webnovel

Part 1.4

Gonggongan keras anjing terdengar dari belakang Davine, ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengacuhkannya, itu hal biasa buatnya. Di samping itu Davine yakin, seperti biasa anjing itu pasti di rantai dan tidak dapat mengejarnya. Davine hafal benar hal itu, karena hampir setiap hari ketika melewati rumah itu dalam perjalanan pulangnya menuju apartemen, hal serupa selalu terjadi. Namun di luar dugaan anjing itu berlari kencang ke arah Davine bak anjing gila, dengan lidah yang terjuntai, secepat kilat mendaratkan gigitannya pada kaki sebelah kiri Davine, Davine tersentak hebat dan terjatuh. Terlihat darah segar mengalir melewati celah celana jeans yang dikenakannya.

Bukannya panik, melihat hal itu adrenalin Davine seakan terpacu, diraihnya leher anjing itu dengan tangan kirinya tanpa sedikit pun rasa takut, dan dengan segera mendaratkan tinju yang sangat kuat ke arah kepala anjing tersebut, membuat anjing itu melepaskan gigitannya pada kaki Davine. Tidak sampai di situ Davine dengan gilanya kembali mendaratkan beberapa pukulan telak tepat di kepala anjing tersebut, masih belum puas kini Davine bangkit dan menginjak injak anjing yang sudah terkulai lemah tanpa rasa ampun.

Darah anjing itu keluar cukup banyak dari mulutnya , melihat hal itu membuatnya semakin bersemangat lagi, baak buuk baak buuk, Davine terlihat sangat menikmati hal itu, membuatnya tanpa sadar tertawa kecil, hingga ia tersadar jika sudah banyak orang yang melihat apa yang dilakukannya saat itu. Ia telah jadi tontonan beberapa warga yang kebetulan lewat di jalan tersebut, tentu saja itu akan menjadi masalah.

Benar saja berselang beberapa waktu kini Davine sudah berada di kantor Kepolisian terdekat, dengan laporan pembunuhan anjing oleh sang pemilik anjing tersebut. Setelah beberapa kali dimintai keterangan oleh Polisi yang bertugas, Davine dinyatakan tidak bersalah, dengan alasan jika kejadian itu tidak di sengaja dan dalam upaya perlindungan diri. Hal itu di kuatkan oleh keterangan salah satu tetangga si pemilik anjing, yang membenarkan jika anjing tersebut menggigit Davine secara tiba-tiba seperti keterangan yang diberikan Davine sebelumnya. Pihak Kepolisian meminta agar sang pemilik anjing bertanggung jawab untuk biaya perawatan atas luka yang Davine terima, Davine tersenyum penuh kemenangan sedang si pemilik anjing terlihat menahan kesal.

Dua bulan berlalu setelah pembunuhan terakhir yang terjadi di kota itu. Kali ini upaya yang di lakukan oleh pihak Kepolisian setempat rupanya sedikit membuahkan hasil. Terbukti progres yang mereka jalankan untuk menambah keamanan di kota itu berjalan sesuai rencana, walau fakta sang pembunuh berantai itu masih belum terungkap sampai saat ini. Setidaknya hal itu cukup menghambat pergerakannya, dan mampu menurunkan tingkat kriminalitas yang terjadi di kota tersebut.

Disatu sisi adanya jam malam juga mulai mempengaruhi perekonomian warga, khususnya bagi para pengembang wirausaha yang memang beroperasional di jam-jam tersebut. Dibalik kemajuan yang telah dilakukan, tetap saja pemerintah setempat masih mendapatkan beberapa komplain dan kritik dari warga kota.

Serentak kembang api menyulut langit kota itu secara bersamaan. Jam menunjukkan pukul 00.01 a.m. Segenap kota merayakan pesta tahun baru, beberapa remaja mengadakan party dengan beberapa minuman keras dan musik yang di putar kencang di beberapa tempat. Untuk kali ini jam malam yang di terapkan tidak berlaku bagi mereka. Riuh pesta terdengar di mana-mana, beberapa menjadi tidak terkendali karena pengaruh minuman keras, keributan tidak terhindarkan, terjadi beberapa kecelakaan lalu lintas di malam itu. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya para remaja terlihat teler dan tak terkendali malam itu.

1 Januari, surat kabar harian setempat memuat kejadian yang terjadi di malam tahun baru tersebut. Terhitung telah terjadi sekitar 4 kecelakaan lalu lintas di beberapa tempat berbeda yang terjadi di malam tersebut, 3 orang meninggal dunia, 7 orang mengalami luka- luka dan di rawat di rumah sakit terdekat. Di tuliskan juga dibeberapa titik terjadi keributan antar para remaja, yang untungnya tidak memakan korban jiwa, beberapa hanya mengalami luka ringan. "Ada apa dengan tahun ini?" tulisan besar terpampang menjadi berita utama di surat kabar tersebut. Namun setidaknya tidak ada tanda-tanda sang serial killer itu kembali melakukan aksinya, pikir Davine yang membaca surat kabar itu dengan saksama.

Pukul 08.30 a.m. Davine berjalan untuk sekedar merenggangkan tubuhnya di sekitar pekarangan apartemennya. Semalam suntuk ia hanya menonton film di kamarnya, ia bahkan tidak ikut merayakan tahun baru, bagi orang sepertinya berada di tengah-tengah keramaian itu sangat tidak menyenangkan. Walau Siska berulang kali mengajaknya keluar namun Davine dengan berbagai macam alasan terus menolaknya.

"Pagi Nak," tegur seorang pembersih jalanan yang sedang bekerja di sana.

"Iya Pak, selamat pagi," jawab Davine ramah.

"Wah, tahun ini sepertinya para anak muda sedang banyak penghasilan ya!" lanjut petugas kebersihan itu, sembari memungut beberapa botol sisa minuman keras yang berhamburan di jalan.

"Setahu saya harga minuman keras seperti ini sudah sangat mahal," lanjutnya.

"Benar Pak, untuk minuman keras yang legal, maka pajaknya akan sangat tinggi!" jawab Davine menanggapi perkataan petugas kebersihan itu.

Setelah sedikit berbincang-bincang petugas kebersihan itu pun pergi untuk melanjutkan pekerjaannya ke area jalan yang lain, meninggalkan Davine dengan sedikit tanda tanya sebab perkataan petugas kebersihan tersebut. Mungkin itu hanya cara para remaja untuk melepaskan stres karena kejadian akhir-akhir ini, pikirnya, "Yah ... tidak ada salahnya kan sedikit menghambur-hambur kan uang," gumamnya, sembari berjalan ke arah Minimarket yang berada tepat di seberang apartemennya, untuk membeli sekotak susu dan beberapa roti manis.

Davine menemukan sebuah kartu ucapan yang di selipkan dari celah pintu kamarnya. Itu kartu ucapan selamat ulang tahun, hari itu adalah ulang tahunya yang ke 21, ia sendiri bahkan lupa dengan hari ini. Mungkin dari Siska, pikirnya. Melihat dari desainnya yang cantik hal itu menguatkan Davine jika kartu ucapan itu pasti dari Siska, ia tersenyum dan segera menelepon kekasihnya itu.

"Aku sudah menerima kartu ucapan darimu. Terima kasih, aku sendiri bahkan lupa jika hari ini adalah ulang tahunku!" ujar Davine pada kekasihnya itu.

"Tapi aku rasa kau salah menuliskan sedikit kata di sini, harusnya kau menuliskan selamat untuk bertambahnya usiamu, di sini kau menuliskannya dengan usia kita!" lanjut Davine sedikit tertawa.

"... ."

"... ." hening.

"Hey ... Siska apa kau mendengarku?" tanya Davine yang sedari tadi menunggu respons darinya.

"Maafkan aku Davine, itu bukan kartu ucapan dariku!" jawab Siska.

"Astaga kau pasti sangat kecewa padaku, aku melupakan hari ini Davine, aku sungguh minta maaf!" mohon Siska pada kekasihnya itu dengan penuh rasa bersalah.

"Tunggulah. Sehabis ini kita akan merayakan hari ini bersama, sekarang aku sedang di bandara untuk menjemput sepupuku."

"Aku akan secepatnya menemui mu, oke!" lanjutnya.

"Hey ... Sayang itu kau tidak perlu merasa bersalah, aku juga tidak begitu tertarik dengan hal-hal seperti ini!" jawab Davine santai.

"Tapi... ."

Tuuut ... Tuuut ... Tuuut ... Davine mengakhiri panggilan itu, tidak memberikan waktu untuk Siska berbicara lebih. Dengan perasaan kecewa ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur, membolak-balikkan kartu ucapan itu. Bahkan kedua orang tua angkatnya pun tidak menghubunginya sama sekali hari itu, hanya untuk sekedar memberikan ucapan selamat. Seketika terlintas di benaknya, lalu siapa yang mengirimkannya, "jika bukan Siska lalu siapa?" Annie telah tiada, dan kedua orang tua angkatnya tidak mungkin melakukan hal itu, mereka biasanya hanya menelepon dan memberikan ucapan langsung, Davine juga tidak memiliki banyak teman, dan yang tahu hari ulang tahunnya hannya lah orang-orang terdekatnya saja.