Wajah Noah nampak kegirangah sesaat setelah mendengar kalau Zefa mau datang ke rumah. Kedua kakinya tak henti-henti diayunkan sejak tadi dan senyum bahagia terlihat hingga memperingatkan giginya yang sudah tanggal. "Yeay! Kakak cantik mau datang kesini!" Dia sangat bersemangat hingga membuat Estevan bingung.
Estevan menarik salah satu keningnya dan berfikir, 'Mengapa saat bersama dengan Zefa, Noah sangat bersemangat padahal dia baru mengenalnya minggu lalu' Estevan terus menatap putranya itu hingga seorang pelayan datang dan memberitahukan kalau Zefa telah sampai namun kali ini dia tidak seorang diri karena ada seorang pria bersamanya.
"Antar mereka keruang makan," perintah Etevan. Pelayan itu mengangguk paham dan langsung pergi keluar dari ruang tamu. Akan tetapi ada satu hal yang membuatnya sedikit bingung. 'Dengan siapa dia kesini dan kenapa cepat sekali?'
Caroline mengatupkan mulut serta mengerutkan keninnya saat mendengar kalau Zefa telah datang, dia mencoba untuk tetap tenang dan menahan emosinya karena saat ini dirinya sedang berada di kediaman keluarkan Estevan dan di depannya juga ada Ayah dan Ibu Estevan. 'Tenang Caroline, kau itu cantik jadi kau tidak perlu khawatir yang terpenting saat ini adalah jaga sikap agar kau diterima sebagai mantu di keluaga ini' Caroline tersenyum percaya diri.
Suara langkah heels mulai terdengar, semua pasang mata menuju kearah pintu yang sudah terbuka lebar. Seorang wanita yang memakai atasan kemeja berwarna cream serta celana hitam panjang dan juga rambut tanpa poni lalu dikuncir kuda berjalan masuk ke ruang makan. Wanita itu tersenyum lalu langsung menghampiri Ayah serta Ibu Estevan untuk mengajaknya bersalaman dan tak lupa mencium tangan mereka.
Noah yang sudah terlalu senang langsung turun dari tempat duduk dan memeluk wanita yang baru saja sampai. "Kakak Zefa," ucapnya sambil berlari dan memeluk Zefa.
Zefa tersenyum saat melihat Noah yang berada di depannya. Dengan lembut Zefa berkata, "Wah tidakku sangka ternyata Noah sudah tampan seperti pangeran, oh benar pangeran mau kemana dengan pakaian rapi seperti ini?"
Noah yang masih memeluk Zefa langsung mendongakkan kepala dan tersenyum hingga deretan gigi yang telah tanggal terlihat dengan jelas. "Pangeran mau sekolah kakak cantik."
Seperti yang dikatakan pelayan sebelumnya kalau Zefa datang kesini tidak seorang diri dan orang tersebut adalah Lucas. Lengkungan di bibit pria itu selalu terlukis di wajahnya terlebih lagi saat melihat Zefa yang tersenyum dan berkata dengan lembut kepada Noah. 'Dari dulu aku tahu kalau Senior selalu bersikap lembut kepada anak kecil'
Dari sudut mata, Noah melihat Lucas yang sejak tadi tersenyum kearah Zefa. Lantas dia bertanya kepada Zefa, "Kakak cantik dia siapa?" Sambil manik hitamnya mengarah ke Lucas.
Sekilas Zefa menoleh kearah Lucas lalu kembali menatap Noah. "Dia juga kakak sekertaris."
"Sama dengan kakak cantik?"
Zefa mengangguk. "Iya sama." Seraya tersenyum.
'Ciuh kakak cantik apanya, dia bahkan tidak memakai riasan yang tebal sepertiku bagaimana mungkin dia dibilang cantik?' batin Caroline sambil menatap sinis Zefa.
"Sekertaris Zefa, kemarilah kita sarapan bersama," ajak Ibu Estevan.
Zefa menoleh ke arah wanita yang telah beruban itu lalu mengangguk dan tersenyum. "Baik." Segera Noah menarik tangannya.
"Ayah mendekat ke Nenek, Noah ingin duduk di sebelah kakak cantik," pinta Noah.
Estevan sedikit terkejut mendengar permintaan dari Noah namum pada akhirnya dia berganti tempat dan Zefa duduk tepat di sampingnya. 'Apa keunikan dari wanita ini hingga Noah mau bersamanya' batinnya.
Sebenarnya Zefa senang karena ada orang yang mengajaknya sarapan bersama kerena sudah lama dia tidak merasakan perasaan seperti ini namun ada satu hal yang membuatnya tidak nyaman yaitu. 'Bagaimana mungkin aku duduk di tengah-tengah antara Ayah dan anak ini?'
Lucas duduk di sebelah Caroline, saat hendak mengajaknya berkenalan Lucas langsung mengurungkan niatnya seaat setelah melihat wajah wanita itu. 'Sepertinya dia menghabiskan satu wadah lipcream merah agar membuat bibirnya terlihat membara tapi, apakah dia pacar pak Evan?'
Ayah Estevan tersenyum saat melihat Zefa duduk diantara putra dan cucunya. Lantas dia langsung berbisik ke telinga istrinya, "Yang cocok memang Zefa."
"Aku tahu itu," jawab Ibu Estevan. Saat itu juga Ibu yang duduk disamping Estevan langsung beralih tempat duduk di kursi yang kosong tempat di samping kanan Caroline karena sebelah kiri telah di tempati Lucas. Dia melakukan hal itu agar dapat lihat melihat putra sekaligus cucunya makan bersama layaknya satu meja. "Ayo makanlah Zefa," kata Ibu sambil menuangkan sup ayam.
Zefa mendekatkan piring yang ada di depannya ke arah Ibu Estevan. "Terima kasih," ucap Zefa seraya menundukkan kepala.
"Sekarang kau bisa memanggilku dengan panggilan Ibu saja tanpa ada tambahan lainnya." Ibu Estevan tersenyum.
Hal tersebut membuat Caroline cemburu. 'Ish menyebalkan sekali, aku tidak menyukainya'
"Baik." Sejak Zefa tiba di rumah ini dia merasa kalau wanita yang berada di depannya terlihat sedang menatap tajam kearahnya. 'Ada apa dengan wanita itu?'
Caroline mengangkat tangan kanan kearah Zefa. "Perkenalkan aku Caroline model terkenal dan aku tahu kau hanya seorang wanita yang hanya mengandalkan kecantikanmu agar diterima sebagai sekertaris, aku tahu itu."
Zefa menatap dingin wajah angkuh dari Caroline, dia menerima uluran tangan yang mengajaknya berjabat tangan sambil berkata, "Sekertaris Zefa dan saya tahu satu hal tentang anda. Perkataan, serta pikiran anda mengingatkan saya tentang salah satu cabai yang namanya mirip sekali dengan nama anda."
"Nama cabe yang sama dengan namaku?" Caroline bingung dengan perkataan Zefa.
Seketika itu juga Lucas langsung tersenyum saat mengetahui arti dari perkataan Zefa. "Sangat pedas."
"Seperinya otak anda kurang berolahraga jadi terlalu lama memikirkannya," sindir Zefa sambil melepaskan tangan Caroline.
"Apa beraninya kau?" Caroline mengeratkan giginya.
"Namanya sama dengan nama cabai Caroline," sahut Noah seraya menoleh kearah Zefa. Seketika itu Ibu dan Ayah Estevan berusaha menahan tawa saat mendengar perkataan polos daru putranya.
Zefa pun juga menoleh kearah Noah lalu mengusap rambut anak kecil itu. "Noah pintar ya," puji Zefa.
"Terima kasih kakak cantik." Noah tersenyum sambil memejamkan matanya.
'Ish! Awas saja kau' gerutu Caroline yang tengah menatap sinis kearah Zefa.
'Sepertinya aku harus terbiasa dengan perakaan pedas sekaligus dingin dari bocah ini' batin Estevan yang sudah menikmati sarapannya.
Sebelum Zefa sarapan, dia bertanya kepada Noah, "Apakah Noah mau Kakak suapi?"
Noah mangangguk. "Mau!"
Seketika itu juga Estevan menghentikan kunyahan yang dilakukannya dan menoleh ke atah Zefa. 'Bagaimana mungkin?'
Zefa tersenyum. "Baiklah." Tangan kanan mengambil makan yang berada di depan Noah lalu mulai menyuapi Noah, apa yang sedang dilakukan saat ini mengingatkan Zefa kepada keponakannnya lebih tepatnya anak dari Bimo. 'Aku jadi rindu dengan anak itu'
To Be Continued...