webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · 现代言情
分數不夠
264 Chs

Bab 12. Kekacauan di kantor Indra.

Indra segera pergi ke kantor setelah menerima kabar bahwa desain yang ia gunakan untuk pengajuan tender pembangunan hotel di pulau Bali telah bocor ke tangan saingan bisnisnya. Dan parahnya lagi, saingan bisnisnya itu malah menggunakan desain milik Indra untuk pengajuan tender yang sama.

Wajah Indra berubah merah padam, tangannya mengepal. Pria itu begitu murka karena ternyata di perusahaannya ada seorang penghianat ulung yang telah berani menusuknya dari belakang.

Hal pertama yang Indra lakukan setelah datang ke kantornya adalah mengumpulkan semua karyawan yang terlibat dalam pengerjaan desain untuk tender di dalam ruang kerjanya.

Indra Prayoga mengumpulkan semua karyawan di dalam ruang kerjanya, pria itu menatap satu per satu karyawannya dengan sorot mata yang tajam seperti harimau yang hendak memburu mangsanya..

"KALIAN SEMUA SAYA PECAT!! Dan kalian semua, tidak akan mendapat pesangon sama sekali!" bentak Indra sambil menunjuk ke arah para karyawannya dengan emosi.

"Tapi, Pak. Kami tidak bersalah! Buat apa kami melakukan hal itu? Kami telah bertahun-tahun mengabdi untuk perusahaan, kami tidak tahu apa-apa! Kami difitnah, Pak!" Andi–pimpinan tim membela diri.

"Fitnah kalian bilang?! Hanya kalian yang mempunyai akses untuk mengerjakan desain tender ini, bukan?" ucap Indra.

"Benar, memang itu fakta kalau kami satu-satunya tim yang mempunyai akses untuk itu. Tapi bukan berarti kami yang membocorkan desain yang telah kami kerjakan susah payah selama berbulan-bulan," jelas Andi.

"Tutup mulutmu!! Apa kalian tahu, berapa banyak kerugian yang akan saya tanggung karena gagal ikut tender, hah! Apa kamu bisa menggantinya?" bentak Indra emosi.

Semua karyawan Indra menunjukkan ekspresi ketakutan, mereka semua hanya bisa menundukkan wajah.

Indra mendengkus kesal. "Kalian tidak bisa menjawab, bukan?!" bentaknya lagi. "Leon .... Usir mereka semua! Beri gaji terakhir mereka dan jangan biarkan mereka menginjakkan kaki di kantor saya lagi!" lanjutnya seraya membuang muka.

"Baik,Tuan," ucap Leon lalu ia pergi menjalankan apa yang diperintahkan oleh Indra.

Kepala Indra berdenyut, kepalanya terasa sangat sakit. Kedua tangan pria itu mengepal, kedua sikunya bertumpu di atas meja dan ia menempelkan tangannya ke dahi. Indra mencoba untuk meredakan emosinya.

"Aaaaakkkh! BANGSAT!!" teriaknya sambil memberantakkan meja dan membuang semua barang-barang yang berada di atas meja kerjanya.

Setelah melampiaskan semua amarahnya, Indra menyandarkan punggungnya ke kursinya. Indra menutup kedua matanya dan sedang mencari solusi untuk masalahnya.

Tapi apa solusinya? Proses seleksi desain akan dilakukan 3 hari lagi sedangkan untuk pengerjaan desain paling cepat butuh waktu kurang lebih 2 bulanan. Karena mendesain sebuah bangunan tidak bisa dikerjakan dengan sembarangan dan butuh ketelitian, tidak bisa tergesa-gesa.

Sementara itu, di dalam ruang kerjanya. Daniel tersenyum penuh kemenangan, ia berpikir kalau semua rencananya telah berhasil dengan membuat Indra mengalami kerugian yang sangat besar. Selain itu juga kredibilitas Indra sebagai pengusaha bertangan dingin juga akan dipertanyakan.

"Apa tuan muda merasa senang?" tanya Rian setelah melihat senyum sumringah Daniel.

Daniel menghela napas. "Senang .... Sangat senang sekali! Aku akhirnya bisa membuat perusahaan Indra menjadi kacau! Ternyata membuat Indra hancur itu tidaklah sulit," ucapnya bangga.

"Tapi tuan .... Bukankah Ini adalah perusahaan milik tuan Jonathan yang direbut Indra 12 tahun yang lalu? Apa tuan Daniel mau menghancurkan perusahaan yang dibangun dengan susah payah oleh tuan Jonathan?" tanya Rian.

"Kita lihat saja nanti, kalau perusahaan ini bisa aku rebut kembali. Aku pasti akan mempertahankannya tapi kalau aku tidak bisa mendapatkannya, aku pasti akan menghancurkannya!" ucap Daniel dengan tatapan penuh kedengkian.

Di sisi lain ....

Para karyawan yang telah Indra pecat dengan tidak adil sedang melakukan protes di luar gedung. Para karyawan itu bermaksud untuk mencari keadilan karena pemecatan mereka hanya berdasarkan sebuah tuduhan semata dan tidak di dasari oleh bukti yang kuat.

Sungguh sangat miris! Para karyawan itu telah bekerja sangat keras akan tetapi yang mereka dapat hanyalah ketidakadilan. Hanya karena dendam masa lalu Daniel, banyak orang yang menjadi korban.

Sore hari, saat jam pulang kantor. Para karyawan itu masih saja berdiri di depan gedung dan Indra sama sekali tidak perduli.

Tanpa menoleh sedikitpun, Indra melangkah keluar gedung dan masuk langsung masuk ke dalam mobilnya.

Sekali Indra mengambil keputusan, ia tidak akan pernah lagi mau merubahnya dan tidak ada satu orangpun yang akan berani menentangnya. Karena keputusan Indra sifatnya mutlak.

****

Sesampainya di rumah, Indra langsung masuk ke dalam kamarnya. Wajahnya masih terlihat sangat marah sehingga tidak ada satu orangpun yang berani mengucapkan sepatah katapun kepada Indra walupun hanya sekedar salam atau sapaan.

Sementara itu ...

Alexa terlihat sangat bosan terus-terusan berada di kamarnya. Meskipun kamarnya sudah tidak lagi dijaga oleh para pengawal, gadis itu tetap belum bisa bernapas dengan lega. Karena ia tidak bisa bebas keluar rumah sesukanya.

Seperti biasa, gadis tomboy itu menghabiskan waktunya duduk di balkon kamarnya. Alexa suka sekali menempelkan kepalanya diatas meja sambil memandang bintang-bintang di langit.

SREEKK!!

Terdengar suara pintu yang sedang di geser dari kamar sebelah.

"Aaaahhh ... pasti itu pria jelek dan menyebalkan yang membuka pintu. Duuuh! Lagi males debat sama itu cowok!" umpat Alexa dalam hati.

"Eh, pencuri spion! Kamu sedang apa? Tidur?" tanya Daniel sambil melongokkan kepalanya, berusaha melihat wajah Alexa.

Alexa mendengkus kesal, ternyata benar si pria jelek, menyebalkan yang keluar. Alexa merasa kesal, tapi ia tidak mau menanggapinya. Alexa tetap tidak bereaksi, gasis itu bersikap sangat cuek dan tidak menghiraukan ucapan Daniel sama sekali.

Melihat Alexa tidak bereaksi, Daniel hanya menggelengkan kepalanya. Daniel berjalan ke pinggir balkon, tangannya menggenggam dan berpegangan pada teralis besi.

Daniel mendongakkan kepalanya ke atas lalu memandangi bintang-bintang di langit sama seperti yang dilakukan Alexa.

"Apakah orang yang sudah meninggal benar-benar berubah menjadi bintang di langit?!" tanya Daniel lirih.

Alexa mengangkat kepalanya dari meja dan ia menatap ke arah Daniel yang masih sibuk memandangi bintang.

"Apa kau percaya itu? Apa kau percaya pada omong kosong semacam itu?" tanya Alexa.

Daniel melirik ke arah Alexa. "Aku tidak percaya hal itu! Tapi terkadang, aku akan percaya kepada omong kosong tersebut. Saat aku benar-benat merindukan orang itu," jawab Daniel penuh misteri.

Sorot mata Daniel terlihat begitu sendu saat menjawab pertanyaan dari Alexa. Mungkinkah Daniel sedang merindukan seseorang? Tapi .... siapakah orang itu?.

"Kalau begitu .... Oma, mama, dan kakekku sudah berubah menjadi bintang di langit, benarkan?" tanya Alexa.

Daniel mengangguk pelan.

"Siapa orang itu? Orang yang sangat kamu rindukan itu?" tanya Alexa penasaran.

Daniel menoleh dan menatap wajah Alexa, pria itu tidak menjawab pertanyaan dari Alexa

"

"Siapa, orang yang sedang kau rindukan? Alexa bertanya lagi menuntut jawaban dari Daniel.

"Rahasia!! Kenapa kau ingin tahu?!" jawab Daniel ketus.

Penyakit menyebalkan Daniel kambuh lagi. Tadi pria itu terlihat begitu manis tapi tiba-tiba pria itu berubah menjadi sangat menyebalkan.

Alexa memutar bola matanya dan merasa sangat kesal. "Siapa yang ingin tahu?! Lupakan!! Aku tidak akan pernah bertanya lagi sama om-om menyebalkan seperti dirimu!!" ujar Alexa kesal.

Gadis berambut panjang itu langsung masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu balkon keras-keras dan menutup gorden. Daniel hanya diam melihat kelakuan Alexa yang menurutnya sangat kekanakan.

"Papa ... Apa kau sedang melihatku dari atas sana? Daniel rindu papa! Tunggu sebentar lagi, Daniel pasti akan bisa membalaskan dendam papa," ucap Daniel dalam hati seraya memandangi bintang.

****

Keesokan paginya ....

Tidak seperti biasanya, Indra yang selalu bangun pagi dan selalu sarapan tepat pukul 06.00, tapi hari ini tidak terlihat tanda-tanda kehadiran Daniel dan sang papa. Singgasananya terlihat kosong begitu pula dengan Daniel, si pria menyebalkan itu juga tidak terlihat sarapan.

Biasanya juga, Alexa yang selalu telat bangun pagi. Tapi pagi ini semuanya terbalik, Alexa bisa bangun pagi tapi kedua lelaki kaku itu malah terlambat bangun, Alexa mengoceh dalam hati.

Dahi Alexa mengernyit, gadis itu terlihat bingung karena memang ini adalah satu kejadian langka baginya.

"Mbok! Kenapa sepi sekali pagi ini? Apa tidak ada yang sarapan? Apa Alexa salah waktu 'ya, Mbok?" tanyanya sambil menggoyang-goyang jam tangannya.

"Non tidak salah 'kok, Non! Tuan Daniel sudah pergi pagi-pagi sekali terus tuan besar belum turun untuk sarapan, aneh sekali 'kan, Non?" bisik mbok Minah.

"Aneh! Apa sedang terjadi masalah, ya?" ucap Alexa dalam hati.

"Mbok Minah pergi ke dapur dulu 'ya, Non?" pamitnya lalu pergi.

Beberapa saat kemudian saat Alexa selesai sarapan. Barulah Indra turun dari tangga seraya menenteng dokumen dan tas warna hitam. Seorang pengawal segera menghampiri Indra lalu mengambil barang bawaan Indra.

"Alexa! Pagi ini biar papa yang mengantarmu ke sekolah dengan mobil papa," ucap Indra sambil berjalan duduk di kursi singgasananya.

Alexa hanya bisa mengangguk pasrah.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Indra dan dibalas anggukan oleh Alexa. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja supaya tidak terjebak macet," imbuhnya.

Alexa mengangguk, ia segera memakai tas selempang-nya dan bangkit dari tempat duduknya. Alexa dan Indra berjalan keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Karena jarak kantor Indra lebih dekat dari pada sekolah Alexa maka Indra lah yang terlebih dulu diantar nanti setelahnya baru mengantar Alexa.

Di sepanjang perjalanan, Alexa dan Indra hanya saling diam. Sementara Indra sibuk membolak-balik dokumen, Alexa sibuk memandangi pemandangan jalan raya dari jendelanya.

35 menit kemudian mobil BMW warna hitam itu sudah sampai di kantor Indra. Indra segera turun dari mobil dan disambut oleh Leon dan beberapa karyawannya, mereka terlihat sangat sibuk sampai membicarakan masalah bisnis sambil berjalan.

"Berhenti!" ucap Alexa cepat saat pengawalnya hendak menutup pintu mobil. "Apa yang sedang terjadi? Kenapa orang-orang itu berdiri si depan kantor si bos mafia?" tanya Alexa kepada pengawalnya.

"Di kantor tuan Indra sedang terjadi masalah besar .... Sebaiknya kita segera berangkat ke sekolah, saya tidak mau terkena masalah karena telat mengantar non Alexa," ucap sang pengawal.

Alexa mengangguk. "Oke, kita berangkat!" ucap Alexa.

Mobil berjalan meluncur ke jalan raya, tapi ekor mata Alexa masih menatap ke arah 4 orang karyawan yang berdiri di depan kantor papanya sampai bayangan para karyawan itu benar-benar menghilang.

Pukul 15.00, Alexa sudah pulang dari sekolah dan mobil yang di tumpanginya sedang menuju ke kantor Indra. Jarak kantor Indra dan sekolah Alexa hanya sekitar 10 menit saja, sangat dekat.

"Nona, apa nona mau menunggu di dalam kantor tuan Indra? Karena tuan, pulang tepat pukul 16.00 sore, mungkin nona Alexa akan merasa bosan kalau menunggu di dalam mobil," ucap salah seorang pengawalnya begitu sampai di depan kantor Indra.

"Baiklah kalau begitu, Alexa tunggu di dalam saja kalau begitu," ucap Alexa.

Para pengawal Alexa bergegas mengantar Alexa masuk ke kantor Indra melewati keempat karyawan yang sedang melakukan aksi protes di depan gedung.

Sampai di ruang kerja Indra, mata Alexa terbelalak kaget melihat dokumen-dokumen Indra bertebaran di atas lantai. Sedangkan ruangan sang papa terlihat sepi, tidak ada siapa-siapa.

Mata Alexa menjelajah seluruh ruang kerja sang papa, lalu ekor matanya tertuju kepada desain dan cetak biru yang tergeletak di atas lantai. Alexa berjalan mendekat lalu berjongkok mengambil kertas desain tersebut dan mengamatinya.

Sesaat kemudian alis Alexa mengernyit, gadis itu terlihat berpikir sejenak sambil terus mengamati desain tersebut. "Apa mereka sudah gila? Kenapa mereka menggambar gedung seperti ini? Apa mereka mau membangun gedung hanya untuk merubuhkannya?!" ucap Alexa.

"Apa? Kamu bilang apa tadi? Gedungnya akan rubuh?" tanya Indra dengan mata yang membelalak, kaget.

To be continued.