BRAAAKKK!!
Hana–guru mata pelajaran ekonomi menggebrak meja Alexa dengan keras. Sontak saja Alexa langsung terbangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.
Puluhan pasang mata tertuju ke arah Alexa. Seluruh siswi-siswi terdiam. Semua murid menunduk dan tidak berani melihat ekspresi kemarahan Hana.
"Alexa!! Bagaimana tidur kamu? Nyenyak? Kamu pikir saya sedang mendongeng? Sampai kamu bisa ketiduran saat saya sedang mengajar, hah?!" geram Hana.
Alexa menghela napas. "Maaf," ucapnya singkat.
"Ini sudah ke-3 kalinya kamu tertidur saat saya sedang mengajar. Saya akan memberikan surat peringatan kepada orang tuamu!" Hana melipat kedua tangannya di depan dada. "Sekarang juga, kamu keluar!!" Hana mengusir Alexa keluar kelas.
"Terserah ibu sajalah," jawabnya acuh.
Alexa merapihkan buku-bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas selempang-nya.
Gadis berjalan keluar kelas dengan malas. Hana menggeleng melihat kelakuan Alexa yang tidak disiplin dan selalu berbuat seenaknya. Setelah Alexa keluar dari kelas, Hana melanjutkan kembali kegiatan mengajar.
Alexa berjalan menuju ke gedung olahraga yang terlihat sepi karena memang sedang tidak ada kegiatan olahraga saat ini. Alexa berpikir untuk menunggu di dalamnya sembari menunggu jam pulang sekolah.
Alexa berjalan ke bangku penonton lalu duduk sambil memangku tas selempangnya. Kedua pengawal yang masih terus mengikuti kemana saja Alexa pergi. Karena alasan inilah, Alexa selalu uring-uringan, karena ia tidak bisa bebas.
Sambil menunggu, Alexa berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil bola basket. Alexa mendribble bola basket dengan lihai lalu melemparnya ke ring dari jarak jauh. Masuk!! Alexa berlari mengejar bola basket kemudian mendribble dan menembaknya ke ring, masuk!
Plok plok plok ...
Seorang siswa bertepuk tangan saat melihat teknik permainan bola basket Alexa yang sangat bagus. Ia lalu berjalan mendekat ke arah Alexa yang masih saja sibuk mendribble bolanya.
"Kenapa kamu tidak bergabung saja ke dalam tim bola basket putri? Aku lihat, kamu sangat berbakat," ucapnya kagum.
"Gak minat!" jawab Alexa ketus.
"Apa mau aku daftarin?" tanya siswa itu lagi.
Alexa masih saja cuek, gadis itu tidak memerdulikan ucapan siswa itu. Gadis itu masih asyik mendribble bolanya.
"Kenalin, namaku Raka! Aku adalah kapten tim bola basket putra!" Raka menjulurkan tangannya ke arah Alexa tapi tetap saja tidak digubris oleh Alexa.
Raka tersenyum tipis, cowok itu berpikir kalau Alexa adalah gadis yang aneh. Karena baru kali ini dia merasa diabaikan oleh seorang gadis, biasanya ia dengan mudah membuat gadis-gadis bertekuk lutut karena ketampanannya.
Namun, kali ini Raka benar-benar dibuat penasaran oleh sifat cuek Alexa. Raka terdiam sejenak dan memikirkan cara agar ia bisa mendekati Alexa.
Raka merebut bola Alexa lalu melemparnya ke ring. Raka ingin menarik perhatian Alexa namun ia tidak berhasil. Alexa malah pergi meninggalkannya lalu mengambil tas selempangnya.
Saat Raka akan mengejar Alexa, ke-2 pengawal Alexa menghadang Raka. Sehingga ia tidak bisa mengejar Alexa. Jam pulang sekolah telah berbunyi, Alexa segera pulang ke rumah.
Malam harinya ....
"Non, non Alexa .... Gawat, Non! Gawat!" bik Minah berlari ke kamar Alexa dengan wajah yang terlihat panik dan ngos-ngosan.
"Gawat kenapa, Mbok?" tanya Alexa tanpa ekspresi.
Tangan bik Minah gemetar. "A–anu, Non ... itu, Tuan."
"Kenapa? Kalau ngomong yang jelas, Mbok! Alexa tidak mengerti," ucapnya.
"Tu–tuan besar sedang marah. Non Alexa disuruh menghadap tuan besar, sekarang juga!" jelas bik Minah.
Alexa masih bersikap tenang seolah-olah sedang tidak terjadi masalah. "Iya, sebentar lagi Alexa turun ke bawah." ucapnya.
"Cepetan 'ya, Non! Nanti tuan tambah marah kalau non Alexa terlalu lama," ucap bik Minah mengingatkan.
Alexa mengangguk pelan. Gadis itu segera merapihkan rambutnya lalu berjalan menuju ke ruang kerja Papanya. Setelah mengetuk pintu, Alexa segera masuk ke dalam ruangan.
Sorot mata Indra terlihat sangat tajam dan dingin. Ekspresi wajahnya nampak sedang menahan amarah. Alexa tidak duduk di kursi, gadia itu berdiri tepat di hadapan Indra sambil menundukkan kepalanya.
Brrttt!!
Indra melempar kertas itu ke muka Alexa, gadis itu hanya diam dan tidak menghindar. "Baca kertas itu!" Indra menunjuk ke selembar kertas yang kini tergeletak di atas lantai.
Alexa menghela napas panjang, ia langsung mengambil selembar kertas yang dilemparkan Indra barusan. Alexa kemudian membaca tulisan di kertas itu dengan seksama, surat peringatan dari sekolah!.
"Apa kamu tidak bisa berhenti membuat masalah? Kenapa kamu selalu bertingkah seenaknya sendiri? Apa yang sebenarnya kamu inginkan?!" teriak Indra.
Alexa bergeming. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Namun Alexa berani menatap mata papanya yang terlihat memerah karena sedang marah.
"CEPAT KATAKAN APA MAU KAMU, ALEXA!!!" bentak Indra emosi.
"Alexa ingin bebas seperti dulu! Tarik kembali pengawal Papa!" ucapnya.
BRAKK!!
Indra menggebrak meja kerjanya. "Jangan menguji kesabaran papa! Papa hanya ingin melindungimu! Papa tidak ingin melihatmu terluka karena diluar sana banyak musuh papa sedang mencari kesempatan untuk menghancurkan Papa! Kamu adalah anak yang cerdas, kamu pasti tahu maksud papa, bukan?!" jelas Indra.
"Alexa sudah besar! Alexa bisa jaga diri sendiri! Alexa tidak butuh pengawal," ucapnya.
"Tidak!! Pengawal-pengawal itu akan tetap mengikutimu kemana pun kamu pergi!!" Indra tetap pada keputusannya.
"Kali ini papa bisa maafin perbuatanmu! Tapi .... Kalau sampai terulang lagi, Papa akan memberimu hukuman yang sangat berat! Papa tidak akan pernah memberimu akses dengan dunia luar sama sekali! Camkan itu baik-baik!" ancamnya.
Indra mendengus kesal dan memalingkan muka. "Kembali ke kamarmu sekarang juga!" perintahnya.
Alexa tidak bisa membantah lagi. Semakin ia berani membantah, papanya akan semakin marah dan akan membuat situasi bertambah runyam.
Alexa berjalan keluar dari ruangan Indra dengan wajah yang murung. Gadis itu sungguh tersiksa dengan sifat over protektif sang papa. Namun Alexa juga tidak bisa berbuat apa-apa karena sekarang hanya papanya lah yang ia punya.
Alexa berlari menuju kamarnya, gadis berambut panjang itu langsung masuk ke dalam kamar lalu menguncinya.
Alexa berjalan ke samping ranjangnya, tubuhnya merosot ke lantai dan ia memeluk tubuhnya sendiri dengat erat.
Alexa menangis, suara isak tangisnya terdengar semakin jelas. "Omaa!!" tangis Alexa pecah.
Alexa berpikir, kenapa ia terlahir sebagai putri Indra Prayoga?! Jika saja ia bisa memilih, ia tidak akan pernah mau memiliki orang tua seperti Indra.
Dulu Alexa sangat bahagia meski hanya hidup berdua saja dengan neneknya. Hidupnya sekarang benar-benar seperti di neraka.
****
Keesokannya ....
Indra dan Daniel sudah terlihat rapih lengkap dengan setelan jas. Kedua lelaki itu terlihat sangat kompak, selalu tepat waktu, disiplin dan sama-sama kaku.
Daniel terlihat lebih cocok menjadi anak Indra ketimbang Alexa. Wajah cantik Alexa memang turunan dari Indra. Tapi ... sifat Alexa sangat bertentangan dengan papanya, tak ayal Indra dan Alexa selalu berbeda pendapat.
"Bik Minah, panggil Alexa! Suruh ia turun untuk sarapan, kalau tidak ia bisa terlambat!" perintah Indra.
"Baik, Tuan," jawab bik Minah.
Saat bik Minah akan menaiki tangga, Alexa sudah berada di hadapannya dengan memakai seragam lengkap dan menenteng tas sekolahnya. Gadis itu masih terlihat kesal, muka Alexa terlihat murung dan matanya juga sembab.
Tanpa mengucap salam kepada sang papa, Alexa langsung beranjak pergi.
"Alexa!! Duduklah disini! Ayo kita sarapan bersama-sama," ajak Indra.
Langkah Alexa seketika berhenti. "Alexa tidak lapar!" ucapnya tanpa menoleh ke belakang.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Alexa bergegas keluar dari rumah diikuti ke-2 pengawalnya dari belakang.
Indra menghela napas panjang. "Dasar kepala! Sifatnya persis sekali dengan mendiang mamanya," gumam Indra.
Beberapa saat kemudian ....
Leon–tangan kanan Indra datang dan langsung menghadap Indra. Leon terlihat sangat gelisah, sepertinya sedang terjadi sesuatu.
"Leon? Apakah ada masalah?" tanya Indra.
"Ada kabar buruk yang harus saya laporkan, Tuan!" jawab Leon.
Indra meletakkan cangkirnya ke atas meja, dahinya mengernyit. Jelas sekali terlihat perubahan ekspresi wajahnya. "Kabar buruk? Apa maksud kamu dengan kabar buruk?" tanyanya bingung.
"Tuan .... Desain yang akan kita ajukan untuk pembangunan hotel di pulau Bali telah bocor. Dan kabar buruknya lagi, pihak PT Global Construction lah yang mencuri desain kita dan mereka menggunakan desain kita untuk mengajukan proposal ke tuan Harri," papar Leon.
"A–APA!!!" Indra sangat terkejut dan langsung berdiri dari kursinya seraya mengepalkan tangannya erat-erat.
Melihat perubahan ekspresi muka Indra. Hati Daniel terasa sangat senang. Daniel terlihat tersenyum penuh kemenangan.
To be continued.