"Wulin, kemarilah!" seorang pria muda berumur dua puluh tahunan dengan tubuh tinggi dan kuat iti menyambut Tang Wulin.
"Kakak Long." Tang Wulin bertanya sambil tersenyum: "Tugas apa yang diberikan guru hari ini?"
Kakak Long tersenyum dan berkata : "Tidak banyak, kau akan tahu ketika pergi ke rumahmu. Omong-omong tentang itu, aku sedikit iri pada anak sekecil dirimu, kau baru sembilan tahun! Beban pekerjaan ini sudah hampir menyamai ku." penempaan itu adalah pekerjaan keras, semakin banyak melakukannya, maka akan menghasilkan penghasilan yang banyak pula.
Tang Wulin berkata sambil tertawa: "Bagaimana bisa aku dibandingkan dengan mu, sampai sekarang guru masih belum memperbolehkan saya untuk menempa bagian besar."
kakak Long berkata: "Itu adalah untuk membuat fondasimu semakin kuat. Baiklah, kau lekaslah pergi, jika tidak, kau tidak bisa bekerja selama dua jam hari ini."
sebenarnya, di ruang kerja Mangtian hanya ada tiga orang, Mangtian, Kakak Long, dan Tang Wulin. Kakak Long semulanya adalah murid pertama Mangtian, setelah Tang Wulin datang kemudian ia berubah menjadi murid keduanya, panggilannya kepada Mangtian berubah menjadi "guru" yaitu ketika ia datang ke-kedua kalinya pada tiga tahun yang lalu.
Mangtian adalah seorang guru yang galak, standarnya sangat tinggi. Tetapi ia mengajarnya juga sangat serius. Sering kali Tang Wulin merasa apa yang ia pelajari disini jauh lebih banyak dibandingkan di sekolah.
Setiap orang memiliki ruang kerjanya sendiri, Mangtian mengambil beberapa bagian mesin baja penempaan dari luar, kemudian mendistribusikannya. Yang sederhana akan ia berikan kepada Kakak Long dan Tang Wulin, dan yang rumit akan ia kerjakan sendiri.
Akan ada waktu belajar khusus dalam satu hari setiap minggunya, Mangtian akan mengajarkan mereka dengan tangannya, waktu yang tersisa di hari itu, maka mereka menggunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Mangtian. Semakin banyak yang dikerjakan, maka semakin baik, penghasilan juga akan semakin tinggi.
Tang Wulin datang ke ruang penempaannya, ruangan itu berbeda dengan ruang tamu kotor diluar, disini sangat bersih dan rapi, dan semuanya ini dibersihkan olehnya.
Di atas meja tempa sudah pasti ada beberapa bahan mentah dan di sampingnya terdapat gambar.
Ketika pertama kali ia datang kesini, Mangtian menyuruhnya untuk mengetuk besi selama tiga bulan penuh, dan ini hanya untuk mengajarinya memukul dan mengangkut muatan. Ia harus memukul selama dua jam setiap harinya, itu adalah hari yang panas.
Dengan latihan terus menerus, kekuatan orisinil Tang Wulin tidak lemah lagi malahan terus bertambah, dan palu kecil juga perlahan-lahan diganti menjadi besar. Setelah tiga bulan, ia mulai mengerjakan beberapa pekerjaan menghaluskan logam yang sederhana. Setahun kemudian, Ia mulai membuat bagian yang paling sederhana.
Sebelum sampai setengah tahun, ia naik dari menempa bagian kecil menjadi menempa bagian sedang. Mangtian lebih keras kepadanya dibandingkan kepada Kakak Long. Tetapi karakter Tang Wulin seperti memiliki ketahanan khusus, tiga tahun disini, Tang Wulin tidak pernah menyerah.
Melihat gambar-gambar itu dengan serius, ia langsung mengerti pekerjaan hari ini itu apa, sepuluh ruas, ini adalah sendi pergelangan kaki baju besi yang berbentuk bulat, jika itu melewati pengecoran, maka itu hanya membutuhkan dua kali pukulan, tetapi dalam penempaan, persyaratannya jauh lebih tinggi.
Penempaan juga dibagi menjadi banyak tingkatan, untuk rata-ratanya berjumlah seratus, dan hal ini disebut dengan seratus tempa, yaitu adalah setiap bagian dari bagian harus ditempa sebanyak seratus kali sampai selesai. Dalam tingkat yang lebih tinggi harus ditempa sebanyak seribu kali.
Semakin banyak menempa, maka akan semakin sedikit pengotor kemurnian logam, tentu saja logam harus cukup baik untuk menahan tekanan dari seribu kali tempaan. Dan juga Tang Wulin masih belum mengerjakan bagian seribu tempaan ini, selain itu juga pekerjaan seperti ini sangat sedikit.
Tekan tombol pada meja tempa dengan cakap, pusat penempaannya retak, sehingga memperlihatkan tungku penempaan yang ada di sisi bawah, Tang Wulin menetapkan sebuah logam pada galur di samping tungku penempaan, kemudian menekan tombol lagi, dan selanjutnya mengirimnya ke tungku penempaan.
Dimulai dengan dua buah palu hitam bercahaya, ukuran dua palu ini mirip seperti palu yang digunakannya pada saat tes, yaitu kali pertama ia datang kemari. Palu ini sangat pas untuk menempa bagian yang kecil dan sedang.
Namun, palu di tangannya ini adalah sebuah pemberian dari Mangtian ketika ia datang kesini selama satu tahun penuh. Mangtian membuat seribu penempaan palu baja tungsten dengan tangannya sendiri, dengan berat hingga 80 kg per gagangnya, dan ini sulit untuk orang biasa jika mereka ingin mengayunkannya. Tetapi sekarang ini palu itu dipegang oleh Tang Wulin, dan ia tidak merasakan apa-apa.
Dibawah tungku penempaan bertemperatur tinggi, logam dengan cepat berubah menjadi warna merah, palu baja tungsten di tangan kanan Tang Wulin itu berada diatas galur, dan palu baja tungsten di tangan kirinya ditutup dari atas, dan kemudian mengapit logam tersebut..
Kedua palu baja itu dengan cepat mengayun, dan menghasilkan bunyi "Ding ding dang dang", dan ini memulai hari penempaan.
Penempaan adalah pekerjaan tangan, bukan hanya sebuah pekerjaan keterampilan yang begitu sederhana, ketika Tang Wunglin pertama kali belajar menempa, Mangtian menjelaskan kepadanya bahwa jika ingin menjadi seorang ahli penempaan, ketika dalam proses menempa, ia harus menggunakan otaknya untuk menilai tekstur dan karakteristik logam itu sendiri melalui menggoyangkannya atau melihat perubahan logam tersebut. Hanya dengan menguasai ini, baru bisa benar-benar menempa barang yang bagus.
Pemahaman Tang Wulin dalam hal ini sangat baik, ia tidak tahu, ketika Mangtian memberikannya palu besi tungsten ini, itu maksudnya adalah ia sudah menjadi seorang ahli penempaan secara resmi.
Penghasilan perbulan itu tidak banyak, ia harus mengumpulkan uang, sisa uangnya ia gunakan untuk membelanjakan adiknya, dan juga untuk memberikannya kepada Langyue, dan untuk menunjang keluarganya.
Ia hanya seorang anak berumur sembilan tahun sekarang, tetapi pekerjaan tiga tahun menempanya, telaah membuatnya menjadi lebih dewasa dibandingkan teman-teman sebayanya, baik dalam pikiran maupun kepribadiannya.
Setelah dua jam penuh, ketika bagian terakhirnya selesai di bawah pukulan palu baja tungsten, Tang Wulin mengambil handuk di sampingnya dan membasuh keringatnya. Melihat sepuluh bagian yang mengkilap di hadapannya, ia tampak sangat puas.
Karena telah terbiasa menempa, sehingga ia suka pekerjaan ini. Memukul dengan palu setiap hari adalah hal yang menyenangkan, dan juga, kadang-kadang dalam proses memukul ia akan memasuki kondisi yang sangat spesial, keadaan ini sangat mengejutkan, seperti gaung logam yang ia pukul menggunakan palu di lengannya. Dan ketika pada waktu ini, bagian-bagian yang ia buat akan sangat bagus, bahkan Mangtian yang berkarakter dingin pun tidak bisa tidak memujinya.
"Guru." ketika Tang Wulin baru saja bersiap untuk pergi bekerja, dan ia baru menyadari kalau Mangtian sudah mendatangi ruang kerjanya, bahkan ia tidak tahu kapan Mangtian itu datang.
Pertama-tama Mangtian berjalan ke depan meja penempaan dan melihat hasil pekerjaannya, ia mengangguk-angguk, kemudian ia menyerahkan setumpuk uang kertas, "Uang bulan ini. Kerjamu tidak buruk."
"Terima kasih, guru." Tang Wulin sangat gembira, dengan cepat mengambil uang itu, dan masuk ke pelukannya. Karena kegembiraannya, wajahnya sedikit memerah, tetapi ia malah melambaikan tinjunya dengan kuat.
Mangtian menatapnya dengan sedikit keraguan, "Ketika saya memberikan gaji bulanan sebelumnya, aku tidak pernah melihatmu begini senangnya?"
Napas Tang Wulin sedikit terengah-engah, ia menarik napas dalam-dalam :"Guru, aku sudah cukup mengumpulkan uang untuk membeli Jelmaan Jiwa."
Mangtian menghela napasnya, ia bergerak sedikit dan berkata: "Maksudmu, apakah apakah Jiwa Petarungmu sudah mencapai tingkat sepuluh?"
Tang Wulin mengangguk, "Sedikit lagi."
Mangtian yang sangat sulit untuk tersenyum itu tersenyum, "Semangat."
"Guru, kalau begitu aku mau kembali dulu." Tang Wulin memasukkan cetakan yang telah jadi ke dalam kotak, kemudian ia berlari keluar.
Melihat punggungnya, senyum di wajah Mangtian menjadi lebih kuat, "akhirnya aku melihat anak ini seperti anak kecil. Sayang, jiwa petarungnya itu adalah rumput perak biru, tidak peduli apapun jelmaan jiwanya, aku takut…., tapi, itu juga merupakan keberuntunganku, dalam menempa, bakat anak ini cukup untuk diwariskan kepada keturunan ku.