_________________________________
"Jika memang masih bisa hadir, akan kupelajari dirimu meskipun sulit."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Selama berjalan masuk, Apo benar-benar dilingkupi gerombolan para Alpha. Dia berada di tengah-tengah. Dilindungi dari berbagai sisi. Sementara Masu, Jeff, dan perwakilan Nyonya Bretha di urutan paling depan. Mereka bicara hal-hal yang terkadang tidak bisa Apo dengar. Toh bahasanya juga tidak dia kuasai. Sehingga daripada menyimak, Apo lebih senang memperhatikan sekitar.
CKELK!
SREEEEEEKKKKHHHHH!
"Silahkan, hati-hati," kata perwakilan Nyonya Bretha sambil membuka pintu geser dari baja. Dia membiarkan orang-orang masuk terlebih dahulu. Gantian di belakang. Lalu ditemani seorang wanita umur 30-an.
"Sudah sampai rupanya. Kupikir akan lebih lama lagi," kata wanita yang memperkenalkan diri sebagai Maya itu. Dialognya menggunakan Bahasa Inggris. Dan sepertinya penjaga penjara bagian depan. Lebih tepatnya, menyamar sebagai shopkeeper toko barang antik. Tapi begitu gerombolan semakin masuk, mereka diarahkan ke pintu tunggal yang hanya bisa dilewati satu orang.
Apo pun merasa aneh dengan tempat ini. Dia merinding karena alasan tak jelas, dan udara di sekitar serasa berat. Sebenarnya ini penjara apa? Kenapa sangat rahasia? Apakah ini ilegal? Jangan-jangan "para manusia rusak" itu merupakan sampel penelitian--oke, sebut Apo hanya paranoid. Atau terpengaruh film-film saja. Namun, ternyata ekpektasi itu malah terjawab sempurna.
Tempat seperti ini benar-benar ada! Di belahan negeri lain yang begitu jauh dari tanah air, Apo dibisiki Jeff yang mendadak hadir di sebelahnya.
"Tuan Natta, aku barusan dengar kalau ini tempat penelitian manusia," katanya. "Khususnya untuk Alpha + Omega. Dan si ilmuan sering beli sampel berupa manusia yang ditinggalkan."
DEG
"Apa?" kaget Apo dengan suara yang tak kalah pelan.
"Ya, seperti orang-orang sebatang kara. Kadang diambil dari jalanan karena mereka putus asa. Atau keluarga miskin yang butuh dana--mereka menjual salah satu anaknya? Yang pasti sudah cukup lama."
"Oh ...."
"Ilmuwan ini mengobrak-abrik sistem asli Omegaverse, sih. Seperti wanita Alpha yang dipasangi rahim agar bisa tetap hamil. Terus Omega lelaki agar sperma-nya tetap bisa menghamili. Scenting akan tahan lebih lama. Terus marking yang bisa hilang seiring waktu. Atau bonding lebih dari dengan satu orang--intinya aneh-aneh. Obat yang dihasilkan juga bervariasi. Mungkin karena itu dunia Omegaverse sekarang berevolusi," jelas Jeff. "Mereka diam-diam menyebarkan itu diantara suppressant yang dijual di klinik. Semua demi pembuktian lapangan. Tapi, ya ... begitu. Badan Omegaverse Dunia KKK jelas melarang hal ini. Kan bisa sangat mempengaruhi lingkungan. Jadi, si ilmuan pernah hampir tertangkap di Finlandia. Lalu tahun 90-an pindah ke negara ini."
"Oh, shit," maki Apo, saat menyadari dia salah satu korban yang mereka sebabkan. Pantas saja marking-nya hilang. Apakah Win Metawin yang pernah mengajukan kasus serupa juga merasakannya? "Tapi, bukankah kehadiran kita bisa mengungkapkan kejahatan mereka? Penelitian ini pakai manusia lho."
"Ya, tapi pacarmu itu sudah diskusi dengan Nyonya Bretha," kata Jeff. Langsung membuat dada Apo tak nyaman. Jadi sejauh itu? "Dia bilang, yang terpenting Ameera dilepaskan untuk bukti kasus keluarga Romsaithong. Tapi soal obatnya? Phi kemungkinan akan menutupi hal ini. Toh tujuan dia hanya untuk selesaikan masalah di pengadilan. Nyonya Miri kan yang minta?"
Apo pun mengangguk pelan. "Iya."
"Velkommen til vårt hjem," kata sipir penjara yang berdiri di sebuah pintu berkode. Letaknya lebih dalam lagi, dan tempatnya gelap sekali. "Herfra må du være mer forsiktig holdning. Vær forsiktig med de som opptrer aggressivt." (*)
(*) Bahasa Norwegia: Selamat datang di rumah kami. Mulai dari sini kalian harus lebih jaga sikap. Terutama yang bertingkah agresif.
Masu yang memahami hal itu pun menerjemahkan kepada semua gerombolan di belakangnya.
"Oke, terima kasih," kata Apo. "Jadi kita jalan sekarang?"
Masu langsung mengangguk pelan. "Mari."
DEG
"ARRGGGGHHHHHHH!!!"
BRAKH! BRAKH! BRAKH!
"ARRRGGGGHHHHHHHHHHH!"
Raungan pun langsung menyambut gerombolan Apo begitu masuk ke lorong tersebut. Dan meski minim cahaya lampu, mereka bisa melihat manusia-manusia berpakaian pasien yang dikerangkeng di dalam. Tampak seperti orang gila, atau binatang buas hasil buruan. Ada yang mencakar-cakar jeruji besi. Ada yang menggigit kakinya sendiri. Ada yang makan dari bak langsung dengan mulutnya. Ada juga yang diam anteng di pojok ruang.
Mereka berbeda-beda. Dari berbagai umur, semua dikelompokkan dengan tujuan masing-masing. Jika ada yang disuruh kawin, maka satu penjara dua atau tiga orang. Tapi jika untuk penelitian tunggal, maka satu penjara hanya isi satu orang.
"Ahhh ... anhhh ... mmhh!"
"Ahhh! AKHHH!"
BRAKHHHHH!!!
Pemandangan seks di balik jeruji besi sudah biasa. Kanan kiri ada, dan mereka semua brutal. Sebab feromon Alpha-Omega sudah dibuat bervariasi, jadi efeknya tak sesuai umumnya orang. Untung, Apo benar-benar dilindungi sekiranya. Tiap kali dia menoleh, para Alpha tahanan kebanyakan membuang muka. Kadang ada juga yang pura-pura tidak melihat. Mungkin karena gerombolannya Alpha semua, jadi Apo tak perlu khawatir seperti yang Paing katakan.
"Kita sudah hampir sampai," kata Masu sambil menoleh ke belakang. Apo pun mengangguk saja, lalu co-translator itu melanjutkan obrolannya dengan si sipir.
"Jeff," panggil Apo tiba-tiba.
"Hm?" sahut Jeff tanpa menoleh. Dia sibuk memperhatikan payudara Omega tahanan yang diremas-remas. Lalu ke ekspresinya yang erotis. "Ada apa?"
Apo pun menggaruk pipi. "Kupikir ... setelah masuk, aku akan gemetar parah," katanya. "Tapi, sebagai perwakilan saja. Terima kasih untukmu dan kalian semua sudah menjagaku."
Jeff malah menoleh dengan wajah julidnya. "Siapa? Aku?" tanyanya.
"Ya, bukankah kalian mengeluarkan aroma juga?" tanya Apo. "Aku tidak peka karena bau tempat ini terlalu bercampur-campur." Dia mengayunkan tangan di depan hidung. "Mereka yang kawin pamer sekali."
"Ha ha, mana tahulah yang lain. Kalau aku, tidak," kata Jeff. "Melindungi diri sendiri saja capek. Apalagi untukmu? Yang terpenting aku tidak terpengaruh oleh mereka."
DEG
"Eh?"
"Tapi ya kudampingi di sebelahmu. Kan memang itu instruksi pacarmu."
...
....
Seketika, suara-suara di sekitar Apo jadi terblokade. Entah kenapa tubuhnya serasa melayang. Dia tidak tahu apakah gerombolan ini seperti Jeff, yang pasti Apo menyesal. Kalau saja pagi itu dia tidak berhalusinasi. Mungkin Paing belum scenting kepada dia, dan situasi sekarang runyam sekali.
"Oh ...."
SRAAAAAAKKKKKKKHHH!!
Tiba-tiba sebuah pintu penjara dibuka sipir. Suara gemerincing gemboknya riuh sekali, dan manusia-manusia lain di sekitar jadi berisik. Mereka yang semula tidur langsung terbangun, dan yang tenang langsung menggila. Mungkin, karena ada rasa iri ingin dilepaskan juga ... situasi pun sedikit ribut.
"Hei våkn opp! Våkn opp!" kata si sipir sambil menjotosi kepala Ameera. Dia pun membuat si Omega terbangun, lalu mengangkat wajah dari lutut yang dipeluk. "En gjest vil sparke deg ut!" (*)
Plakh! Plakh!
(*) Bahasa Norwegia: Hei, bangun-bangun! Ada orang ingin melepaskanmu.
Ameera, yang terakhir kali Apo lihat begitu cantik--kali ini tampak amat lusuh. Rambut yang dulu di-smooting, wajah yang dulu dihias make-up, dan tubuh yang dulu dibalut gaun--kini benar-benar lebih menyedihkan daripada Apo Nattawin. Dia luka-luka seperti baru menerima banyak gamparan. Mungkin karena disuruh kawin tak mau? Yang pasti ternyata masih sedikit waras (buktinya bisa bicara).
"Siapa?" tanya Ameera dengan suara khas-nya. Bola mata model itu pun bergulir, lalu menelusur wajah Apo yang bisa dia kenali. "Kau ... si Omega Mile Phakpum?"
DEG
"Ternyata dia sungguhan mengenaliku!" batin Apo. Lalu segera mendekat ke jeruji besi. "Hai, Ameera. Apa kabar?" tanyanya. "Apa kau siap pulang denganku? Kita kembali ke Bangkok."
DEG
"Benarkah?" tanya Ameera dengan raut paling menyedihkan. Omega itu bahkan menangis, sangking tidak percayanya mendengar kata-kata tersebut. "A-Aku ... aku akan kembali ke Bangkok?" Walau tatapan matanya kosong. "Aku tidak akan di sini lagi? Sungguh?"
Apo pun mengangguk pelan. "Umn, asal kau mau membantuku bersaksi," katanya sambil meremas jeruji besi. "Paham kan? Kau harus akui di pengadilan bahwa saudarimu sudah mengorbankanmu di tempat ini ....."