Angela Wellington menyalakan televisi di ruang keluarga sambil menunggu ibunya menyiapkan makan malam.
Saat makan malam tersaji di meja makan, Angela Wellington mulai menceritakan sesuatu yang baru saja terjadi pada sore itu.
Angela Wellington memulai ceritanya dari seorang pria dewasa berpakaian serba hitam dan sedikit nyentrik di kafe tempat ia dan ketiga temannya biasa hang out, yang memperhatikannya.
Kemudian pria itu mendekat dan memaksa berkenalan, hingga membuat Angela Wellington dan teman-temannya pergi dari kafe mencari tempat hang out yang lain.
Saat menunggu bus, priaa itu kembali mendekati Angela Wellington dan memaksanya untuk berkenalan.
Angela Wellington menolak dengan tegas, sehingga ia hampir saja mengalami pelecehan, andai tidak ada pria lain yang datang menolongnya.
Pria yang menolong Angela Wellington menunggu hingga ia aman berada di dalam bus.
"Tetapi di perjalanan dari halte ke rumah, aku merasa ada yang membuntutiku, Mom. Karena itu aku merasa takut." Angela Wellington selesai bercerita.
"Pria berpakaian hitam itu, berandalan atau apa?" Diandara White ingin menganalisa siapa yang berani mencoba melecehkan putrinya.
"Sepertinya bukan. Terlalu rapi, jika pria itu dikatakan seorang berandalan."
"Ya, sudah. Beristirahatlah di rumah, selama sisa liburanmu. Mom akan mencari tahu siapa yang menyerangmu malam ini."
Angela Wellington hendak pergi ke kamarnya di lantai dua, kemudian teringat sesuatu.
"Mom,"
"Ya, Sayang?"
"Bolehkah aku berlatih ilmu bela diri?"
Diandara White mengerutkan dahi. "Untuk apa?"
"Tentu saja untuk mempertahankan diri, Mom. Jadi aku bisa membela diri jika ada yang mengganggu."
Diandara White diam sesaat.
"Mom?" Angela Wellington menyadarkan ibunya dari lamunan.
"Tidurlah, Sayang. Kita bicarakan hal ini lagi besok. Malam ini, kau istirahatlah."
Angela Wellington menurut dan segera pergi ke kamarnya. Mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk.
Sebelum terlelap, Angela Wellington sempat mengingat ayahnya. Ingatan tentang ayahnya berputar ke saat orang kepercayaan sang ayah datang ke rumah ini dengan tergesa-gesa ingin bertemu sang ibu.
Angela Wellington saat itu baru berusia tujuh atau delapan tahun. Mencuri dengar apa yang orang kepercayaan ayahnya bicarakan dengan sang ibu.
Wajah ibunya berubah sendu setelah Lionel Lewis mengabarkan bahwa sang ayah menghilang saat melakukan perjalanan bisnisnya ke salah satu negara Eropa.
Angela Weliington tidak ingat bagaimana selanjutnya kajadiannya. Namun, setelah itu mereka harus pergi dari rumah mewah yang sedari Angela Wellington lahir telah menjadi rumahnya dan pindah ke rumahnya sekarang, beserta pengawal setia sang ayah, Tony Sark.
**
Dua hari pagi berikutnya, Angela Wellington terbangun dari tidur nyenyaknya karena suara ketukan di pintu kamarnya.
Angela Wellington menyahut, dan Diandara White dari balik pintu, mengabarkan teman-teman Angela Wellington sudah menantinya di bawah. Meminta Angela Wellington untul bersiap-siap dan turun untuk menemui teman-temannya.
Lima belas menit kemudian Angela Wellington menemui teman-temannya di ruang keluarga. Mereka bertiga, Ivy Lane, Lilian Smith, dan Cara Jones sedang menikmati teh dan kudapan yang telah disuguhkan oleh ibu Angela Wellington.
Mereka kompak berdiri saat melihat Angela Wellington bergabung bersama mereka. Berbasa-basi sejenak sebelum akhirnya mereka duduk kembali.
"Apa ada tempat yang aman bagi kita untuk berbicara?" Lilian Smith berbicara setengah berbisik, agar ibu Angela Wellington tidak bisa mendengar percakapan rahasia mereka.
Angela Wellington mengintip ke dapur, tempat ibunya tengah sibuk memasak dan sebagainya.
"Ke kamarku." Angela Wellington mengisyaratkan untuk teman-temannya berdiri.
"Mau ke mana, Angie?" Diandara White melihat putri dan teman-temannya hendak pergi.
"Ke kamarku sebentar, Mom." Diandara White mengangguk.
Dan Angela Wellington bersama ketiga temannya langsung menuju lantai dua.
Angela Wellington menutup rapat pintu kamarnya. Agar ibunya tidak bisa mendengarkan percakapan yang sepertinya rahasia.
Jika tidak, untuk apa Lilian Smith meminta tempat yang aman untuk mereka berbicara?
Mereka berempat duduk melingkar di lantai beralas karpet tebal berwarna hijau, serupa warna mata Angela Wellington.
"Bicaralah." Angela Wellington memulai percakapan, karena teman-temannya hanya terdiam dan saling melempar pandangan.
"Ada apa? Lil?" Angela Wellington menodong jawaban dari Lilian Smith. Gadis itu yang meminta tempat yang aman terlebih dahulu dari teman-temannya.
"Kau ingat pria tampan di kafe saat sore dua hari lalu kemarin?" Lilian Smith berbicara sambil melirik Cara Jones dan Ivy Lane, seolah memintq bantuan.
"Ya, kenapa?"
Angela Wellington terpaksa mengingat kembali kejadian yang menimpanya dua hari lalu, yang sempat terlupakan.
Lilian Smith terlihat menghela napas. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Bicaralah, Lil. Apa yang terjadi?" Angela Wellington menjadi tidak sabar.
"Pria itu ditemukan tewas, di dekat hutan konservatif." Ivy Lane membantu melengkapi perkataan Lilian Smith yang tampak shock.
Lilian Smith bagaimana tidak terlihat shock, gadis cantik bermata besar itu sempat menaksir pria tampan yang dinilai Angela Wellington, sedikit nyentrik.
Oh, Lilian Smith, andai kau tahu apa yang dilakukan pria dewasa yang kau taksir itu terhadap sahabatmu, Angela Wellington. Mungkin itu akan bisa mengurangi perasaan shockmu itu. Batin Angela Wellington.
"Tidak hanya tewas. Tapi tewas mengenaskan, Iv." Lilian Smith mengoreksi ucapan Ivy Lane.
Angela Wellington mengerutkan dahi. Jika pria nyentrik itu tewas mengenaskan, dari mana teman-temannya yakin, jika yang tewas itu pria yang sama.
"Dari mana kalian ...." ucapan Angela Wellington terpotong temannya.
"Kau bangun selalu siang, Angie? Beritanya sudah masuk televisi lokal. Bahkan mungkin berita nasional, jika pelakunya tidak segera ditemukan." Cara Jones menyindir kebiasaan buruk Angela Wellington yang selalu bangun siang.
"Kau ingat? Saat aku, Iv, dan Jo menjengukmu tidak lama setelah kau kembali–menghilang selama lima hari." Lilian Smith menarik napas sejenak dan menghembuskannya kembali.
"Ya, kenapa?" Angela Wellington memusatkan perhatiannya pada Lilian Smith. Sepertinya sesuatu yang penting yang akan keluar dari mulutnya.
"Kami sempat mengira kau diculik, dan juga hampir tewas terbunuh. Sama seperti pengawalmu." Lilian Smith menjelaskan dengan menyakinkan.
Angela Wellington bahkan tidak ingat, jika ia sempat menceritakan kejadian yang menimpanya dan Tony Sark saat ia menghilang dulu, enam bulan lalu, kepada ketiga sahabatnya.
Seperti bisa membaca pikiran Angela Wellington, Ivy Lane mengonfirmasi dari mana mereka mendapat informasi itu.
"Berita tentangmu sempat menjadi pembicaraan hangat di kalangan para Sheriff dan Polisi."–Ivy Lane berdeham sekali–"Kau lupa? Kakakku bertugas di Serbia. Tempat kau ditemukan."
Oh, ya? Angela Wellington bahkan tidak tahu informasi sepenting ini. Ke mana saja ia selama enam bulan terakhir ini?
Ah, ya! Angela Wellington ingat. Ia tengah menjalani terapi dan pengobatan dengan psikiater, dan setelahnya mendapat hukuman dari ibunya.
Tidak mengijinkannya keluar rumah selama berbulan-bulan, bahkan jika hari sudah jelang sore, dan matahari beranjak turun ke peraduannya, Diandara White akan menahannya agar tidak keluar dari rumah. Mengunci kamarnya dari luar. Dan memasang jeruji di jendelanya.