"Tuan, ada yang ingin bertemu dengan anda."
Pria paruh baya yang sedang fokus menulis sesuatu di atas meja kerjanya, menoleh dengan raut heran pada sang asisten yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Ia melirik jam dinding sekilas. Hampir pukul 12 malam.
"Siapa? ini sudah waktunya jam tidur, kenapa masih ada juga yang bertamu di jam segini."
"Entahlah Tuan, Saya juga tidak tau. Katanya ia ingin bertemu dengan anda segera."
Ia menghela napas, lalu beranjak dari kursinya untuk menemui tamunya yang sudah di suruh asistennya menunggu di lantai bawah tepatnya ruang tamu.
Dapat ia lihat, Seorang wanita duduk di sofa membelakanginya. Ia berdehem pelan, tak lama wanita tersebut membalikkan tubuhnya menghadap pria paruh baya yang saat ini terkejut melihatnya. Tubuhnya hampir ambruk, kalau saja asistennya tidak memegangi tubuhnya dari belakang.
"K-kau?"
"Lama tak berjumpa...."
***
Seperti biasa, pagi ini Nayoung menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya seorang diri. Ia menyuruh bibi Shin, pembantu di rumah ini untuk menyiram tanaman yang ia tanam di kebun belakang rumah. Ia melakukan semua ini hanya untuk lebih dekat dengan suami dan anaknya, karena ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pelukis di studio seni miliknya. Beruntung sang suami memakluminya.
Setelah semua pekerjaannya selesai, ia melangkah ke arah tangga - kamar putrinya berada di lantai atas - untuk membangunkan putrinya yang memang sulit di bangunkan setiap pagi. Sementara suaminya sudah bangun, ketika ia sedang memasak tadi. Mungkin sekarang tengah memakai baju untuk berangkat ke rumah sakit.
"Byul-ah, kau sudah bangun?"
Nayoung masuk ke kamar bernuansa pink, kesukaan Putri semata wayangnya itu. Ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Wanita berambut panjang ini tersenyum kecil. Selagi menunggu Eunbyul selasai mandi, Ia merapikan sedikit ranjang yang berantakan ini.
Bunyi pintu di putar, membuat Nayoung mengalihkan pandangannya ke kamar mandi dan mendapati Eunbyul berdiri dengan handuk berwarna putih menutupi tubuhnya. Nayoung menghampirinya, kemudian menggendong gadis kecil itu untuk di pakaikan baju seragamnya.
"Eh, tumben bangun cepat biasanya kan harus di pukul dulu pantatnya agar cepat beranjak dari ranjang." Ejek Nayoung yang kini membantu Eunbyul memakai seragam sekolahnya.
Gadis kecil bernama Ahn Eunbyul itu mengerucutkan bibirnya sebal.
"Tadi aku sesak pipis, daripada tidur lagi lebih baik mandi. Karena sudah pukul setengah 7 ,nanti terlambat." Jawab Eunbyul dengan polos.
Nayoung terkekeh kecil. Eunbyul baru masuk sekolah dasar sebulan yang lalu, mungkin karena itu ia tidak ingin terlambat datang ke sekolah. Katanya, ia harus jadi murid yang paling disiplin di hari pertama masuk sekolah. Eunbyul juga bilang, ia tidak mau jadi murid nakal karena itu bisa membuat nilainya jelek. Tidak seperti teman-teman sebayanya, yang terlalu aktif. Eunbyul adalah tipe anak yang pendiam dan akan berbicara jika ada yang mengajaknya.
"Cah, Selesai. Kau ingin di kuncir dua?" tanya Nayoung pada Eunbyul yang mulai menyisir rambutnya sendiri.
Eunbyul menggeleng, ia memberikan jepitan rambut berbentuk Bulan pada sang ibu. Nayoung menerimanya, lalu memakaikannya pada rambut coklat kehitaman milik putrinya.
"Ibu, apa ayah sudah pulang?"
"Sudah. Kenapa?"
Eunbyul tidak menjawab, lantas ia mengambil tasnya dan berlari keluar kamarnya. Nayoung mengikuti dari belakang. Ia melihat suaminya baru keluar dari kamar dan menggendong Eunbyul untuk turun ke meja makan.
"Ayah, kenapa baru pulang? Bukankah ayah sudah janji menemaniku mengerjakan tugas sekolah semalam. Ayah ingkar janji," Ucap Eunbyul dengan nada merajuk.
Pria yang berstatus suami dari Seo Nayoung itu, Mengelus pelan rambut Putri semata wayangnya.
"Maafkan ayah. Kemarin malam, pasien ayah banyak yang harus di operasi. Kau kan tau sendiri, jika ada orang yang membutuhkan pertolongan kita harus cepat dan sigap menolongnya. Benarkan?"
"Iya. Tapi lain kali, jangan membuat janji padaku lagi. Ayah sering mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit dan mengabaikan aku."
Nayoung dan suaminya terperangah mendengar ucapan Putri mereka yang seperti orang dewasa. Lalu tertawa kecil, melihat tingkah lucu Eunbyul.
"Baiklah. Princessnya ayah. Sekarang cepat makan sarapanmu, sudah hampir jam tujuh."
Nayoung membantu Eunbyul memotongkan telur ceplok nya, agar mudah di kunyah oleh mulut gadis kecilnya. Ahn Jungguk menyesap kopi pahitnya sembari mengecek ponselnya.
"Jung, habiskan dulu sarapanmu. Baru main ponsel." tegur Nayoung pada suaminya. Jungguk mengangguk, Lalu memakan telur gorengnya.
Keluarga kecil itu menikmati sarapan pagi mereka dengan di temani ocehan lucu dari Eunbyul. Eunbyul yang bercerita tentang teman-teman di sekolahnya.
"Ayo ayah." Seru Eunbyul yang sudah berjalan lebih dulu dari sang ayah.
"Iya, tunggu sebentar."
Nayoung berjalan mendekati suaminya, dan membetulkan sedikit letak dasi Jungguk yang terlihat miring. Tak lupa ia menepuk pelan dada sang suami, setelah merapikan sedikit kemeja pria berbadan tegap itu.
"Aku berangkat dulu. Jangan terlalu asyik dengan kegiatan melukismu, sampai lupa makan siangmu. Mengerti?"
"Iya, aku mengerti. Pergilah, ah iya jangan ngebut membawa mobilnya. Ada Eunbyul yang kau bawa. Mengerti?"
Sepasang suami istri itu terkekeh kecil mendengar ocehan garing dari mulut mereka.
Jungguk mengecup kening dan bibir Nayoung, sebelum berjalan ke mobil.
"Aku akan mengantar makan siangmu nanti. Kita makan bersama, oke?" Seru Nayoung. Jungguk yang mendengarnya dari kejauhan, menyahut perkataan Nayoung.
Nayoung segera bersiap-siap untuk pergi ke studionya, setelah merapikan meja makan dan meletakkan piring kotor ke tempat cucian. Biar bibi Shin yang mencucinya nanti, pikirnya.
***
"Ah, akhirnya selesai juga." Keluh seorang pria yang menyeka keringatnya di depan sebuah kamar apartemen.
Ia baru saja memindahkan barang-barangnya ke kamar yang ia sewa 2 hari yang lalu. Dan baru sempat memindahkannya hari ini, karena pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggal kemarin. Sebenarnya ia bisa saja menyewa seseorang untuk memindahkan barangnya, namun ia pikir itu sangat membuang uang. Lagipula jarak antara tempat tinggal lamanya dan yang baru, tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 15 menit jika memakai mobil pick up. Dan barang-barangnya hanya sedikit, yaitu beberapa lembar baju serta laptop dan berkas-berkas penting. Di apartemen ini sudah di sediakan fasilitasnya, seperti Dapur yang hampir bersatu dengan ruang keluarga lalu kamar yang sudah ada tempat tidurnya yang lumayan Bagus.
Jaemin, nama pria itu. Ia melangkah masuk ke apartemennya untuk bersiap berangkat kerja. Sudah pukul 8, sekitar jam 9 ada pasien yang ingin berkonsultasi kepadanya.
Ponselnya yang ia letakkan di atas meja, berdering nyaring. Jaemin dengan cepat meraih benda pipih itu.
"Halo? oh Jaein-ah. Ada apa?"
"Kau mau ke Seoul? Tidak, jangan. Siapa yang akan menjaga ibu?"
"Minggu depan? baiklah. Kabari aku, jika kau akan berangkat nanti."
"Tentu saja. Ya sudah, kakak mau berangkat kerja. Kirim salam pada ibu, kakak baik-baik saja disini. Ah iya, jangan mengirim bahan makanan lagi untuk bulan ini. Masih banyak bahan-bahannya."
Setelah di rasa sambungan telefonnya sudah di matikan oleh sang adik, Jaemin segera mengambil tas kerjanya dan berjalan menuju pintu apartemen sederhananya.
Jaemin berjalan santai di sepanjang koridor apartemen. Ia juga menyapa para tetangganya yang kebetulan ber pas-pasan dengannya. Jaemin memang di kenal ramah pada siapapun. Bahkan baru sehari ia pindah kesini, sudah banyak para perempuan yang satu lantai dengannya memberinya kue beras sebagai ucapan selamat datang. Jaemin menerimanya saja, tanpa ingin menolak. Lumayan ia bisa bawa ke rumah sakit dan di bagikan kepada pasien anak-anak dan beberapa perawat.
Pria bertubuh sedikit tinggi itu, masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai bawah. Di dalam lift ada dua orang beda jenis yang sepertinya sepasang kekasih.
Tapi, tunggu. Ada sedikit kesalahan di sini, Jaemin melirik si wanita yang terlihat gelisah sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Jaemin mengukir senyum miring, tak kala melihat tangan si pria yang menyentuh pantat wanita lemah itu.
"Aih, dasar mesum. Bisa-bisanya ia melakukan itu di dekatku." Batinnya.
Dengan gerakan tiba-tiba,Jaemin berdiri di antara keduanya. Yang otomatis pelecehan yang dilakukan pria yang tak dikenalinya ini berhenti. Si pria mengumpat sambil memandang Jaemin tajam.
"Ah, maafkan aku. Aku tidak terbiasa berdiri di pojok." ucap Jaemin tanpa melihat dua orang itu. Ia hanya menatap lurus ke pintu lift.
Tak lama lift berhenti di lantai bawah, Pria mesum itu berjalan cepat keluar. Jaemin dan wanita tadi juga ikut keluar. Namun, pergerakan Jaemin terhenti ketika sebuah lengan menahannya.
"Terima kasih tuan. Jika tidak ada kau, entah apa yang akan terjadi padaku tadi." ucap wanita itu seraya menundukkan kepalanya.
Jaemin tersenyum simpul.
"Sama-sama. Lain kali, pakailah pakaian yang lebih layak. Bajumu itu sangat mengundang kaum lelaki berbuat seenaknya."
Wanita asing itu menganggukkan kepalanya pelan. Ia berusaha menutupi pahanya yang terekspos dengan tangannya.
"Ya sudah, aku pergi dulu. Permisi."
"Tuan, tunggu. Siapa namamu?Aku Song Eunhye."
"Aku Bae Jaemin. Senang berkenalan denganmu."
Jaemin melangkah pergi, ia berlari kecil menuju halte bus. Sudah hampir terlambat.
Si wanita tadi tersenyum kecil. Ia menatap punggung tegap Jaemin yang berlari.
"Dia sangat baik dan tampan."
***
Jaemin sudah sampai di rumah sakit, tempat kerjanya. Ia juga sudah mengambil absen seperti biasanya.
"Dokter Bae,"
Seorang perawat wanita memanggilnya, saat ia membuka pintu ruangannya. Jaemin membalikkan tubuhnya, lalu menatap perawat tersebut dengan pandangan bertanya.
Perawat itu menunduk sebentar, menyembunyikan pipinya yang langsung bersemu merah karena tatapan Jaemin yang sangat cool. Menurutnya.
"Perawat Park? Ada apa kau memanggilku?"
Wanita itu mendadak salah tingkah. Ia menegakkan tubuhnya, lalu menyerahkan kertas yang berisi data pasien yang akan Jaemin tangani. Jaemin menerimanya dan memeriksanya.
"Ah itu, orang tua Yena sudah menunggu anda di kamar rawat gadis itu. Mereka ingin bertemu denganmu Dokter, untuk bertanya keadaan Yena sekarang."
Jaemin mengangguk. Ia sampai lupa ada pasien bernama Chae Yena, gadis kecil berusia 9 tahun yang menderita kanker otak sejak 2 yang tahun lalu. Hari ini Orang tua Yena datang, mereka akan datang sekali seminggu untuk melihat keadaan Putri bungsu mereka yang rawat inap di sini. Pasangan suami istri itu termasuk orang kaya yang super sibuk dengan bisnis, bahkan pernah melupakan keadaan Yena saking sibuknya mengejar harta duniawi. Jaemin kasihan melihat Yena seorang diri di sini, Kakak gadis kecil itu juga hanya sesekali datang dan hanya sebentar juga menjenguknya.
"Baiklah. Aku akan bersiap dulu, kau urus dulu mereka."
Jaemin masuk, meninggalkan perawat bernama Park Yeji tersebut di depan ruangannya.
Yeji memegang pipinya yang masih panas. Ia membalikkan tubuhnya, dan mendapati seorang pria yang menatapnya jengkel.
"Kenapa semakin hari, semakin tampan saja Dokter Bae. Ah aku rasa, aku akan cepat jantungan jika dia menatapku seperti tadi."
"Hei, kau sudah gila? Senyum sendiri sambil memegang pipi bakpao itu."
Yeji mendengus kesal. Ia melangkah pergi, bahkan ia menyenggol sedikit lengan pria itu.
"Aih, kasar sekali. Aku kan hanya menegurnya. Untung saja aku yang melihat, kalau orang lain mungkin dia sudah di sangka gila karena tersenyum sendiri seperti orang bodoh."
"AKU MENDENGARMU BODOH!"
Pria bernama Jung Wooyoung itu tersentak kaget, Suara nyaring Yeji bisa-bisa merusak gendang telinganya nanti.
***
"Aku ingin bertemu CEO mu. Apa dia ada di dalam?"
Seorang wanita berpakaian rapi dan sedikit glamor berdiri di depan meja resepsionis.
Gadis yang berdiri di balik meja, meraih telepon kantor yang langsung terhubung pada petinggi mereka.
"Maaf, nyonya siapa nama anda?"
Wanita itu tersenyum misterius. Lalu ia memperlihatkan kartu pengenalnya pada gadis yang bertanya namanya.
Gadis itu mengangguk. Ia berbicara sebentar dengan sang atasan, kemudian menaruh kembali telepon itu di atas meja.
"Kata Tuan, anda bisa langsung saja ke ruangannya." ucap gadis berseragam itu dengan pelan.
Wanita berambut sebahu itu, berjalan dengan angkuh menuju ruangan yang ia tuju.
Tolong beri saran dan kritik, jika tulisan saya ada yang mengganggu atau salah.
Jangan lupa tinggalkan jejak.