Semilir angin membelai ujung rambut Aini. Sedikit mengangkat ujung-ujung rambutnya yang masih basah tergerai sebahu. Angin pagi menjelang siang ini membawa kebahagiaan tersendiri bagi Aini yang tengah bersantai dengan secangkir teh hangat.
Angin tersebut merambat melalui jendela kamar yang terbuka sedikit. Memang sengaja dibuat seperti demikian oleh Aini. Agar Mursal suaminya itu mendapat udara segar dari luar dalam lelapnya di atas sofa bed.
Sesekali dia tertawa dalam hati, saat melihat bagaimana nyenyaknya guru alias suaminya itu terlelap. Mursal memang mengajaknya tidur tadi, tapi dia menolak karena sudah merasa lebih baik.
"Bapak ... Bapak ... katanya tadi mau ajak saya berbenah rumah malah tidur. Tetapi biar saja, mungkin Pak Mursal kelelahan dan terlalu lelah merawatku semalaman. Maaf ya Pak sebab aku selalu merepotkan Bapak," ucap lirih Aini bersila di depan tumpukan kado hendak melanjutkan untuk membuka kado-kado yang masih belum banyak yanh terbuka.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者