webnovel

Meminta Alasan

"Lepas!" Ku coba membuat tangan yang bergelayut manja ini terlepas. Tidak puas aku lakukan berulang-ulang, terhadap Elmeera. Sungguh teguh wanita ini, walaupun aku selalu bersikap kasar padanya tetap saja dia tidak bergeming.

Kesabaran hatinya, mengingatkan aku kepada Arumi Nasha wanita yang telah melahirkan ku. Ya, dia mamah perempuan yang selalu sabar ketika menghadapi sikap papah. Oke, pikiran ku sudah mulai ngaco. Aku sudah berani membandingkan sifat baik mamah dengan keturunan Kauren? Meskipun Elmeera sabar, dan baik hati. Tetap saja darah kental pengkhianat itu mengalir di dalam tubuhnya. Berarti dia sama saja, tidak lebih baik dari seorang pembunuh.

"Boleh aku tanya sesuatu padamu, mas?"

"Tanya apa lagi, ini sudah sangat terlambat. Tidak ada yang harus dibahas, semua sudah jelas bahwa kamu bukan Wanita tepat untuk menjadi pendamping saya." Sergah ku geregetan.

"Apakah kamu menikah denganku bukan karena cinta yang tulus?" Tanya Elmeera seraya menatap mataku dengan tajam.

"Itu kau bisa menebaknya, untuk apa bertanya lagi?" Jawab ku dengan senyum penuh penghinaan.

"Apa? apa yang telah aku lakukan Kepadamu hingga kamu mempunyai dendam itu terhadapku?" Elmeera memberikan penekanan untuk jawaban atas dendam yang baru saja terucap dari ku.

"Kau ingin tahu? Tanyakan itu kepada ibumu!" Tukas ku sembari melengos pergi meninggalkan Elmeera.

"Ibuku? Ada apa dengan ibuku? Mas, berikan aku penjelasan yang baik! jangan buat aku semakin kebingungan kaya gini!" Elmeera mengekor dari belakang untuk meminta penjelasan kepada ku tentang apa yang telah dia dengar tentang ibunya.

Aku tidak akan hiraukan Elmeera, biarkan saja dia berada dalam tanda tanya besar. Aku harus tetap pergi, jangan menoleh lagi ke belakang. Nanti aku urungkan kembali niatku. Lebih baik aku segera masuk ke dalam mobil, dan meminta mang Ujang untuk pergi.

"Kita berangkat, mang!" Pinta ku setelah aku duduk di kursi penumpang.

"Baik, Tuan." Sahut pria yang sering disapa mang Ujang itu, sambil menghidupkan mesin mobil nya dan siap untuk pergi.

"Mas, mas Raka tunggu dulu! Aku masih perlu bicara, kita belum menyelesaikan permasalahannya." Teriak Elmeera mengetuk kaca mobil ku, berharap aku mendengar nya.

"Bagaimana dengan nyonya, Tuan? Apakah kita buka pintunya? Sepertinya dia ingin bicara dengan anda."

"Jalan saja, kita tidak usah hiraukan dia!"

"Tapi Tuan…."

"Berangkat mang Ujang, saya sudah telat ini! Sebentar lagi meeting nya di mulai, kalau saya telat mang Ujang mau tanggung jawab?" Terpaksa aku sedikit menaikkan nada bicara ini, sepertinya emosiku sudah berada di level tinggi.

Padahal aku tak ingin membentak mang Ujang, tapi pria ini…..ya ampun kenapa juga aku harus bersikap kasar padanya, umurnya lebih tua dari ku? harusnya aku menghormati dia sebagai orang tuaku. Aku jadi membuat dia ketakutan, nyesel juga sih. Apa aku harus minta maaf? Sudahlah. Ini juga salah mang Ujang, andai dia tidak ikut campur aku juga tidak akan melakukan itu.

"Berangkat mang!" Ulang ku kini ku buat perlahan, agar tidak menjadi kan bumerang pada pria paruh baya ini.

"Baiklah Tuan." Tidak menunggu lama, pria itu mulai menghidupkan mesin mobil nya. Dengan perlahan mobil itu dia buat melaju, meskipun Elmeera mencoba untuk menghentikannya.

"Mas tolong jangan pergi dulu, aku ingin penjelasan itu! Please berhenti sebentar, aku mohon!" Lirih Elmeera seraya mengejar laju mobil ku, yang perlahan mulai meninggalkan dirinya.

"Mas, mas, Raka! Hentikan laju mobilnya, mas! Mas tunggu!" Elmeera terus berteriak meminta supaya aku mau berhenti dan menjelaskan tentang apa yang diucapkan ku tadi.

Ku lihat dari dalam mobil ku, Elmeera sampai terjatuh saat mencoba mengejarku. Dia meringis kesakitan, ada luka juga di lutut dan tangannya.

Niat hati ingin menghentikan Mobil itu, dan menolong Elmeera dengan mengobati lukanya. Namun apalah daya mobil ku buat tetap melaju hingga perlahan menjauh dari nya. Tidak ada yang tahu aku bersikap seperti ini, termasuk orang terdekatku. Hanya aku dan Tuhan yang tahu, karena sengaja ku simpan rahasia ini rapat-rapat dari siapapun.

Aku juga tidak pedulikan lagi perasaan Elmeera, sengaja aku lakukan untuk membuat El merasa penasaran akan hal itu. Pasti Elmeera tidak akan bisa tidur dengan nyenyak sebelum mendapatkan penjelasan dari ku. Rasain kau Elmeera!

Dengan santainya ku buat headset menutupi telingaku, ku dengar kan lantunan lagu yang keluar dari mulut-mulut berbakat ini. Daripada mendengar keluhan Elmeera yang tidak penting itu. Sambil tersenyum lebar kala melihat Elmeera yang menahan kesakitan, menari dalam bayangan ku.

"Hahaha…..rasakan itu! Kau tidak tahu, ini belum seberapa dibandingkan perbuatan ibumu. Dia telah menghancurkan kebahagiaan saya, juga merenggut nya dari saya. Tunggu saja, akan saya buat kau lebih menderita dari ini." Gumamku saat menatap ke belakang di mana ada Elmeera yang sudah jatuh di tanah, dengan matanya memandang belakang mobilku.

Melihat hal itu, membuat pria yang berprofesi sebagai supir Pribadi tersebut Merasa iba terhadap Elmeera. Sikap ku yang tiba-tiba berubah ini, menjadi pertanyaan besar di hatinya. Padahal dia tidak pernah melihat aku bersikap acuh dan kejam seperti ini, apalagi terhadap orang terdekat ku.

"ya Tuhan, kenapa bisa Tuan Araka seperti ini? Padahal nyonya El, itu baik. Kenapa beliau setega itu? Dendam apa yang dia punya terhadap Nyonya?" aku kembali mendengar lirihan seseorang yang paling tahu siapa aku sebelumnya.

Sesekali dia menatap bingung kepada ku, melalui kaca spion depan. Melihat tingkah laku diriku, membuat dirinya merasa aneh. Mungkin dia berpikir seakan tidak mengenal aku sama sekali. Bagi nya, aku bukanlah Araka Syahreza Bagaskara yang dulu. Itu benar, karena aku adalah Araka Syahreza Bagaskara yang sekarang.

Bukan hanya watakku sewaktu kecil saja, setelah menjalani hubungan dengan Elmeera pun mang Ujang tahu bagaimana sayangnya aku pada wanita itu. Aku selalu memanjakan Elmeera, entah di mana dan kapan pun itu. Aku selalu memanjakan dirinya di hadapan siapapun termasuk mang Ujang, pantas saja dia sangat bingung tiba-tiba sikapku seperti ini.

Bukan hanya mang Ujang ataupun yang lain yang akan merasa aneh, diriku sendiri juga merasakan hal yang sama. Masih ingat jelas di kepalaku dimana saat itu aku memberikan kasih sayang yang besar terhadap Elmeera.

"Kenapa lama sekali datangnya? Aku sudah menunggu lama disini." Komentar Elmeera dengan manja.

"Maaf sayang, di jalannya macet banget. Jadi lama deh sampainya." Balas ku seraya mengecup puncak kepala Elmeera dengan lembut.

Mungkin jika saat ini Elmeera semanja itu, bukan kehangatan yang didapatkan melainkan kekasaran juga kemarahan dari ku. Apalagi jika urusan itu tidak terlalu penting bagiku, maka Elmeera akan mendapat ocehan dari ku.

'hah' ku hembuskan nafas beratku, untuk membuang semua bayangan yang kini menari dalam benak ku.