webnovel

S2-84 THE CRASH

"Just stay and trust me ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Keluar restoran, gantian Paing lah yang menyetir Audi Apo. Dia mengajak sang Omega menemui pendonor dahulu. Lalu menunjukkan pernyataan tertulis Dokter Piya pada keluarganya. Isi datanya adalah penangguhan donor dan lain-lain. Namun, sebagai Resipien yang tak lepas tangan, Paing pun memberi beberapa ribu baht kepada mereka. Lalu pamit pulang dengan sedikit obrolan.

"Tentu saja, Nak. Datanglah saat kau masih membutuhkannya," kata Ibu si pendonor dengan mata yang berkaca-kaca. Sang putera ternyata menderita Pielonefritis. Jadi mendaftarkan nama ke tempat pendonor agar calon Resipien ikut membantu perawatannya. "Aye bilang, dia senang kalau pun bisa membantu. Tapi sepertinya belum kesampaian ingin bertemu denganmu."

Aye, lelaki yang disebut sejak tadi ternyata rawat inap di BNH Hospital. Kondisinya koma. Kadang bangun, tapi lebih sering drop hingga bisa berbulan-bulan.

"Semoga dia membaik setiap harinya," kata Paing. Lalu mengalihkan mata dari dinding kaca. "Semua kan tidak tahu masa depan, Oma. Dan kita yang sehat belum tentu besok seperti ini."

"Thankies ...." kata Ibu Aye sebelum memeluk Paing. Dia tampaknya senang sekali, padahal pipi sudah basah oleh air mata. Hal yang membuat Apo tertegun. Karena sang Omega menyadari bukan hanya mereka yang kesulitan. Keluarga ini pun punya cobaan, tapi mereka tetap ke trek baik versi sendiri. Jadi dia pun diam selama di perjalanan.

Namun, menjadi tenang bukan berarti masalah tidak menyerang. Saat mobil sudah mendekati rumah. Apo mengecek ponsel yang bergetar mendadak. Itu adalah nomor telepon rumah. Pertanda pelayan lah yang memanggil dirinya.

Drrrt ... drrt ... drrt ... drrt ....

"Iya, Halo?" jawab Apo.

"Tuan Natta, apakah Anda masih di luar?" tanya si pelayan di seberang sana. Rumah pasti kosong karena Yuzu berangkat ke kantor. Bible pulang karena tugas yang selesai, sementara Jeff pun menyusul demi jam kuliah.

"Iya, tapi kami hampir sampai kok. Kenapa?" tanya Apo. Diam-diam tahu Paing melirik lewat spion depan.

"Soalnya barusan saja ada tamu datang," kata si pelayan dengan nada cemas. "Tapi waktu diberitahu tuan rumah pergi, beliau bilang ingin bertemu baby-nya."

DEG

"Apa?!"

"Kalau tidak salah namanya Tuan Mile?" kata si pelayan lagi. "Kami bingung menolaknya karena tadi Edsel merangkak ikut beliau--"

DEG

Tuuuuuuttttttssss ....

"PHI, PERCEPAT! KITA PULANG SEKARANG JUGA!" teriak Apo tiba-tiba.

"Apa?"

BRRRRRRRRRRRMMM!

Paing yang terkejut pun refleks mengatur kendali setir. Dia tidak protes meski sang Omega menginjak kakinya. Dan itu membuat gas mobil semakin cepat.

SRAAAAAAAKKKHHHH!

"LEBIH CEPAT LAGI, PHI! YA TUHAN! MILE ADA DI RUMAH!" teriak Apo tidak sabaran.

"Iya, iya ... tenang dulu, Apo!"

BRAKH!

"TIDAK MAU! NO! KITA HARUS CEPAT PULANG!

TIIIINNN! TIIIIIIIIINNN! TIIIIN!

Padahal laju mobil itu nyaris melampaui kewajaran, salip menyalip. Tapi wajah Apo tetap memerah emosional. Dia menangis sepanjang jalan. Tidak tahan karena pikiran yang aneh-aneh. Lalu menghambur saat mobil sudah memasuki gerbang.

SRAAAAAAAKKKHHHH!

BRAKKKKKHHH!

"EDSEL! EDSEL!!" teriak Apo. Bahkan mengabaikan sambutan bodyguard di pintu. "NO! EDSEL!"

BRAKH!

"APO!"

Omega itu juga mengabaikan Paing yang menutup mobil. Biarlah sang Alpha menyusul saja. Dan napasnya tersengal-sengal saat menemukan Mile sungguhan di ruang tamu. "Hahhh ... hahh ... hahh ... MILE BRENGSEK!"

Alpha itu tampak menggendong Ed yang tertawa keras. Mengesunnya. Lalu berbalik kepada Sang istri. "Oh, Apo," katanya, yang langsung disahuti jeritan si baby gemas.

"Ua uuu! Pa pa! Pa pa!" Seolah-olah baby itu paham orangtuanya bertemu. Tampak sumeringah. Lalu menggapai udara dengan tangan mungilnya. "Hehe! Na na! Da da!" ocehnya aktif tidak karuan.

"TIDAK! KEMBALIKAN!" Apo pun refleks maju untuk merebut. Tapi Paing sudah menarik tangannya dari belakang. Brakh! "PHIII!" bentaknya karena menabrak dada sang Alpha. Paing sendiri langsung mendekap Apo. Merengkuhnya. Lalu membiarknnya berontak di sana. "ARRGGGGHHHHH!"

Biarlah, tak apa. Semua agar Edsel tidak kaget dengan situasi itu. Apalagi di sisi sofa ada stroller Blau Er dan Kaylee. "Sssshh ... sssshh. Tenang dulu, tenang dulu," katanya. Tapi mata tidak melepas Mile sedetik pun. "Kau harus ingat di sini ada Kay juga, oke? Jangan berteriak untuk sementara waktu ...."

Mile pun mengalihkan pandangannya pada Edsel. "Bagaimana, Sayang?" tanyanya. "Senang dengan kukis yang tadi? Daddy masih punya lagi di sana. Ayo ...." lanjutnya saat melipir ke sofa panjang. Dia duduk memangku Ed yang balas memeluk. Tampak ceria. Bahkan menarik-narik dasinya senang.

"Da! Da! Da! Da! Da!" oceh Ed. Seolah-olah tahu sang ayah datang di tengah sibuknya kantor. Baby itu juga tanggap saat disodori kukis. Lalu memasukkan jajanan itu ke mulut. Mengulumnya. Kemudian merasai pinggiran melumer. "Mmn! Mm! Mnn! Mn!" geramnya penuh kesenangan.

"PHIIIIIIII!" bentak Apo lagi, tapi Paing tidak melepaskan dia. Alpha itu meneliti pergerakan Mile yang tampak santai. Dia bahkan mengajak Edsel bermain. Balas menatap, tapi ketajaman aroma mereka membuat ruangan berat.

"Apa yang membuatmu datang kemari?" tanya Paing.

Mile pun menjawab tenang. "Apa yang apa. Sudah jelas aku akan menjemput mereka. Kenapa?" tanyanya. "Ada yang salah jika istri yang kabur dicari? Aku berhak melakukan itu."

Paing pun menahan desisan geramnya. "Kabur, katamu? Kenapa terdengar bocah sekali?" katanya. "Padahal yang kulihat kau membuang dan menyia-nyiakan dirinya."

DEG

Tatapan Mile pun seketika menggelap. "Sejak kapan aku membuang istriku?" katanya. "Seingatku aku tidak pernah melepasnya begitu saja. Apa kau buta?"

Tertekan dengan ketajaman yang ada, Apo pun melesakkan wajah ke dada Paing. Phiii .... Omega memang tidak terpengaruh oleh Mile, tapi aroma Alpha tetap mengganggu penciumannya.

"Oh, benar. Kurasa orang buta lah yang takkan melihat apa yang dilihat orang waras," kata Paing. "Dan jika kau pantas jadi suaminya, harusnya kau paham bagaimana dia--"

DEG

"SEPERTI MEREBUT ISTRI ORANG LAIN--??!!"

"--SEPERTI MENIKAHI ISTRI BARU TANPA MENGHORMATI DIA?!!"

"OEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!"

Seketika Edsel pun mejerit kencang. Baby itu menangis dalam hitungan detik. Kaget bentakan, tapi Mile tidak bisa langsung memenangkan dia.

"Hei, Edsel--"

"OEEEEEEE!! OEEEEEEE!! OEEEE!!"

"OEEEEEEE!! OEEEEEEE!! OEEEE!!"

Dan tangisan itu langsung merambat pada dua yang di dalam stroller. Sangat kacau. Sangat berisik. Namun, Paing tetap tidak membiarkan Apo pergi dari tempatnya.

"PHIII! LEPAS!! ARRRGHHHH! BABYYY!!"

BUAGH!

"...."

"NOOO! BABY-NYA PHIIII!"

"...."

"ARGGGHHHHHHH! HIKS! BIARKAN AKU PEGANG BABY! Hiks ... hiks ... hiks ... hiks ...."

Perlahan, Apo pun melemas di antara lengan-lengan kekar Paing. Bagaimana pun dia adalah Omega bonding, maka kepatuhan pun harus diberikan kepada sang mate yang dipercaya.

"OEEEEEEEEEEEE!! OEEEEEE!!

OEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!" jerit Edsel makin menjadi. Kini dia bahkan melemparkan kukis yang digenggam. Memukuli Mile. Tak peduli sang ayah mulai resah berbisik padanya.

Pakh! Pakh! Pakh! Pakh!

"Sssshhh ... shhh ... shhh ... Edsel, Edsel---"

PLARRRR!!

"OEEEEEEEEEEEEEEEEE!!" jerit Ed setelah menggampar pipi Mile Phakphum.

Sayang, semakin ricuh ruangan itu, semakin tenang lah Paing Takhon. Alpha itu memang sengaja membiarkannya terjadi. Bahkan tetap diam meski Ed memuntahi jas ayahnya.

"UHOOOKH! OEEEEEEEEEE!! OEEEEEEE!! OEEEEEEEEE!!"

Paing biarkan Mile melihat betapa rusak rumahnya di tempat ini. Jika dia diam, dan tidak memberikan tindakan sama sekali. "Dengar, Tuan Romsaithong, kau dan keluargamu tidak pernah jadi urusanku sebelumnya. TIDAK PERNAH!" bentak Paing dengan geraman. "Jadi aturlah sebebas apapun. TERSERAH! Tapi aku takkan diam jika kau merusak mereka ...."

"TUAN MUDA!" teriak babysitter saat Ed mendadak jatuh dari gendongan.

BRUGH!!

"ASTAGA! ASTAGA! TIDAAAAK!"

"OEEEEEEEEEEEEEEE!! "

Untung babysitter itu sudah ketar-ketir sejak tadi. Dia pun menyerbu Ed hingga menabrak . Sementara Mile yang kewalahan pun melepas bayinya. "Hei, kau ini--!"

"OEEEEEEEEEEEEEEE! OEEEEEEE!"

Si babysitter pun melirik Mile sebelum pergi. "Uuu, Sayang, Sayang, Sayang ... ssssh, ssshh ... cup-cup ... cup-cup!" katanya. Jujur ikut geram meski sisi beta-nya tidak terkontrol.

"Oke, baiklah," kata Mile. Lalu melepas dasinya yang bekas muntahan. "Sekarang terserah kau mau bagaimana. Kita bicara baik-baik, atau langsung selesaikan di tempat ini."