Wajah Zikri mengeras mendengar ucapan itu. Tetapi, untuk sekedar menggertak meja, dia tidak punya keberanian. Bagaimanapun dia hanya murid kecil jika di bandingkan dengan Mursal. Gurunya yang tegas dan dingin itu sudah terlalu menakutkan dalam mode diam. Bagaimana bisa dia membuatnya bangkit?
"Pak .... Bapak tahu kalau amanah itu sangat berat, 'kan?" Akhirnya memakai strategi, Zikri benar-benar akan melakukan apapun agar Mursal mau menyerahkan Aini untuknya. "Saya harus menyelesaikan amanah itu, Pak. Kalau tidak, kasihan ibu saya."
Mursal menatapinya dengan wajah datar. Lima tahun dia mencari Aini, tapi sekarang dia harus mengalah pada anak kecil di hadapannya ini? Bagaimana bisa?
"Assalamu'alaikum."
Suara itu membuat keduanya serentak melihat kearah pintu. Aini ada di sana, dengan wajah biasa yang tampak tersenyum pada mereka.
Mursal langsung bangkit, menyambutnya dan meninggalkan Zikri yang bahkan belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者