webnovel

Angel's Voice

Rein sudah mendengar suara di dalam kepalanya semenjak dia kecil, suara itu memberi tau Rein apa yang akan terjadi dan harus Rein lakukan di masa depan. Rein berpikir itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuknya, sebuah suara malaikat yang menjaganya. Tapi apa malaikat memang sebaik itu?

Stift_Noir · 灵异恐怖
分數不夠
16 Chs

Chapter 7

05 November, kantor kepolisian Aylesbury.

Waktu menunjukan pukul 00.10

Harry duduk di dalam sebuah ruangan tertutup. Ruangan 4x4 meter persegi, dengan dinding dan lantai yang terbuat dari beton. Ruangan itu sedikit gelap, tidak ada jendela sama sekali, satu-satunya penerangan di ruangan itu hanyalah sebuah lampu bohlam yang tergantung di atas kepalanya.

Harry mencoba melihat sekelilingnya, tidak ada apapun di dalam sana, hanya ada sebuah meja besi di depannya yang diletakan dengan permanen. kau tidak akan bisa menggeser meja itu kecuali kau melepas semua baut sepanjang 10cm yang menancap kelantai untuk menahan mejanya.

Penerangan di ruangan itu sangat minim, bohlam di atas kepala Harry tidak mampu untuk menerangi seluruh ruangan itu, Harry hampir tidak bisa melihat apa yang ada di sudut ruangan di depannya, tapi Harry dapat melihat dengan samar sebuah titik cahaya berwarna merah yang menyala redup di sudut ruangan itu.

"Sepertinya itu CCTV. Jadi ini ruang introgasi." Pikir Harry.

Tak berselang lama sebuah pintu di depan Harry berderit terbuka, membuat cahaya yang lebih terang memasuki ruangan itu, menerangi sebagian ruangan yang tadi ditutupi kegelapan. Harry tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk melihat ruangan itu dengan lebih jelas.

Harry melihat sekeliling sekali lagi. Dia dapat melihat pintu itu terbuat dari besi yang cukup untuk menahan terjangan banteng yang mengamuk, dan ternyata ada sebuah cermin berukuran 2x1 meter di salah satu sisi ruangan itu. Harry semakin yakin bahwa ini adalah ruang interogasi.

Johnatan dan Alison memasuki ruangan itu. Alison duduk tepat di depan Harry, meletakan secangkir kopi hitam panas di depan Harry, dan secangkir lagi di depannya. Sementara John duduk di ujung meja itu sedikit jauh dari Harry, dan meletakan sebuah laptop di depannya dan menyalakannya.

"Tuan Harry Bloodwood, benar?" Tanya Alison.

"Ya, benar." Jawab Harry seraya menoleh kearah John

Harry dapat mendengar samar suara keyboard laptop John, yang berhenti beberapa detik setelah dia berhenti berbicara.

"Apa kau mengenal Sebastian Heartwild?" Tanya Alison.

"Tentu, aku mengenalnya. Dia seorang aktivis yang aktif di bidang kemanusiaan." Jawab Harry seraya kembali menoleh kearah John.

Sekali lagi Harry mendengar suara pelan keyboard laptop John yang berhenti sesaat setelah mereka selesai bicara.

"Pada tanggal 1 November , Sebastian ditemukan tewas di rumahnya, diduga dia tewas dibunuh. Apa kau tau sesuatu mengenai kasus pembunuhan ini?"

"Semua yang aku tau sebatas apa yang diberitakan televisi." Jawab Harry.

Alison menatap mata Harry, berusaha mencari gimik di wajah Harry saat menjawabnya. Saat seseorang berbohong sehebat apapun dia, jika dia memiliki keraguan atau ketakutan akan kebohongannya diketahui, orang itu akan sedikit memberikan gimik di wajahnya tanpa dia sadari, seperti kedipan mata, getaran disekitar bibir, mengalihkan pandangan, alis mata, bahkan pupil mata. Tapi Harry menjawab pertanyaannya dengan datar, tidak ada sedikitpun gimik yang menandakan Harry menjawab pertanyaannya dengan ragu atau berbohong. Alison mehela nafasnya pelan.

"Baiklah, kalau begitu izinkan aku mengganti pertanyaan ku. Pada tanggal 30 Oktober, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Alison.

"Saat itu adalah hari kerja ku, aku pasti ada di kantorku sedari pagi hingga sore." Jawab Harry.

Alison masih tidak mendapatkan gimik di wajah hari yang menunjukan bahwa dia berbohong.

"Apa perkerjaan mu?" Tanya Alison.

"Aku seorang konsultan kesehatan pribadi." Jawab Harry.

"Konsultan kesehatan pribadi?" Tanya Alison.

"Ya." Jawab Harry datar.

"Pada siapa kau berkerja?" Tanya Alison.

"Orangtua ku." Jawab Harry.

"Baiklah." Jawab Alison seraya mencatatnya di sebuah buku catatan saku.

"Lalu pada tanggal yang sama, pukul 18.38 apa yang kau lakukan?" Tanya Alison.

"Aku yakin saat itu aku pasti dalam perjalanan pulang ke rumahku."

Alison masih tidak melihat gimik di wajah Harry. Alison menarik nafas panjang dan menghembuskannya, lalu mengambil sebuah cetak gambar dari balik jasnya, dan menunjukannya pada Harry.

"Lalu bagai mana kau menjelaskan ini?" Tanya Alison

Alison menajamkan matanya untuk memastikan jika ada gimik di wajah Harry sekecil apapun itu dia tidak akan melewatkannya. Saat seseorang berbohong, sehebat apapun orang itu berbohong, saat kebohongannya terbongkar akan ada gimik di wajahnya yang menunjukan keterkejutan, kekhawatiran dan ketakutannya akan kebohongannya yang terbongkar. Tapi lagi-lagi Alison tidak mendapatkan gimik apapun di wajah Harry. "Apa dia sungguh seorang konsultan kesehatan? Aku lebih percaya kalau dia seorang pemain poker professional." Pikir Alison.

"Apa maksudnya?" Balas Harry.

"Diduga pria di foto itu adalah pelaku dari pembunuhan Sebastian, dan kami yakin bahwa pria di foto itu adalah kau Harry." Jelas Alison.

Untuk beberapa detik Harry hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Alison. Tapi tiba-tiba wajah datarnya itu berubah dan menunjukkan wajah yang seakan puas dan meremehkan Alison juga Johnatan. Harry mendongakkan sedikit wajahnya, memandang rendah Alison dan tertawa.

"HAHAHA! Seandainya, hanya seandainya memang aku pelakunya, apa kalian memiliki bukti?"

Melihat reaksinya yang seperti itu membuat Alison sedikit terkejut dan kesal.

"Apa-apaan kau! Jelas foto dan perilaku mu ini sudah membuktikannya."

"Aku tidak yakin tentang itu." Jawab Harry.

"Apa maksudmu?" Tanya Alison

"Aku tidak yakin jika kalian memiliki bukti. Foto itu bisa jadi siapa saja, dan sikapku bisa saja beralasan karena aku tidak menyukai kalian." Jelas Harry.

"Dengar Harry, jika memang kau pelakunya aku akan menemukan bukti dan membuatmu membusuk dipenjara!" Balas Alison.

Harry kembali tertawa dan menunjukan wajah yang semakin meremehkan mereka. Melihat hal itu membuat Alison semakin kesal.

"HAHAHA! Bahkan kalian tidak tau bagaimana cara Sebastian mati."

"Bajingan kau! Sudah kuduga kau mengetahui sesuatu, katakan apa kau yang membunuhnya?." Sahut Alison seraya menghantamkan tinjunya kemeja.

"Aku tidak bisa mengatakannya, walaupun aku mengatakannya bahwa aku yang membunuhnya tapi kita tidak memiliki bukti untuk itu, apa itu bisa dianggap sah?" Jawab Harry seraya tersenyum kecil pada Alison.

"Aku akan membuatmu mengakuinya!" Bentak Alison.

"Tapi akan lebih baik jika kalian memiliki buktinya kan. Mungkin saja kalian yang membunuhnya dan menjatuhkan tuduhannya padaku. Foto itu tidak akan membuktikan apapun, itu bisa jadi siapa saja." Jawab Harry dengan nada yang meledek.

"Bajingan kau!" Bentak Alison.

Alison mengepalkan tangannya bersiap utuk meluncurkan tinjunya ke wajah Harry. Alison sudah tidak dapat membendung emosinya lagi dan meluncurkan tinjunya, tapi disaat itu juga Johnatan menangkap lengang Alison, menghentikan tinju Alison yang akan menghantam wajah Harry sedikit lagi.

"Tenanglah Alison. Dia sedang mencoba memprovokasi mu dengan perkataannya, bayangkan apa yang terjadi jika seorang penyidik memukuli saksinya." Ujar John.

Alison hanya diam mendengar perkataan Johnatan, berusaha mengatur nafas dan emosinya. Untuk beberapa detik John tetap menggenggam tangan Alison dan melepaskan genggamannya saat John yakin kalau Alison sudah dapat mengontrol emosinya kembali. Johnatan memalingkan wajahnya pada hari, menatap wajah Harry dengan datar.

"Dengan sikapmu yang tidak koperatif seperti itu sudah cukup membuatmu mendapatkan hukuman Tuan Harry." Ujar John.

"Apa kau seorang jaksa?" Tanya Harry.

"Ya." Jawab John datar.

"Seandainya kalian menemukan bukti atas tuduhan ini, apa kau yang akan menggugat ku ke pengadilan?" Tanya Harry.

"Ya." Jawab John datar.

"Kalau begitu apa tugasmu sebagai jaksa?" Tanya Harry.

"Tentu saja aku akan menegakan hukum." Jawab John.

"Apa itu hukum?" Tanya Harry dengan nada bingung.

"Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat untuk menjaga ketertiban dan keadilan." Jelas Johnatan dengan datar.

"HAHAHA! Apa itu keadilan? Tidak ada yang namanya keadilan Pak Jaksa, hukum dibuat untuk menjadi senjata, untuk orang – orang yang berkuasa." Balas Harry.

"Apa maksudmu?" Balas John dengan datar.

"Sudah sedari dulu hukum menjadi senjata untuk orang-orang yang membuatnya, membungkam yang tidak sejalan dengannya dan menyingkirkan siapapun yang menghalanginya. Contohnya saja Amerika yang menjatuhkan sanksi senjata, militer dan ekonomi kepada Negara-negara dunia sementara Amerika bebas menjual produknya, memproduksi senjata bahkan senjata pemusnah dan mengirim militernya kemanapun dia suka. Apa itu bisa dibilang keadilan? Hukum adalah senjata." Jelas Harry.

"Diamlah kau hanya bicara omong kosong! kau akan ditahan dengan tuduhan pembunuhan, dan kau berhak untuk mendapatkan seorang pengacara, sulit bicara dengan orang gila sepertimu!" Sahut Alison.

"Baiklah, kalau begitu ada seseorang yang aku inginkan untuk menjadi pengacaraku." Jawab Harry dengan nada yang datar.

Kini wajah Harry menjadi datar, dan menunjukan wajah yang serius.

"Baiklah, sebutkan namanya." Ujar John.

"Rein Rayner." Jawab Harry.