webnovel

AUTUMN LOVE

||On Going|| Kisah cinta rumit antara seorang artis cantik dan seorang mafia yang kejam. Mereka dipertemukan kembali setelah belasan tahun berpisah. Tapi perasaan dendam yang tersimpan membuat keduanya menyangkal pernah berteman sejak kecil.

ZN_Diamondz · 青春言情
分數不夠
11 Chs

5

Baek Inho... Baek Hee Kyung... Apa-apaan itu? Apa itu sebuah kebetulan? Atau dia itu... Memang ayahnya Inho?!

Braakk...

"Dasar lemah! Cepat dobrak pintunya!"

Suara pria itu berhasil memecah lamunanku. Aku harus pergi dari sini. Setidaknya aku sudah tahu semuanya. Tidak, hanya beberapa. Aku masih punya banyak sekali pertanyaan yang berputar di benakku.

Priiing...

Aku segera keluar dari jendela yang ku pecahkan dengan tongkat golf milik paman Rae Won. Bertepatan dengan aku melarikan diri, pintu yang sedari tadi didobrak ambruk di lantai.

Aku berlari secepat mungkin. Handphone masih setia di tangan kiri ku. Kucoba meletakkannya di telinga, semoga panggilannya tidak terputus. Tapi sial, daya baterai handphoneku habis.

Satu-satunya rencana yang ku punya adalah berlari ke kota di mana aku bisa meminta pertolongan orang-orang.

Aku tak sanggup lagi berlari, kakiku melemah tapi syukurlah aku sampai di kota.

Di mana orang yang tadi mengejar ku? aku tak melihatnya di belakang. Sudahlah, bukannya itu bagus? mereka tak menemukan ku berarti aku takkan dikurung di rumah itu lagi.

Telepon umum! Aku melihat telepon umum di depanku. Sesampainya di sana, seseorang tanpa sudah selesai menelpon.

"Permisi bisakah kau membayar teleponku? aku sedang dikejar oleh orang jahat. Aku ingin menelpon orang tuaku kumohon..." aku sedikit gagap mengatakannya, nafasku masih terengah.

Wanita paruh baya di depanku tampaknya mengerti keadaan yang saat ini ku rasakan. Ia lalu memasukkan 2 buah koin ke dalam telepon umum itu dan aku langsung menekan nomor paman yang sudah ku hafal sejak kecil.

"Bukankah seharusnya kau menelpon polisi saja?" Ucap wanita itu serius.

Menelpon polisi? Kenapa hal itu tak terpikirkan olehku? Dari tadi aku hanya mengingat dua nama, Manajer Yeong dan paman.

"Jeongseoyo?" Sebuah suara familiar keluar dari telepon.

"Paman... Tolong! Aku dikejar oleh..." Waktunya gak tepat. Aku melihat penjaga yang tadi mengejar ku. Tampaknya mereka tak menyadari keberadaan ku. Walau begitu, mata mereka menyisir seluruh kota.

"Tutupi aku" aku memandang wanita baik hati di sampingku. Ia segera membelakangi ku dan sepertinya wanita berambut pendek ini menyadari siapa orang yang sedang mengejar ku mengetahui sikap dari penjaga penjaga itu.

"Mwo? Siapa yang mengejar mu?" Nada khawatir terdengar dari sana.

"Orangnya Inho"

"Bagaimana bisa? ... Kau dimana sekarang?"

"Nona, anda sepertinya ketahuan" wanita tadi memegang lenganku.

Aku berbalik dan 3 orang penjaga tanpak berjalan pelan ke arahku.  Mereka mempercepat jalannya saat mereka mengetahui bahwa itu benar-benar aku. Aku langsung menutup telepon.

"Kamsahamnida ajumma"  Aku membungkuk sedikit lalu berlari tanpa arah tapi kecepatan lari ku melambat. Aku tak sanggup berlari lagi. Aku harus duduk.

Tidak, bukan saatnya mengeluh. Aku memaksakan diri untuk terus berlari. Namun, penglihatan ku memudar. Ku pejamkan mata beberapa kali dan pandanganku semakin buruk, semuanya tampak menggelap.

Aku berhenti berlari.  Keringat dingin mulai membasahi bajuku. Aku tak sanggup berdiri aku harus duduk.

"Aish," aku harus berpegangan pada sesuatu sebelum aku jatuh, dan seseorang berhasil memegang lenganku. Terima kasih telah menopang ku tapi jangan penjaga bodoh ini juga!

.

.

.

Seorang pria menyeret dan menjatuhkan ku saat sudah sampai di kamar. Dia menutup dan mengunci pintu dari luar. Bagaimana bisa Inho memiliki penjaga yang begitu kasar terhadap perempuan.

Aku duduk di lantai dan sangat kelelahan. Mungkin kali ini gagal tapi aku akan terus mencoba kabur dari sini. Setidaknya paman tahu kemana harus mencari ku. Atau tidak?

Mungkin perpindahan paman ada kaitannya dengan kematian ayahnya Inho. Apa dia melarikan diri? Bisa jadi. Seorang mafia seperti Inho pasti punya banyak pasukan apalagi dia punya 2 kakak laki-laki yang siap membantunya kapan pun.

Tapi kenapa aku yang menjadi pelampiasan nya? Aku kan sudah bilang bahwa aku tak tahu keberadaan paman. Apa dia tak percaya padaku?

Paman bilang dia masih ada di Blacerose tapi jalan dan distrik apa aku sungguh tak tahu lebih jelasnya. Aku tak pernah mengunjungi mereka. Mereka juga tak mengizinkan ku kemari. Tapi sekarang malah menyuruhku secepatnya kesini. Ada apa sih sebenarnya?

Satu lagi, apa Inho ingin membunuh paman? Jelas aku tak bisa membiarkan itu. Bagaimana pun juga paman Rae Won adalah keluargaku. Dia memang seorang yang keras, namun dia berhasil menggantikan posisi papa yang sudah tiada. Dia membacakan ku dongeng sebelum tidur, dia mengajariku memasak, menjemput ku sepulang sekolah, bahkan dia rela ku dandani. Mengingat kejadian itu, membuat ku tersenyum sendiri. Aku mendandani pria tegas seperti Rae Won menjadi seorang badut. Tidak, lebih buruk dari dandanan badut.

Pikiranku jadi lebih jernih sekarang.

"Nona Sia, anda diminta ke ruang tengah. Sekarang" Seorang pelayan yang wajahnya sudah enek ku lihat muncul dan menyuruhku seenaknya.

Aku yang sedari tadi duduk  di lantai terpaksa mendongak untuk melihat wajahnya.

"Siapa yang menyuruh? Inho?... Katakan padanya aku takkan datang"

"Nona... Ini paksaan"

Aku berdecak kesal lalu bangkit dan mengikuti pelayan itu. Kakiku tampak lebih baik. Penglihatan ku kembali normal, hanya saja tangan kananku berdenyut sakit dari tadi. Mungkin akibat aku mengayunkan tongkat golf untuk memecahkan jendela.

Aku masuk ke sebuah ruangan, sofa dan meja kecil. Sepertinya ini adalah ruang tamu. Ku tatap kesal pria di depanku. Ia terlihat santai memasukkan tangan kirinya di dalam saku celana dan tangan kanannya... Memegang senjata api?!

"Kau mencoba kabur. Apa kau tahu, ada banyak orangku di kota ini. Kau tak bisa berlari dan bersembunyi di manapun"

Aku mengalihkan pandangan, ada beberapa pria berjas hitam berdiri di dekat dinding. Ya ampun, mereka mengawasi ku.

"Apa wanita ini yang tadi membantumu?" Inho menunjuk seorang wanita dibelakangnya menggunakan tangan kanan yang sedang memegang senjata api sejenis desert eagle.

Aku terkejut. Wanita paruh baya yang tadi di telepon umum. Mengapa Inho membawanya ke sini?

"Tolong selamatkan aku" wanita itu memohon sambil terus mengeluarkan air mata. Keningnya terluka. Dia ketakutan.

"Apa yang ingin kau lakukan kepadanya?"

"Aku memintamu menjawab pertanyaan ku bukannya mengajukan pertanyaan" Inho menghilangkan sifat santainya dan berubah serius. "Apa wanita ini yang membantumu tadi?"

Aku menunduk. "I... Iya. Tapi..."

Doorrr...

Aku tersentak. Aku menutup mulut tak percaya, mataku mulai berkaca-kaca dan tak membutuhkan waktu lama untuk segera mengeluarkan bulir air mata. Takut? Aku sangat takut.

Wanita baik hati yang menolongku tadi jatuh terkapar dengan luka tembak di kepalanya. Darah mengalir deras dari kepala dan semua itu ulah si keparat Inho.

"Aku akan membunuh siapapun yang menolongmu. Jadi, jangan coba-coba mencari pertolongan orang."

"Apa maumu?" Gemetaran, aku mencoba menatap manik matanya.

"Dimana Rae Won?" Ucap Inho dingin.

Aku kesal padanya. Tidak, aku membencinya. Mengapa dulu aku bisa mengenalnya.

"Aku tak tahu dimana..." Aku terdiam sejenak. "Aku takkan memberitahu mu dimana paman sekarang!"

Aku tak percaya, aku membentaknya. Ini semua berkat kemarahan ku. Kemarahan ku mengendalikan rasa takut.

"Baiklah kalau begitu, kurung dia dibawah" perintah Inho.

Tak butuh waktu lama, para pria berjas yang sedari tadi hanya menonton menarik lenganku keluar.

"Kau tak bisa melakukan ini padaku! Paman Rae Won pasti akan bertindak!"

"Itulah yang ku tunggu. Kedatangannya ke sini"

Aku menatapnya sambil terus berjalan keluar diiringi para penjaga kasar itu.