Shang Yu mengalihkan pandangannya, meletakkan handuk dengan lembut di atas meja batu, dan bicara dengan nada rendah, "Ada urusan apa mencariku?"
Shang Lu, yang duduk di seberangnya, membuka mulut dan mengeluh, "Kakak, aku mau membatalkan pernikahan kami, dan dia malah setuju. Apa yang harus aku lakukan ?"
Kamu benar-benar tidak tahu malu!
Li Qiao meliriknya dengan tatapan kosong. Dia hendak berbicara, namun ponsel yang dia pegang tiba-tiba berdering.
Li Qiao meminta maaf karena bunyi ponselnya mengganggu mereka berdua. Dia mengangkat ponselnya dan melihat bahwa yang meneleponnya itu adalah kakak keduanya, Li Yan.
Dia mempertimbangkan akan mengangkat teleponnya atau tidak. Tanpa sadar, dia menatap Shang Yu, yang menurunkan kelopak matanya dengan hati-hati, seolah menyetujui kalau Li Qiao menerima panggilan itu.
Melihat reaksi Shang Yu ini, akhirnya Li Qiao menekan tombol jawab tanpa ragu-ragu.
"Qiao Qiao, kamu pergi ke mana? Apakah kamu bertemu dengan Shang Lu?" Kakak kedua Li Yan bertanya dengan cepat di telepon.
Li Qiao mendongak dan mengangkat teleponnya, melirik Shang Lu dengan lubang hidung yang menghadap ke langit. Akhirnya dia menjawab dengan bibir cemberut dan tidak bertenaga, "Aku bertemu dengannya!"
"Bagaimana? Apa kamu merasakannya?"
Rasanya terlalu banyak...
Li Qiao tidak memberikan penjelasan, namun tiba-tiba terdengar suara 'klik' di depannya. Di penglihatannya, tampak awan kabut putih meluap dari bibir tipis Shang Yu, dan mata mereka bertemu lagi di tengah-tengah asap.
"Qiao Qiao?" Li Yan mendesak adiknya di ujung telepon, "Begini saja, setelah bertemu dia, kamu datang temui aku. Aku akan menunggumu di gedung privat."
Setelah menutup telepon, Li Qiao melihat Shang Lu dengan tenang. "Aku sudah pernah bilang, aku setuju membatalkan rencana pernikahan kita."
"Kamu yakin?" tanya Shang Lu dengan nada curiga sambil mengangkat alisnya, "Pikirkanlah baik-baik. Kalau kamu setuju dan sudah membuat keputusan, datanglah temui aku."
Li Qiao menghela napas dengan kasihan, "Aku datang untuk mencarimu atau tidak, kakakmu seharusnya tahu."
Li Qiao mengabaikan penampilan Shang Lu yang tampak gelisah. Dia mengalihkan pandangannya ke wajah Shang Yu, dan tenggorokannya sedikit terasa gatal.
Shang Shaoyan dikenal sebagai seorang pemimpin yang kuat di Nan Yang. Selain kekuatannya yang luar biasa, wajahnya saja sudah cukup untuk menarik perhatian dunia.
Bahkan Shang Lu yang tampan dan tidak ada lawan saja tampak tak berdaya di depan saudaranya itu.
Pria itu duduk dengan tegak dan punggung yang lurus. Matanya panjang dan sipit, tulang alisnya tampak menonjol dan jelas, tampan dan acuh tak acuh. Tulang-tulangnya seolah menyimpan aura pangeran liar, seperti kuda yang mengamuk di medan perang.
Li Qiao melihatnya dalam waktu yang lama. Saat menundukkan kepalanya, samar-samar ada senyuman yang sulit dijelaskan.
Wajah itu lumayan cantik!
Pada saat ini, Shang Yu menyalakan rokok. "Li Qiao benar-benar tidak mencarimu."
"Tidak boleh mencari siapapun! Bagaimanapun juga, aku sudah memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Kakak, sebelumnya kamu sudah menyetujuinya, jadi sekarang kamu tidak boleh mengingkarinya. Shang Lu mengencangkan lehernya dan melihat Li Qiao dengan waspada, karena takut kalau kalau dia tiba-tiba menyerang.
Kini, Shang Yu melihat Li Qiao, melengkungkan bibirnya dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, batalkan saja."
Begitu mendengar kata-kata itu, Shang Lu terlihat penuh semangat lagi. "Kamu dengar sendiri kan, kakakku sudah setuju. Apa ada lagi yang ingin kamu katakan?"
Perasaan Li Qiao sedikit sulit dikendalikan, tetapi dia bukanlah sebuah boneka yang tidak memiliki perasaan.
Dia menundukkan kepalanya, melihat darah yang memudar di bawah kakinya, dan tersenyum tipis. "Tuan Shang Lu, tahukah kamu, sebenarnya penglihatanku selalu sangat baik."
Ketika kata-kata itu keluar dari bibirnya, Li Qiao berbalik badan dan kembali melewati jalan setapak.
Dia menyingkirkan daun pisang di hadapannya, kemudian melihat ke belakang lagi, menatap pupil mata Shang Yu yang dalam seperti lautan, kemudian memperkenalkan dirinya, "Halo, aku Li Qiao."
Mata Shang Lu tiba-tiba menjadi gelap.
Selama hujan, di atap sudut paviliun, terdengar suara rintik-rintik hujan dan embun yang jatuh dari waktu ke waktu.
Shang Lu melihat ke arah Li Qiao pergi dan bergumam tidak jelas, "Mau penglihatannya bagus atau tidak, memangnya apa hubungannya denganku?"
"Penglihatannya bagus. Dia meremehkanmu!" Perhatian Shang Yu tertuju ke arah jalan setapak itu. Dia berkata dengan suara berat sambil berpikir.