webnovel

Assalamualikum Pak Dokter

Ayana syakila,...wanita berusia dua puluh tahun dengan karir yang begitu cemerlang.Diusianya itu ia sudah bekerja sebagai sekretaris disebuah perusahaan,banyak orang bertanya tanya mengapa gadis belia itu begitu cepat mendapatkan pekerjaan.Ya,...dia terbilang cerdas sedari kecil,ia selalu mengambil kelas akselerasi dari sekolah dasar hingga ia menyelesaikan pendidikannya diusia lima belas tahun.Ayana bahkan kuliah hanya tiga tahun mengingat dia mengambil semester pendek,tapi apa yang tidak mungkin dengan otak jeniusnya. Selain cakap dalam bekerja Ayana adalah wanita dengan kepribadian agamisnya,ia salah satu pengguna khimar ketika bekerja.Selain urusan kantor ia juga menekuni Dunia sastra,....menulis menjadi satu hobbinya. Ayana,....wanita yang menambatkan cinta untuk Atasannya dikantor harus menelan rasa kecewa dan sakit saat lelaki asing melamarnya,.... Hati yang semula jatuh pada sosok Bos galak,Athalla...harus terhapus karena Calon suami terpilih keluarganya,Dika. Tidak ada cinta,maka begitu hambar pernikahan yang mereka jalani,Ayana menjadi istri dengan segala sikap bijak nan dewasanya.Tapi sosok Dika,...mengapa laki laki itu dikatakan baik jika Agamanya saja kurang. Oh Allah,... Begitu sakit,...hingga Ayana menjadi Depresi ketika ia harus berhenti menapaki karir yang susah payah ia bangun,ketika pengorbanannya bahkan tak tampak,.... Ayana benar benar lelah,hingga ia merasa ini akhir dari segalanya.Dikala badai menimpa,dikala pikirannya tak lagi sehat,Allah limpahkan musibah,.....dan Suaminya jatuhkan talak. ....... "jika kita tidak segera menolongnya,...maka wanita ini akan mati...." "Dokter,...to...tolong saya.."

Riska_Irawan · 现代言情
分數不夠
10 Chs

Bukan gila

Ayana Pov

Aku termenung menatap keluar jendela,tampaknya cuaca sedikit bagus hari ini.Sudah tiga hari aku berada diruangan ini semenjak keluar dari ruang ICU,.

Sungguh sampai kini aku enggan menemui siapapun,....lelaki yang kusebut suami.Aku bahkan bisa melihat bagaimana pentingnya aku dalam hidupnya,saat tubuhku tergolek naas dia menghampiri dan menelpon ambulans namun tidak ikut mengantarkanku.Entah apa sebabnya,...

Duniaku menggelap,rasanya aku ingin kembali pada Penciptaku saat itu juga,namun bayangan wajah Asyla,...anakku membuatku terguguh untuk bertahan.

"Ayana....."

Suara seseorang membuyarkan lamunanku,Aku menoleh kearah pintu masuk dan mendapati kak Ammar menatapku dengan senduh.

"kamu kenapa,...? Kamu marah sama kakak sama ibu sampai tidak ingin menemui kami..."

Siapa aku yang berhak marah pada kedua orang yang berarti dalam hidupku ini,..kuusap pipinya yang mulai berair saat memelukku.

Aku benci melihat orang yang kusayangi menangis,itu mengapa aku meminta Dokter Axel untuk melarang siapa pun yang ingin menemuiku.

"Aya tidak marah pada kalian,..."

"kamu pasti kecewa selama ini menjalani pernikahan ini,....maaf kan bibi Risa aya.."

"Aya tidak marah dengan bibi,...semua sudah jalan hidup aya yang diberi oleh Allah,..."

"Kenapa tidak bilang jika suami kamu kasar selama ini,kamu bersikap seolah olah kamu bahagia menjalani pernikahanmu...."

Aku menghela nafas berat,yah...aku bertingkah seolah semua baik baik saja.Aku menjadi lebih dewasa jauh dari usiaku seharusnya,aku....tidak lagi bisa bermanja manja atau apapun itu.

"Sekarang bagaimana ? asyla merindukanmu,...kamu tidak ingin menemuinya.?"

Kepalaku berdenyut hebat dengan tiba tiba,terasa berat dan Seperti dihantam dengan kerasnya.Aku meringis,dan itu membuat kak Ammar panik.Ia segera keluar untuk memberitahu perawat yang berjaga.Namun tak lama yang datang malah Dokter Axel dan perawat yang kutahu namanya Runa,ia selalu mengikuti dokter Axel kemanapun.

"Adik saya dokter,...." suara panik kak ammar begitu kentara.

"tidak apa,...saya sudah katakan dia masih dalam pemulihan.Cidera dikepalanya yang membuatnya sering merasakan sakit yang menyerang tiba tiba...."

Kak Ammar mengangguk paham,ia menatap wajahku juga wajah dokter Axel bergantian,apa yang dia lakukan coba.

"kakak tidak pernah melihat tatapan seperti itu lagi setelah dua tahun lamanya...." aku mengernyitkan kening tak paham dengan ucapan kak Ammar setelah Dokter Axel pergi usai menyuntikkan obat.

"maksud kakak,...?"

"Ayana,....jangan terus menutup diri.Dokter mengatakan jika dirimu merasa tertekan berlebihan,apapun itu kita harus selesaikan.Seluruh biaya perawatanmu ditanggung oleh Dokter itu,....lalu dimana letak tanggung jawab suamimu...." sungguh jawabannya sangat jauh dari apa yang kutanyakan.Aku tidak tau jika Dokter itu bertindak sejauh yang tak kupikirkan.

"Aya trauma,...sebelum kecelakaan itu Mas Dika menamparku,...aya trauma jika melihat wajahnya.Aya tidak bisa bertemu ibu,karna gara gara Aya Ibu dibentak dan dihina oleh suami Aya....."

Kak Ammar memelukku yang menangis mengingat tragedi menyesakkan itu,aku selalu menangis sendiri.Aku menyimpannya begitu rapi selama ini,tapi sungguh ini membuatku tidak ingin bertahan hidup.

"ibu tidak akan marah atau apapun,...dia hanya mencemaskanmu...."

.....

"Tentang dokter itu....?"

"Ayana tidak mengenalnya,saat Aya masuk kesini semua perawat meributkan orang yang bertanggung jawab padahal rasanya Aya sudah sekarat.Tapi Dokter Axel dengan penuh kerendahan hati menjadi penanggung jawab dan menolong aya..."

Pikiranku menerawang pada hari dimana aku merasa tidak bisa bertahan lagi,saat itu aku mendengar keributan Dokter yang membentak perawat.Sungguh dia Dokter yang jumawa,hanya karna aku menarik jas dokternya meminta pertolongan dia langsung bergerak cepat.Aku tersenyum mengingat raut khawatirnya,....Aku juga kembali menarik jas dokternya saat mengatakan aku tidak ingin menemui siapa pun....

Dan entah mengapa,...setelah sekian lama aku merasa menemukan sosok yang seperti pelindung dan tameng untukku.Padahal aku mempunyai suami,tapi sungguh aku menemukan sosok pelindung dari laki laki yang baru aku kenal.Astagfirullah Ayana,...aku rasanya sudah zina pikiran karena selalu mengingat wajah Dokter itu.Aku berusaha menepis,hatiku sudah lama membatu,...

"Ayana...."

"hmmm...." suara kak Ammar langsung merubuhkan segala lamunan klise ku.

"keluarga Dika mulai bereaksi mengingat kamu tidak ingin menemui Dika dan mereka mendengar jika kamu juga sedikit depresi..."

"ayana hanya depresi bukan gila...." bentakku secara tak sengaja,

"ayana...." kak ammar menggenggam jemariku,emosiku benar benar sangat sulit terkontrol akhir akhir ini.

"kak Ammar sebaiknyaa pergi,Ayana mau istirahat..." aku bergerak kesusahan untuk membaringkan tubuhku.Kaki ku mengalami patah tulang dan masih berbalut gips sangaat susah untuk bergerak.Aku bahkan melaksanakan sholat diatas brankar dengan bantuan perawat.

Karena responku buruk kak ammar buru buru mengusap kepalaku,ia menyadari sudah salah bicara.

"kakak akan pulang,nanti kakak akan hubungi Dokter Axel untuk menanyakan kondisimu lagi.Maaf jika kakak membuatmu marah..."

Kudengar langkahnya menjauh dari ruang rawatku,sekarang aku tinggal sendiri.Kesunyian ini tidak pernah mengusikku,Aku menikmatinya beberapa hari ini.

Aku hanya depresi ringan bukan gila.Tapi mengapa dari ucapan kak Ammar tadi seluruh keluarga suamiku mencecar seolah aku gila.

Kuhapus buliran airmata yang mengalir tanpa dipinta,aku benci rasa sesak ini.

"Ayana....." kulihat Dokter safa tiba tiba muncul didalam ruanganku,belum lama Dokter Axel berkunjung kenapa sekarang dokter safa juga berkunjung.

"hei,...kamu menangis ?apa saya perlu memberikan bunga seperti Axel supaya kamu tidak sedih lagi Ay...?" candanya seketika mampu menguapkan rasa sedih itu.Dia sangat humoris dan humble,aku merasa dia tidak hanya seorang Dokter,dia seperti teman bagi pasiennya.

Ah...ya bunga.Entah mengapa Dokter Axel memberiku bunga waktu itu,Wajahnya yang kontras saat mengulurkan bucket itu malah membuatku ingin tertawa.Syukur disana ada Dokter safa sehingga aku tidak tertawa karena mencoba menjaga wibawanya.Tapi ngomong ngomong bagaimana ia tau aku peminat mawar.

"tidak perlu dokter,Mawar yang diberikan dokter Axel masih bagus...." jawabku sembari menunjukan vas bunga yang sengaja kupinta pada perawat untuk meletakkan bunga mawar itu.

"Ah....saya pikir.Apa Axel sudah berkunjung tadi...?"

"ehm.belum lama dokter..." dia mengangguk,dia memeriksa kaki ku yang digips

Ternyata dia dokter saraf Ortopedi yang membantu menangani kondisi kakiku,yang kutahu Dokter Axel adalah dokter bedah dan untuk masalah kondisi kakiku Dokter safa yang ambil alih.

"Dokter Axel sedang bertemu manajemen Rumah sakit,beliau dipindah tugas dari UGD ke ICU...." celoteh dokter safa sembari memeriksa kondisi ku,entah sejak kapan kami mulai dekat.Tapi tunggu,...kenapa tiba tiba Dia membahas Dokter Axel.Apakah penting mengetahui apa saja yang terjadi pada Dokter itu.

"Dokter...."

"Ayana,....jangan terlalu banyak berpikir.Rilekskan diri dan pikiranmu senyaman mungkin,mungkin sebagian orang diluaran menganggap orang yang dilanda depresi itu gila,....tapi saya tau kamu terlalu lama menyimpannya,jangan tahan apapun yang ingin kamu luapkan,...lepaskan saja...."

Aku menatap bingung menjurus kemana sebenarnya ucapan Itu,Seolah ia bisa memahamiku sejauh apa.Hal yang selama ini aku sembunyikan dan kutata dengan rapi.

"Dokter...."

"Kamu butuh waktu lama untuk bisa berjalan normal.Kamu mengalami Fraktur tibia dan fibula.Fraktur tibia dan fibula adalah kondisi ketika tulang di tungkai bawah, yaitu tibia (tulang kering) dan fibula (tulang betis) mengalami patah. Kedua tulang ini patah secara bersamaan.Setelah kondisi tulang kamu membaik dan bersatu,kamu masih harus menjalani rehabilitasi dan selama itu kamu harus menggunakan kruk untuk berjalan atau beraktivitas....."

Aku terdiam lama mendengarkan penjelasan dokter safa,hah...lagi lagi aku bakal merepotkan orang lain dengan kondisiku.Aku sudah merepotkan Dokter Axel dengan biaya rumah sakitku,lalu bagaimana dengan biaya selanjutnya yang memakan waktu lama.

"kamu tidak perlu khawatir,saya yang akan terus memantau kondisi kamu...."

"Dokter,berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk saya benar benar sembuh....?"

"empat atau enam bulan.Tergantung bagaimana kondisinya...."

Aku kembali menghela nafas berat,selama itu.Apalagi tanggapan keluarga dika,suamiku tentang aku.Aku yang gila dan cacat,....sepertinya begitu.

"Ayana ,....jangan terlalu risau.Kamu harus berpikir positif supaya cepat sembuh..."

"....."

"saya bukan Axel yang akan memberikan bunga,tapi saya punya sesuatu untuk kamu..."

Kulihat dokter safa mengeluarkan sebuah buku dan menyodorkannya kepadaku.Sebuah novel,aku menatap wajahnya sebelum menerimanya.

"kamu akan sangat bosan disini sendirian tanpa ada yang menemani,kuharap novel ini bisa jadi penghilang jenuhmu...." dia tersenyum ketika aku menerimanya,entah mengapa aku bersyukur dikelilingi oleh orang orang baik.

Disetiap kesusahan pasti masih ada harapan meski secuil,...dan dibalik gelapnya harapanku,ada setitik pelangi dari orang orang yang baru kukenal.Mereka mungkin memunggungiku atau membuangku,tapi orang orang ini masih memberiku kasih.

"terima kasih Dokter..."

"Manisnya....." kekehnya yang melihatku tersenyum bahagia.

"Kamu menikah usia berapa sih,masih awet muda aja...?" tanya nya spontan,aku tersenyum miris.

"dua puluh.Saya memang masih muda dokter,usia saya baru menginjak dua puluh tiga tahun...."

"Ah...begitu,...." ia mengangguk angguk tapi tidak bertanya lebih jauh,ia mungkin tidak ingin mengorek terlalu jauh.Dan aku bersyukur,karena tidak harus menceritakan betapa limbungnya pernikahanku.

"Saya harus kembali ke stase,kamu bisa panggil perawat jika perlu apapun...."

Aku mengangguk menatap kepergiannya,membolak balik novel yang kini sudah ada dipangkuanku.