webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · 现实
分數不夠
702 Chs

Hello

Siang itu Raya mendapat panggilan dari kantor kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas laporan tindak kekerasan yang menimpa Bara. Selepas jam makan siang, Raya izin untuk cuti setengah hari dan pergi ke kantor Kepolisian untuk memenuhi panggilan tersebut. Raya tidak menyangka bahwa laporan yang dibuat Ranu ternyata diproses oleh pihak Kepolisian.

Raya teringat dahulu pernah melaporkan pencurian yang terjadi dirumahnya dan sampai saat ini dia sama sekali tidak tahu bagaimana kelanjutan dari laporannya itu. Mungkin Ranu sedang beruntung karena laporannya akhirnya diproses Kepolisian, pikir Raya. Raya tiba di kantor Polisi dan mengisi buku tamu. Setelah itu dia menunggu dipanggil untuk dimintai keterangan.

Tidak berapa lama, Raya akhirnya dipanggil. Pada saat Raya akan memulai interogasinya, seorang pria paruh baya berjas dan berdasi ikut masuk untuk mendengarkan keterangan yang diberikan Raya. Raya mengira itu adalah pengacara yang disewa oleh mantan kekasihnya. Raya merasa ada kejanggalan ketika Polisi yang menginterogasinya mulai bertanya. Polisi itu tidak menyebut nama Ranu melainkan Bara, namun apa yang ditanyakan sama persis seperti kejadian yang dia alami bersama Ranu.

"Maaf, Pak. Saya sedikit bingung, saya ngga tahu Bara yang bapak maksud." Raya memberanikan diri untuk mengutarakan kebingungannya.

"Tapi di laporan ini, tertulis Mas Bara sedang bersama Mbak Raya pada saat kejadian," ujar polisi yang menginterogasi raya.

"Saya ngga tahu Bara yang Bapak maksud, saya ngga punya teman atau kenalan yang namanya Bara. Tapi semua yang Bapak tanyain, itu kejadian yang saya alami sama teman saya yang namanya Ranu." Raya berkeras tidak mengenal Bara.

"Maaf kalau boleh saya menyela," sela pria paruh baya yang mengamati proses interogasi Raya.

"Iya, ada apa Pak?" tanya Polisi yang menginterogasi Raya.

"Mbak Raya mungkin bingung, saya mau meluruskan dulu. Mungkin selama ini Mbak Raya lebih mengenal Mas Bara dengan panggilan Ranu, dan saya pengacara yang mewakili Mas Bara," Terang pria paruh baya tersebut.

"Hah!" Raya melongo mendengar ucapan pengacara tersebut.

Dugaan Raya benar bahwa pria tersebut adalah seorang Pengacara. Namun perihal Pengacara di hadapannya ini adalah Pengacara yang mewakili Ranu atau Bara benar-benar di luar dugaannya. Raya sempat berpikir, bagaimana seorang Office Boy mampu menyewa pengacara. Kantor mereka pun belum tentu mau menyediakan Pengacara untuk membela karyawannya. Apalagi kejadian yang menimpa Ranu terjadi di luar jam kerja dan itu bukanlah perkara tentang perusahaan.

"Ya sudah, Ya sudah, soal nama ini nanti saja dibahasnya, sekarang kita lanjutkan lagi pemeriksaannya." Polisi yang menginterogasi Raya langsung menyela sebelum perkara nama ini bertambah panjang.

Raya akhirnya melanjutkan pemeriksaan meskipun di dalam benaknya menyimpan tanya yang akan ia tanyakan pada Pengacara yang mewakili Bara. Raya berniat akan langsung bertanya setelah pemeriksaan ini selesai. Raya memberikan keterangan sesuai dengan berita acara yang dibuat. Tidak ada yang dia sanggah, karena kejadiannya sama persis dengan yang dia alami tempo hari bersama Ranu.

Setelah tiga jam berada di ruang pemeriksaan, akhirnya pemeriksaan tersebut selesai dan Raya diizinkan untuk meninggalkan ruang pemeriksaan. Raya keluar dari ruang pemeriksaan dan duduk menunggu Pengacara yang mewakili Ranu di bangku yang ada di depan pos jaga. Raya sudah berencana untuk mencegatnya dan bertanya tentang Ranu. Raya segera berdiri begitu melihat Pengacara tersebut keluar. Pengacara itu keluar bersama seorang pria muda. Mereka tampak sedang berbicara serius. Raya pun langsung menghampirinya.

"Maaf, Pak." Raya menyela obrolan pengacara tersebut dengan pria muda disebelahnya.

"Oh, ada apa Mbak Raya?"

"Saya mau tanya soal Ranu."

Pengacara tersebut melirik pria muda di sebelahnya.

"Kalau itu, biar Mas Bara sendiri saja yang menjelaskan, saya duluan Mas Bara." Pengacara itu pun pergi meninggalkan Raya dan Bara.

Raya menatap pria muda yang saat ini ada disebelahnya dengan penuh tanya.

"Lu Bara?" Raya bertanya sambil menunjuk pria muda tersebut.

"Hai, Ray." Bara menyapa Raya sambil tersenyum.

"Ngga usah sok akrab deh, kok lu bisa kenal sama gue, gue aja ngga kenal sama lu, mana Ranu?"

"Nanti gue kasih tahu."

"Sekarang aja kasih tahunya."

"Lu ikut gue dulu, ngga mungkin kan kita ngobrol di sini. Kita ngalangin orang lewat."

Raya kemudian memperhatikan sekitarnya. Mereka berada tepat di depan pintu masuk. Apa yang dikatakan pria dihadapannya ini ada benarnya juga.

"Ayo, lu ikut gue, gue jelasin semuanya." Bara kemudian menggandeng tangan Raya dan meminta Raya untuk masuk ke dalam mobilnya yang sedari tadi sudah menunggu di depan mereka. Raya yang tidak sempat menolak akhirnya menuruti permintaan Bara untuk masuk ke dalam mobilnya. Begitu keduanya sudah berada di dalam mobil, Bara memakai kembali penyamaran yang biasa dia gunakan ketika menjadi Ranu. Raya terkejut, dalam sekejap mata, Bara bertransformasi menjadi Ranu.

"Hai Mbak Raya." Bara kembali menyapa Raya dengan gestur tubuh dan nada bicara yang selama ini gunakan ketika sedang menjadi Ranu.

"Lu benar-benar harus jelasin semuanya, SEMUANYA!" Raya menegaskan kata-katanya. Raya benar-benar tidak mengerti apa maksud Bara atau Ranu ini sesungguhnya.

Bara kembali melepas penyamarannya.

"Jalan, Pak." Bara meminta supirnya untuk segera pergi meninggalkan kantor Kepolisian.

Setelah mobil bergerak meninggalkan kantor Kepolisian, Bara memutar badannya dan menghadap Raya.

"Siapa lu sebenarnya?" tanya Raya sambil menatap Bara.

Bara balas menatap raya dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Raya. Kali ini dia akan memperkenalkan dirinya kepada Raya sebagai Bara.

"Gue Bara."

Bara menunggu Raya membalas jabat tangannya. Setelah lama menatap Bara, Raya akhirnya menjabat tangan Bara.

"Jangan bilang lu ini Bara yang sempat jadi trending itu?" tanya Raya untuk memastikan.

"Ya, it's me. Agak malu juga sih sampai jadi trending begitu," ujar Bara sedikit tersipu.

"My gosh." Raya mengatupkan tangan di mulutnya.

"Kok lu bisa jadi OB di kantor? Padahal kan, lu cucunya Pak Haryo," lanjut Raya.

"Panjang ceritanya, tapi gue bisa ceritain sebagian sambil kita ngopi atau makan, gimana? Lu pasti lapar kan habis pemeriksaan tadi?"

Raya memegangi perutnya yang mendadak keroncongan. Seolah para penghuni perut Raya bersorak kegirangan mendengar ajakan makan dari Bara. Setelah mempertimbangkan, Raya pun menyetujui ajakan Bara.

***

Setelah lebih dari dua minggu tidak masuk kantor, akhirnya hari ini Bara kembali masuk ke kantor. Sebelumnya, ketika sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Bara menjalani proses pemulihan di rumah. Pada saat itu, Bara menyempatkan diri untuk mendatangi kantor Kepolisian dan memantau kasusnya.

Kini Bara kembali memulai rutinitasnya sebagai Office Boy seperti biasa. Namun sepertinya ada yang tidak biasa dengan Arga. Berulang kali Bara mendapati Arga sedang menatap dirinya. Dan ketika Bara memergokinya, Arga langsung bersikap seperti salah tingkah dan segera mengalihkan perhatiannya. Bara memutuskan untuk menghampiri Arga yang sedang mencuci piring.

"Ada apa bang?" Tanya bara.

"Ngga ada apa-apa," jawab Arga pelan.

"Bang, gue mau minta tolong."

"Minta tolong apaan?"

"Nanti gue jelasin."

"Gue sebenarnya mau nanya sesuatu sama lu Ran." Arga akhirnya mengutarakan isi pikirannya.

"Nanya apa, Bang?"

"Sebelum lu ngga masuk, gue sempat ngikutin lu," Arga menghentikan ucapannya.

"Gue jadi curiga sama lu, Ran." Arga kembali melanjutkan.

"Curiga apa bang?" Bara mengantisipasi kecurigaan Arga terhadap dirinya. Terlebih lagi Arga jujur sudah mengikutinya, Arga pasti sudah melihat Bara menuju basement dan pergi meninggalkan gedung dengan menggunakan mobil mewah.

"Lu kerja sampingan jadi Gigolo ya?" tanya Arga sambil setengah berbisik pada Bara.

Bara melongo mendengar pertanyaan Arga. Pertanyaan yang diajukan Arga benar-benar di luar perkiraannya. Bara jadi teringat tuduhan Bang Jali yang mengira dirinya sudah menjadi simpanan Tante-Tante.

"Hmpf!" Bara menahan tawanya.

"Kenapa lu? jawab yang jujur. Gue ngga masalah kok klo itu emang kerjaan sampingan lu, cuma gue saranin lu cepat-cepat tobat lah, Ran."

Bara sudah tidak sanggup lagi menahan tawanya mendengar ucapan polos Arga.

"Astaga, Bang. Gue kirain lu curiga apaan," sahut Bara yang diikuti dengan tawa.

"Jadi bener lu kerja sampingan jadi gigolo?"

Bara menghentikan tawanya. "Ya ngga lah, Bang!"

"Terus mobil mewah yang waktu itu lu naikin punya siapa, ngga mungkin lah OB kaya kita ini sanggup beli mobil mewah kaya gitu."

"Oh, Itu. Itu punya Kakek gue, Bang."

Kali ini Arga yang melongo mendengar jawaban Bara.

"Kalo Kakek lu aja bisa punya mobil semewah gitu, ngapain lu repot-repot kerja jadi OB?"

"Itu nanti gue ceritain deh ke Abang. Kita ngga nyiapin ruang meeting Bang? Kan hari ini ada meeting." Bara mengingatkan Arga untuk segera menyiapkan ruang meeting.

"Kok lu tahu hari ini ada meeting? Kan lu baru masuk?"

"Tahu dong."

"Siapa yang kasih tahu?"

"Ada deh."

Bara kemudian berjalan keluar dari pantry.

Arga melirik jam tangannya dan segera menyusul Bara. Akibat terlalu penasaran dengan Bara, Arga hampir melupakan jadwal rapat hari ini. Untung saja Bara mengingatkannya. Mereka berdua segera menuju ruang rapat dan mulai menyiapkan segala kebutuhan rapat hari ini.

***

Selesai menyiapkan ruangan rapat, Bara mengajak Arga untuk pergi ke ruangan Kimmy yang ada di kantor tersebut.

"Ngapain kita ke ruangan Mbak Kimmy? Dia kan ngga nyuruh kita buat rapihin ruangannya," ujar Arga.

"Yang bilang kita mau rapihin ruangannya Mbak Kimmy siapa?"

"Lah terus kita mau ngapain? Jangan-jangan lu mau nyuri ya?"

"Ya kalo mau nyuri ngapain gue ngajak Abang?"

"Iya juga sih, terus kita mau ngapain?"

"Udah, ayo ikut dulu. Nanti gue jelasin."

Arga yang mulanya khawatir dengan apa yang akan dilakukan Bara di ruangan Kimmy, akhirnya memutuskan untuk mengikuti Bara ke ruangan Kimmy. Pada saat mereka berdua masuk ke dalam, di sana sudah menunggu asisten pribadi Kimmy. Asisten Kimmy sedang merapihkan setelan yang akan dikenakan Bara untuk penampilan perdananya pada rapat kali ini.

"Semuanya sudah siap Mas Bara," ucap Asisten Kimmy pada Bara.

"Kalau begitu saya keluar dulu, Mbak Kimmy sudah dalam perjalanan bersama Pak Haryo," lanjut Asisten Kimmy.

"Oke, terima kasih ya," ucap Bara kepada asisten Kimmy.

Asisten kimmy menganggukkan kepalanya dan kemudian pergi meninggalkan bara serta arga didalam ruangan kimmy.

Arga yang sedari tadi mendengarkan, tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi di hadapannya.

"Gue makin ngga paham, Ran. Kok Asistennya Mbak Kimmy manggil lu Bara? Terus ngapain dia laporan soal Mbak Kimmy sama Pak Haryo yang sudah di jalan," Arga terdiam sejenak. "Atau jangan-jangan lu itu--" Arga menatap Bara dengan tatapan tidak percaya.

Bara menganggukkan kepala dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Arga.

"Bara."

Arga melongo sembari menyambut jabat tangan Bara.

"j9adi lu itu Bara cucunya Pak Haryo yang lagi banyak diomongin sama orang-orang disini?"

"Iya, itu gue, Bang." Bara menjawab pertanyaan dari Arga sambil menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal.

Arga tidak mempercayai apa yang dia dengar barusan dan menepuk pipinya. Memastikan dirinya sedang tidak berhalusinasi. Arga teringat dirinya pernah membicarakan tentang cucu Pak Haryo yang baru kembali kepada Bara. Tidak disangka ternyata orang dia bicarakan itu saat ini ada dihadapannya. Terlebih dia membicarakan orang tersebut langsung pada yang bersangkutan.

"Di kantor ini cuma beberapa orang yang tahu tentang gue, Abang bisa simpan rahasia kan?"

"Tenang aja kalau itu sih."

"Gue mau minta tolong, Bang."

"Minta tolong apaan?"

Bara kemudian menjelaskan pada Arga, apa yang harus Arga lakukan. Bara meminta Arga untuk mengawasi keadaan di ruang rapat. Bara akan masuk ke dalam ruang rapat ketika semua peserta rapat hari ini sudah hadir didalam ruangan.

"Udah gitu doang?"

"Iya, Bang."

"Gampang itu sih. Ya udah kalo begitu gue keluar sekarang."

Arga kemudian keluar meninggalkan Bara sendirian di ruangan Kimmy. Bara memperhatikan setelan yang akan dikenakannya. Baru kali ini dirinya akan tampil dengan setelan jas dan dasi. Akhirnya Bara akan memperkenalkan dirinya sebagai cucu Pak Haryo kepada seluruh dewan Direksi dan pemegang saham utama MG Group.

***

Setelah selesai berganti pakaian, bara menunggu kabar dari Arga tentang keadaan di ruang rapat. Tidak berapa lama, Arga masuk ke dalam ruangan Kimmy dan memberitahukan semua Direksi sudah hadir. Kehadirannya kali ini pasti akan mengejutkan banyak pihak. Bara memakai jasnya dan merapihkan kembali penampilannya.

"Udah rapi belum, Bang?" tanya Bara pada Arga.

"Penampilan lu beda banget, tapi oke banget sih ini," jawab Arga sambil memperhatikan penampilan Bara dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Bisa aja lu, Bang. Ya udah gue ke ruang meeting dulu, Bang."

"Iya, semoga sukses ya." Arga memberikan dua jempolnya untuk Bara.

Bara membalasnya dengan tersenyum dan berjalan menuju pintu ruang kerja Kimmy.

Arga memperhatikan Bara yang berjalan menuju pintu. Bara sama sekali berbeda dengan Ranu yang selama ini dia kenal. Bara berbalik sebelum keluar dari ruangan kimmy.

"Makasih, Bang!" ucap Bara.

Bara kemudian keluar dari ruangan Kimmy dan melangkah menuju ruang meeting.

Sementara itu, Arga masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Dalam sekejap Ranu yang seorang Office Boy menjelma menjadi pewaris tunggal seorang Tubagus Haryo Pradana. Arga menepuk keningnya, menyadari selama ini dia terlalu banyak bercerita pada Ranu. Tidak terlintas dalam benaknya bahwa selama ini dia bercerita pada cucu pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

------

Bara tiba di depan pintu ruangan rapat. Bara menghela napas dan kemudian mengetuk pintu ruang rapat. Pak Haryo yang sedang mulai berbicara di ruang rapat menghentikan bicaranya dan melangkah sendiri untuk membukakan pintu. Tampak raut wajah Pak Haryo sangat senang melihat Bara yang sudah berdiri di balik pintu.

Pak Haryo kembali melangkah ke tengah ruang meeting, kali ini diikuti Bara yang berjalan di belakangnya. Pak Angga dan Pak Bima nampak menegang di kursinya begitu melihat Bara melangkah masuk ke dalam ruang rapat. Mereka tidak menyangka bara akan muncul secepat ini. Kimmy dan Damar saling tatap, kemudian mengalihkan pandangannya pada Bara yang sudah berdiri ditengah ruang meeting bersama Pak Haryo.

"Hari ini saya mau memperkenalkan cucu saya," ucap Pak Haryo mantap.

"Selamat pagi semuanya, saya Bara Aditya Pradana." Bara memperkenalkan dirinya di hadapan para Direksi MG Group.

Ruangan rapat seketika hening ketika Bara memperkenalkan dirinya. Bara mencoba memperhatikan ekspresi orang-orang yang hadir. Dari ekspresi yang ditunjukkan, Bara sudah bisa memperhitungkan pihak mana saja yang kira-kira akan berusaha menjatuhkannya.

"Ini baru permulaan," batin Bara.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.