadi, akan tetapi begitu mereka mendapat pesan masuk dalam waktu yang sama, niat mereka tertunda setelah melihat ponsel. Seketika kekesalan mereka hilang berubah menjadi rasa damai nan tentram.
"Hei, cepatlah kembali ke kelasmu. Kali ini kau beruntung, kunyuk kampret." Cetus ketua jagoan sekolah acuh tak acuh karena berada dalam ketentraman bersama anak buahnya.
**********
Kahime berjalan melewati lorong, lalu berhenti sejenak melihat murid lain bermain dan bersenang-senang di lapangan sekolah. Tangan kirinya mengelus wajah sebelah kiri, kemudian dengan jemari dia meraba bibirnya, "Itu tadi cukup mengejutkan... semoga saja tidak tersebar." Gumamnya kembali berjalan melewati lorong menuju kelas. Sesampainya dikelas semua orang menatapnya, merasa menjadi pusat perhatian, dia bertanya dengan nada yang dingin, "Apa?"
Yuri beranjak dari bangkunya, berlari menghampiri Kahime, "Kahime..." bisiknya penuh kegelisahan terpasang jelas diwajahnya, membuatnya heran, "Ada apa sebenarnya?" tanyanya pelan sambil memegang pundak Yuri, melihatnya penuh selidik. Beberapa saat kemudian, Saki muncul dari belakang Kahime, melewati mereka berdua.
Kelas hening. Merasa banyak mata memperhatikan, ia melihat sekitar keheranan, "Kenapa kalian melihatku seperti itu?" lalu menengok ke arah Kahime dan Yuri. Ia menarik Yuri dari belakang pundak, dan bertanya, "Hanaru, Murasaki, .... apa yang sudah terjadi? Kelas yang hening ini membuatku takut." Yuri mendengus kesal dan menampar pipi kanannya dengan keras, "Dasar mesum."
Saki terkejut karena tiba-tiba ditampar olehnya, "Woi! Aku salah apa kok ditampar?!" tanyanya kesal menatap Yuri yang telah menamparnya tanpa sebab, "Seharusnya kamu tahu diri, anak baru. Kau dan Kahime sangat berbeda jauh." Jawab Yuri sembari menekan dadanya dengan telunjuk kiri berkali-kali sekuat tenaga. Iapun terheran-heran melihat sekitar, dan melihat Kahime yang terdiam.
**********
Sepulang sekolah....
Saki berjalan sendirian sembari menatap layar Handphonenya, matanya terasa kesakitan ketika membaca berita yang berjudul "Mengambil Ciuman Pertama dihari Pertama Masuk" di web yang selalu menyajikan cerita terbaru dengan cepat. Dia segera mematikan Handphone penuh kekesalan, lalu memasukkannya kedalam saku celana. Seharusnya aku tidak melakukan itu padanya di hari pertama masuk. Dia pasti membenciku. –batinnya suram.
Setelah jauh dengan berjalan kaki, karena melamun, ia menabrak seorang siswi, dan langsung menangkapnya agar tidak terjatuh. Astaga, aku tidak fokus sampai menabrak seseorang –pekiknya dalam batin. Dia membantunya berdiri, lalu membungkuk memohon maaf, dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui kalau siswi yang baru saja ditabrak olehnya adalah Kahime.
Kahime juga terkejut untuk beberapa saat, kemudian pergi mengabaikannya begitu saja. Dia menatap sendu punggung Kahime dari belakang, dan melihat toko jam yang berada tepat disebelah kirinya. Apa dia baru saja membeli jam beker? Atau jam bekernya rusak lagi? –pikirnya.
*********
Di kediaman keluarga Yamato...
Sebuah mobil limun hitam memasuki jalan melingkar yang berada dihalaman rumah bertingkat tiga dengan gaya Italia, ditengah jalan melingkar selebar 5 meter itu, terdapat kolam air mancur yang dikelilingi tanaman hias bunga tulip, dan patung seorang pria berjubah memakai tudung. Lalu seorang butler[1] berambut hitam, membuka pintu belakang penumpang sebelah kiri, sembari memberi hormat, "Selamat datang, Tuan Muda."
Vincent menghela napas, kemudian keluar dari mobil, disusul seorang maid[2] yang menerima tas sekolahnya, "Tuan Muda, makan siang akan segera dihidangkan satu jam lagi. Apa yang anda butuhkan?" tanya butler tersebut dengan suara yang halus.
"Aku tidak ingin makan apapun sampai makan malam nanti. David, aku ingin kau melakukan sesuatu hari ini." Jawabnya dingin, lalu berjalan memasuki ruangan bersama butler yang dipanggil tadi –David. Ia membungkuk agak dalam dan bangkit, kemudian munyusulnya dari belakang.
Begitu mereka masuk, setiap lampu menyala, lampu besar yang terpasang dilangit-langit dalam ruangan seluas empat ratus kali seribu meter itu, dapat memperlihatkan lukisan para penerus keluarga Yamato selama beraba-abad.
"Bagaimana dengan pemeriksaannya? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Vincent, "Pemeriksaannya berjalan dengan lancar, namun sampai saat ini masih belum ada perkembangan. Maafkan kami, Tuan Muda." Jawab David agak lirih, "Tidak perlu meminta maaf, kalian berusaha keras selama tiga setengah tahun, demi keluarga ini. Jangan salahkan diri kalian sendiri." Cetusnya menghela napas.
"Tuan Muda." David cemas melihatnya, karena matanya dipenuhi oleh api kebencian, "Di dunia ini, cuma ada satu orang yang harus disalahkan... dan dialah yang harus membayarnya." Ucapnya geram mengingat sosok berambut putih memakai hoodie dengan sepasang mata lavender yang bersinar penuh hawa membunuh.
M-01
Kemudian dia melepas jas seragamnya, dan memberikannya kepada David. Dia menoleh, menatap David, "Kau jangan khawatir, aku bukanlah orang yang terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Jadi, untuk meredakannya aku ingin menyelidiki seseorang." David mebungkuk, "Siapa yang ingin anda selidiki, Tuan Muda?" dia terkekeh pelan, "Kahime Murasaki."
David terkejut, "Kahime Murasaki?! ... Tuan Muda, apa mungkin dia adalah Kahime Shitou?! .... gadis yang selalu anda cari selama ini-...."
"Bukan. Dia menyangkalnya bahwa dirinya adalah Kahime Shitou. Aku juga tanpa berpikir langsung memanggilnya Si Putih Aneh, ternyata aku salah orang." Jelasnya bergidik bahu dan tersenyum kaku. "Lalu, apa yang terjadi padanya dan anda?" tanya David penasaran.
Vincent termangu heran, "Apa? Kenapa kau sangat penasaran begitu?! Apa kau sungguh ingin tahu?" balik tanyanya geram, dan ia mengangguk. Dia mendesah, "Astaga... baiklah, dengarkan baik-baik. Buka telingamu lebar-lebar, karena aku tidak akan mengulanginya. Dia mengabaikan semua orang, dan ditindas oleh mereka. Dan aku harus mendengar cerita menjijikkan di balik itu semua. Teman dekatku justru terpaku padanya, sampai dalam waktu singkat sudah mengambil ciuman pertamanya. Sedangkan aku, hanya bisa memperhatikannya dari jauh." Jelasnya panjang lebar sampai napasnya tersengal-sengal.
[1] Butler = pelayan laki-laki
[2] Maid = pelayan perempuan