webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · 现实
分數不夠
702 Chs

Reunion

Bara terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah seperti seseorang yang sehabis lari berkeliling lapangan bola. Sejak kepindahannya ke kediaman Pak Haryo, Bara sering mengalami mimpi buruk yang sama. Di mimpi itu, Bara melihat seorang anak laki-laki dengan luka di kepalanya dan terjatuh ke dalam sungai. Bara dapat merasakan dirinya ikut tenggelam ke dalam sungai yang dalam dan gelap.

Selain itu, Bara juga dapat merasakan keputusasaan yang dirasakan anak laki-laki tersebut. Ketakutan dalam kegelapan yang akan menelannya hidup-hidup. Bara tidak dapat mengetahui apa yang selanjutnya terjadi pada anak laki-laki dalam mimpinya tersebut. Karena yang selanjutnya terjadi adalah dirinya terbangun dengan sekujur tubuh dipenuhi keringat dan napas yang terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang tidak karuan.

Bara kemudian memutuskan keluar kamar untuk menenangkan dirinya. Setibanya di ruang makan, Bara mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas. Sensasi dingin menyegarkan tenggorokannya. Kepalanya sedikit merasakan sensasi brain freeze.

Bara berjalan berkeliling seorang diri di dalam rumah yang gelap dan sunyi. Seluruh lampu di dalam rumah dalam keadaan mati dan tidak ada orang lain selain dirinya. Terang saja dia terbangun disaat orang-orang masih terlelap tidur. Bara membayangkan betapa sepinya kehidupan Pak Haryo selama ini. Tinggal seorang diri hanya bersama dengan Staff rumah tangganya.

Bara lanjut berjalan keluar menuju kolam renang. Sambil menatap langit malam, Bara menyapukan pandangannya ke arah rumah. Bara melihat salah satu ruangan di lantai dua masih dalam keadaan menyala. Rasa penasaran pun menggelitik Bara untuk melihat ruangan apa yang masih nyala tersebut. Bara kembali melangkah ke dalam dan menuju lantai dua rumah Pak Haryo.

Bara melihat celah cahaya dari salah satu kamar yang tidak tertutup rapat. Bara mendekati kamar tersebut. Sambil mengintip, Bara mencoba membuka pintunya tanpa bersuara. Tidak ada seorang pun di kamar tersebut. Bara memperhatikan seluruh kamar bercat biru tersebut. Sepertinya ini adalah kamar milik seorang anak laki-laki karena semua perabot dan mainannya kebanyakan berupa robot dan mobil-mobilan. Bahkan ranjangnya pun berbentuk mobil.

Bara berkeliling kamar tersebut. Bara tertarik dengan deretan foto yang menghiasi dinding kamar. Dilihatnya foto seorang anak laki-laki yang tampak tidak asing baginya. Foto anak tersebut mirip dengan foto anak laki-laki yang ada di kamarnya. Foto yang menurut penjelasan Pak Agus adalah dirinya sewaktu kecil.

"Ini beneran gue waktu kecil?" Bara bertanya pada dirinya sendiri.

Bara kemudian melangkah menuju rak buku yang ada disudut kamar. Matanya menjalari satu per satu tumpukan buku yang ada disana. Matanya tiba-tiba menemukan sebuah album foto. Bara bergegas duduk dan membuka album foto tersebut.

Benar saja album foto tersebut berisi foto si anak laki-laki dalam berbagai kegiatan. Mulai dari belajar naik sepeda, belajar berenang, merayakan ulang tahun sampai kelulusan sekolah. Semua ada di album foto tersebut. Bara merasa seperti dejà vu ketika melihat foto-foto tersebut. Sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit, Bara terus membolak-balik foto di album tersebut.

Semakin dia melihat foto-foto tersebut, Bara merasa kepalanya semakin pusing tanpa alasan yang jelas. Akhirnya Bara bangkit berdiri menuju tempat tidur yang ada dikamar tersebut dan merebahkan badannya. Bara memejamkan mata untuk mengurangi rasa sakitnya. Tanpa sadar Bara terlelap kembali.

***

"Dimana bara?" Tanya Pak Haryo kepada Pak Agus.

"Mungkin masih tidur, Pak. Saya lihat dulu dikamarnya." Pak Agus permisi dan bergegas menuju kamar bara.

Pak Agus mengetuk pintu kamar Bara beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, Pak Agus mencoba membuka pintu kamarnya. Pak Agus heran menyadari Bara tidak mengunci kamarnya. Pak Agus segera masuk kedalam kamar bara dan mulai mencarinya. Begitu menyadari Bara tidak ada dikamarnya, Pak agus bergegas kembali ke ruang makan dan memberitahu Pak Haryo.

Ekspresi wajah Pak Haryo berubah mengeras begitu diberi tahu Pak Agus bahwa Bara tidak ada di kamarnya. Pak Haryo langsung memerintahkan para Staff rumah tangga untuk memeriksa seluruh ruangan. Pak Agus segera menghubungi bagian keamanan untuk mengecek CCTV rumah. Tiba-tiba salah seorang Staff berlari dari lantai dua dan segera menghampiri Pak Haryo.

"Mas Bara ada di kamar atas, Pak." Ujar Staff tersebut memberitahukan keberadaan Bara pada Pak Haryo.

"Di kamar atas?" Pak Haryo keheran mendengar ucapan Staff tersebut.

Bara saja tidak bisa mengingat dirinya. Lantas bagaimana dia tahu letak kamar masa kecilnya. Pak Haryo bergegas menuju kamar yang dahulu di tempati Bara sewaktu kecil. Setibanya di kamar tersebut, dilihatnya Bara masih tertidur lelap. Ekspresi wajah Pak Haryo kembali melembut.

Pak Haryo menghampiri ranjang tempat Bara tertidur. Melihat Bara tertidur di ranjang masa kecilnya membuat ingatan Pak Haryo melayang ke masa lalu dimana dia selalu membangunkan Bara kecil setiap pagi untuk berangkat sekolah. Perlahan dia mengelus kepala Bara, hal yang sama ia lakukan dahulu untuk membangunkan Bara.

Bara merasakan ada sebuah tangan yang mengusap lembut kepalanya. Perlahan dia membuka matanya. Bara terkejut melihat Pak Haryo sudah duduk di samping ranjang tempat dia tertidur. Bara langsung terduduk dan mengamati sekelilingnya. Bara semakin terkejut begitu menyadari dia tidak sedang berada dikamarnya.

"Maaf Eyang, saya ngga bermaksud lancang masuk kesini." Bara berusaha menjelaskan. Tiba-tiba Bara meringis sambil memegang kepalanya.

"Kamu ngga apa-apa?" tanya Pak Haryo lembut.

"ngga apa-apa, cuma pusing sedikit," ucap bara sambil memijat kepalanya sendiri.

Pak Haryo memberikan waktu pada Bara untuk mengurangi rasa sakitnya sebelum melanjutkan bertanya.

"Gimana kamu bisa tertidur disini?" tanya pak haryo.

Bara kemudian menceritakan bagaimana dirinya tidak bisa tidur semalam setelah mengalami mimpi buruk sampai akhirnya dirinya bisa masuk kedalam kamar ini.

"Kamu tahu, kamar ini memang kamar kamu waktu kecil dulu," terang Pak Haryo.

Bara tertegun mendengar ucapan Pak Haryo yang memberitahukan bahwa kamar ini adalah kamarnya sewaktu kecil.

"Saya juga heran, semenjak kamu disini, sepertinya baru kali ini kamu bisa ngobrol santai sama saya, biasanya saya merasa kamu seperti menjaga jarak kalau sedang ngobrol sama saya." Pak Haryo mengungkapkan keheranannya pada sikap Bara yang tidak biasa.

Bara juga baru menyadari jika sedari tadi dia bisa merasa santai ketika berbicara dengan Pak Haryo setelah mendengar ucapan Pak Haryo. Bara pun ikut keheranan.

"Kamu bebas kapan pun mau masuk ke kamar ini, toh kamar ini juga kamar kamu. Mungkin dengan begitu, cepat atau lambat kamu bisa ingat diri kamu yang sebenarnya," ujar Pak Haryo.

Bara hanya mengangguk mendengar ucapan pak haryo. Pak Haryo kemudian melangkah keluar kamar disusul bara mengikuti di belakangnya.

***

Sebuah mobil Mercedes-Benz hitam memasuki area kediaman Pak Haryo. Didalam mobil tersebut seorang wanita muda dengan potongan rambut pixie berwarna platinum duduk sambil menggigiti kukunya. Hal yang refleks dia lakukan jika sedang gugup.

Begitu mobil berhenti di depan lobi rumah, wanita tersebut tidak bergegas keluar. Dia berusaha menyiapkan dirinya. Setelah berhasil menenangkan diri. Dia melangkah keluar dari mobil dan bergegas memasuki kediaman Pak Haryo. Pak Agus sudah menunggunya di serambi pintu.

"Pagi mbak kimmy," sapa Pak Agus sambil tersenyum.

"Pagi, Pak. Eyang ngga kenapa-kenapa kan?" tanya Kimmy.

Khawatir alasan dirinya dipanggil untuk datang karena ada sesuatu dengan Eyangnya.

"Bapak ngga kenapa-kenapa, justru Bapak punya kejutan buat Mbak Kimmy."

"Syukurlah." Kimmy menghela napas lega.

"Jangan bilang eyang mau coba jodohin saya lagi." kimmy kemudian tersadar akan kemungkinan Pak Haryo kembali berusaha menjodohkan dirinya dengan cucu kolega bisnisnya.

"Ngga, Mbak. Mbak masuk saja dulu," Pak Agus segera meminta Kimmy untuk masuk ke dalam kediaman Pak Haryo.

"Awas ya kalau ternyata ini perjodohan, Pak Agus saya ikat dipohon belakang nanti," ancam Kimmy.

"Monggo kalau mau ngiket saya, kalau ternyata saya bohong," ucap Pak Agus sambil tertawa.

Kimmy bergegas memasuki kediaman Pak Haryo. Begitu mendekati ruang keluarga, sayup-sayup dia mendengar Pak Haryo sedang berbicara dengan seorang lelaki.

"Gue bakal iket beneran itu Pak Agus," batin Kimmy begitu mendengar suara Pak Haryo yang sedang mengobrol dengan seorang lelaki.

Dan benar saja, begitu sampai diruang keluarga, Kimmy melihat Pak Haryo sedang mengobrol dengan seorang lelaki. Kimmy berdeham agar Pak Haryo dan lelaki yang sedang mengobrol dengan pak haryo menyadari kehadirannya.

"Cucu eyang yang cantik sudah datang rupanya" Pak Haryo tersenyum cerah menyambut kedatangan kimmy.

Kimmy berjalan kearah Pak Haryo dan mencium tangannya.

"itu siapa lagi?" bisik kimmy pada Pak Haryo.

"Calon kamu." Pak Haryo tidak tahan untuk tidak menggoda Kimmy. Menyadari Kimmy tidak menyadari jika yang ada dihadapannya adalah sepupunya sendiri. Sambil merengut, Kimmy duduk disebelah Pak Haryo.

"Melihat kalian berdua ada disini, Eyang jadi ingat masa lalu."

"Kok saya ngga ingat pernah ketemu sama orang ini," timpal Kimmy ketus.

"Kalian ini dulu kemana-mana selalu berdua, masa kamu lupa sama Bara?"

Mendengar Pak Haryo menyebut nama bara, membuat jantung kimmy seolah meloncat keluar. Refleks Kimmy memandang pria muda yang ada dihadapannya saat ini. Tidak mungkin dia Bara. Sepupunya yang hilang hampir sepuluh tahun lalu. Kimmy memperhatikan pria dihadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Kimmy menutup mulutnya, menahan keterkejutannya dan menyadari jika pria dihadapannya sangat mirip dengan mendiang Pamannya yang telah tiada. Kimmy menatap Pak Haryo dengan tatapan tak percaya. Pak Haryo membalas tatapan Kimmy dengan anggukan pelan. Sedetik kemudian, Kimmy sudah memeluk erat Bara sambil menangis. Bara yang terkejut tidak bisa berbuat apa-apa dan pasrah Kimmy memeluk erat dirinya.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.