Di Depan Rumah Titah..
"Haduh.." keluh Paijo.
"Kenapa jo?" tanya Jumiati.
"Berat Jum.." jawab Paijo.
"Haaa berat?" tanya Titah.
"Iya den ayu, oh ya den ayu." jawab Paijo lagi.
"Inggih lik, ana apa?"
"Sing mau iku artine opo nggih den ayu?" tanya Paijo juga.
"Sing endi lik?"
"Sing mau den ayu."
"Sing mau?, oh sing barusan ta?"
"Nah nggih iku maksute den ayu."
"Romo nyuruh panjenengan melu kulo lan Kamil ke wage bersama Jumiati." kata Titah menjelasakannya pada Paijo.
"Oh.." seru Paijo.
"Nggih lik.." sambung Titah.
"Ya ngerti ya den.." kata Paijo.
Di Pasar..
"Sudah semua Bubu?" tanya Kamil.
"Belum Bibu.." jawab Titah.
"Apa saja yang belum?"
"Tinggal dua lagi sih Bibu.."
"Apa itu Bubu?"
"Lik jo lagi beli kok, itu dia.."
"Sudah den ayu." kata Paijo memberitahu Titah kalau bahan yang kurang sudah dibeli.
"Ya sudah ayo pulang." kata Kamil.
"Yuk.." sambung Titah.
"Ini di kasih bonus bawang goreng den untuk seminggu lumayan." kata Paijo.
"Gak apa-apa deh lumayan buat masak sup besok." sambung Titah.
DI RUMAH KAMIL
Di Ruang Tv..
"Mah.."
"Iya yah, ada apa?" tanya ibu Salma.
"Kamil kok gak pulang-pulang sih?" tanya pak Galih juga.
"Betah kali yah di rumahnya Titah." jawab Fitra.
"Mereka kan belum menikah masa iya tinggal bersama." kata pak Galih yang menunggu Kamil pulang kerumah.
"Ya buktinya belum pulang sampai sekarang kan yah." kata Fitra.
DI RUMAH TITAH
Di Halaman Belakang Rumah..
"Older sister-in-law."
"Yes, brother-in-law, what's wrong?" tanya ibu Salma.
"Is my niece home or not?" tanya om Bonifasius juga.
"Not yet, maybe sooner brother-in-law." jawab ibu Salma.
"Never mind my younger brother, don't worry too much of your nephew, he already has his bodyguard and someone who keeps him too, right my wife?" tanya pak Adam.
"Yes, my husband is right." jawab ibu Salma.
"Okay, I'll just wait here then, it's a red rose, red rose one of the flowers that my niece likes." kata om Bonifasius yang menunggu Titah pulang dari pasar.
"Yes you are right brother-in-law, your nephew really likes it even this red rose is he very dear." sambung ibu Salma.
"Oh yeah, is that really my brother?" tanya om Bonifasius.
"Yes, it's true my younger brother is Bonifacius." jawab pak Adam.
"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam.
"Wa'alaikumussalam." ibu Salma menjawab salam dari Titah.
"Well that's him, your nephew is new to talking there is home." pak Adam memberitahu om Bonifasius.
"Longevity means."
"Sudah nak?" tanya ibu Salma.
"Sudah bu, lik jo.." jawab Titah.
"Nggih den ayu."
"Bawa ke sini cenil, getuk dan kleponnya." pinta Titah.
"Nggih den ayu.." kata Paijo patuh.
"Dit is uncle." Titah memberikan jajanan pasar untuk om Bonifacius.
"Is dit mijn nichtje?" tanya om Bonifasius.
"Marktsnacks, snacks voor Javaanse mensen hehe.." jawab Titah sambil tertawa.
"Oh, oom Bonifacius Probeer Ja." kata om Bonifasius.
"Alsjeblieft oom." sambung Titah.
"EMM, het is goed voor mijn neef, wat is de naam?"
"Cenil om"
"Oh cenil.." seru om Bonifasius.
"Ja.." sambung Titah.
"Permisi tante, om, bubu.." kata Kamil.
"Iya.." sambung ibu Salma, pak Adam dan om Bonifasius.
"Iya Bibu, ada apa?" tanya Titah.
"Bahan-bahan sudah siap." jawab Kamil memberitahu Titah.
"Oh oke, bu, aku.." kata Titah.
"Iya.." sambung ibu Salma.
"My daughter." kata pak Adam.
"Yes father, what's wrong?" tanya Titah.
"Where do you want?" tanya pak Adam juga.
"To kitchen father." jawab Titah.
"Oh.." seru pak Adam.
Aku dan Titah masak di dapur untuk makan siang hari ini dan semua yang ada di rumah Titah suka dengan masakanku dan Titah.
Di Dapur..
"Ini semuanya dicampur ya Bibu, diaduk juga ya jangan lupa." Titah mengajari Kamil memasak.
"Oke Bubu." kata Kamil.
Di Meja Makan..
"Air putih sudah, nasi sudah, piring, gelas, dan sendok juga sudah, yang belum tinggal sayurnya doang." kata Jumiati yang sedang memeriksa hidangan dimeja makan.
Di Dapur Lagi..
"Habis itu diapakan lagi sayang?" tanya Kamil.
"Dihidangkan." jawab Titah.
"Oke.." seru Kamil.
"Sebentar saya ambilkan piring atau mangkuknya terlebih dahulu ya Bibu." kata Titah.
"Iya Bubu." sambung Kamil.
"Nah sekarang dituang deh, jo, lik jo." Titah memanggil Paijo.
"Nggih den ayu." jawab Paijo.
"Taruh neng meja mangan nggih." pinta Titah.
"Nggih den ayu." kata Paijo patuh.
"Bibu ayo kita cuci tangan dulu." kata Titah.
"Ayo Bubu." sambung Kamil.
Di Meja Makan Lagi..
"Darmi.." om Bonifasius memanggil Darmi.
"Nggih meneer Bonifacius." jawab Darmi.
"Panggil saya tuan saja jangan meneer Bonifacius." pinta om Bonifasius.
"Oh nggih tuan Bonifacius." kata Darmi patuh.
"Kamu lihat Titah dan pacarnya itu tidak?" tanya om Bonifasius.
"Emm itu bisa bahasa Indonesia." kata Paijo yang ngedumel dan mengetahui kalau ternyata om Bonifasius bisa berbahasa Indonesia.
"Saya baru belajar, diajari Titah dan pacarnya." sambung om Bonifasius.
"Oh, tuan Bonifacius nyari den ayu dan den mas Kamil?" tanya Paijo.
"Ya, dimana dia?" tanya om Bonifasius juga.
"Itu." jawab Paijo menunjuk ke arah Titah dan Kamil.
"Itu mana?"
"Itu di belakang tuan Bonifacius."
"Oh, tah, mil." om Bonifasius memanggil Titah dan Kamil.
"Iya om.." jawab Titah dan Kamil.
"Ada apa om?" tanya Titah.
"Nanti setelah makan siang ajarkan om bahasa Indonesia lagi ya." jawab om Bonifasius yang minta di ajarkan bahasa Indonesia lagi pada Titah dan Kamil.
"Siap om.." seru Kamil.
"Beres om.." sambung Titah.
"Oke.." seru om Bonifasius.
Lalu tiba-tiba saja hpku getar, ternyata telepon masuk dari mamaku, besok aku disuruh bawa Titah lagi ke rumah. Mama Titah juga mau ke rumah besok untuk silahturahmi ke rumah, jadi sekalian saja ku kasih kabar itu ke mama.
Masih Di Meja Makan..
"Eh.. Eh.." kata Kamil.
"Bibu kenapa?" tanya Titah.
"Hp Bibu, Bubu.." jawab Kamil.
"Hp Bibu kenapa?"
"Hp Bibu getar." jawab Kamil.
"Oh.." seru Titah.
"Emm" om Bonifasius tersedak karena mencicipi masakan Titah.
"Why is Bonifacius's brother-in-law?" tanya ibu Salma.
"Only use Indonesian, sister-in-law." jawab om Bonifasius.
"Indonesian, oh okay." kata ibu Salma.
"Tadi mau tanya apa kakak ipar?" tanya om Bonifacius.
"Tadi saya mau tanya kenapa?" tanya ibu Salma juga.
"Masakan putrimu enak sekali kakak ipar." jawab om Bonifasius.
"Siapa dulu putriku." kata ibu Salma memuji masakan putrinya.
"Maaf bu, saya angkat telepon dulu dibelakang." kata Kamil meminta izin untuk mengangkat telepon.
"Oh ya, silahkan mil." ibu Salma mempersilahkan Kamil untuk mengangkat telepon.
"Bubu.."
"Iya Bibu.."
"Yuk.." Kamil mengajak Titah untuk mengangkat telepon.
"Yuk.." sambung Titah.
Di Samping Ruang Makan..
**
[Kamil : assalamu'alaikum mah.]
[Mama : wa'alaikumussalam mil, kamu besok pulang gak?]
[Kamil : pulang mah.]
[Mama : oh, berarti kamu kuliah dong besok?]
[Kamil : muhun mah, kunaon mah emang na?]
[Mama : lamun isuk kuliah, balik kuliah anjeun ajak Titah ka imah nya.]
[Titah : muhun tante, isuk balik kuliah Titah ulin ka imah.]
[Kamil : dangu sendiri pan mah, calon menantu na ngomong naon?, hehe..]
[Mama : muhun mil, mama dangu.]
[Titah : ih samil kok ngomong gitu sih ke mamamu.]
[Mama : nah mil dengar tuh apa kata calon menantu mama.]
[Kamil : iya, iya mah, maaf bercanda hehe..]
[Titah : Huuuu..]