webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · 现代言情
分數不夠
264 Chs

Bab 10. Rencana jahat Daniel.

Prosesi pemakaman Erna yang dilakukan pagi ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang Erna inginkan. Erna dimakamkan di satu liang lahat bersama dengan putrinya, Ayana.

Kepergian Erna menjadi pukulan keras bagi Alexa karena tidak ada lagi tempat bagi gadis itu untuk bergantung dan berkeluh kesah. Sekarang Alexa sendirian karena Eric juga sedang berjuang untuk mewujudkan mimpinya dengan kuliah di Jerman.

Setelah pemakaman Erna selesai, Alexa pergi ke kamar Erna dan mengurung diri di dalamnya. Gadis itu terlihat menangis sambil menyandarkan kepalanya di kursi goyang milik Erna sambil memeluk foto neneknya.

"Oma bahagia, 'kan? Oma harus bahagia di sana! Karena oma sudah tega meninggalkan Alexa sendirian. Alexa pasti marah kalau oma tidak bahagia!" ucap Alexa sendu.

"Kenapa orang-orang yang Alexa sayang selalu pergi meninggalkan Alexa sendirian?! Oma .... Bagaimana ini? Belum sehari oma pergi, Alexa sudah sangat merindukan Oma." Alexa menangis tersedu-sedu.

Tanpa Alexa sadari, Daniel terlihat sedang berdiri dari balik pintu. Pria itu memperhatikan Alexa dari jauh. Jauh di dalam lubuk hatinya pria itu merasa sedikit simpati dan juga kasihan.

Daniel berpikir, apa yang Alexa alami sekarang ia juga pernah mengalaminya. Di usia yang masih sangat muda, Daniel sudah kehilangan orang tuanya dan sekarang ia harus hidup bersama dengan orang yang paling ia benci hanya untuk membalaskan dendam.

Sungguh sangat menyedihkan!

Daniel menghela napas, ia tidak ingin mengganggu Alexa yang masih berkabung atas kepergian sang nenek yang begitu tiba-tiba. Pria itu berjalan menuju ke ruang tamu, tempat Indra dan Hendra sedang mengobrol.

Daniel berjalan mendekat menghampiri Indra dan Hendra yang tengah berbicara di ruang tamu. Pria itu lalu duduk di sofa panjang tepat di sebelah Hendra.

"Apa semua medali dan piala yang tersimpan di lemari kaca itu, semuanya milik Alexa?" Indra menujuk ke lemari kaca yang berukuran sangat besar yang di dalamnya tersimpan banyak medali dan piala.

Hendra menoleh ke arah lemari kaca berukuran besar yang berada tepat di belakangnya. Pria itu lalu mengangguk dan membenarkan tebakan Indra. "Iya, benar," ucapnya.

"Bisakah anda memberitahu saya, apa saja yang anda ketahui tentang Alexa?" pinta Indra.

"Yang saya tahu, Alexa adalah gadis yang sangat cerdas ... memang terkadang kelakuannya sangat menyebalkan dan suka berbuat seenaknya sendiri. Tapi dibalik itu semua, Alexa adalah anak yang baik dan ia selalu berusaha membuat neneknya bangga." jelas Hendra.

"Seperti yang anda lihat sekarang. ini semua adalah bentuk rasa cinta Alexa terhadap neneknya," imbuhnya.

"Ternyata anda sangat paham dan mengenal putriku dengan baik. Saya sangat berterima kasih untuk itu dan saya juga sangat berterima kasih karena anda sudah menjaga nenek Alexa dengan baik," ucap Indra.

"Tidak perlu berterima kasih, karena saya ikhlas membantu. Alexa sudah saya anggap seperti putri saya sendiri, jadi anda tidak perlu sungkan," ucap Hendra.

Mata Indra kembali menyapu seluruh ruangan dan kedua pasang matanya kini tertuju pada sketsa desain yang dipajang di dinding. "Siapa yang membuat sketsa itu?" Indra menunjuk pada sketsa desain rumah yang dipajang tepat di samping lemari kaca.

Hendra mengenyitkan dahinya seraya mengikuti arah telunjuk jari Indra. "Sketsa rumah?!" tanya Hendra memastikan.

Indra mengangguk pelan. Hendra kemudian beranjak dari duduknya lalu pria itu mengambil pigora desain rumah yang Indra maksud dan memberikannya kepada Indra.

"Bagus, bukan? Alexa sendiri yang mendesainnya, impian terbesar Alexa adalah membangun rumah yang nyaman dan indah untuk neneknya. Rumah yang di dalamnya hanya ada kehangatan dan tawa bahagia. Tapi .... Impian itu harus pupus karena kematian neneknya," papar Hendra sedih.

"Oh iya .... Saya mau meminta izin untuk berbicara dengan Alexa sebentar," ucap Hendra.

Indra mengangguk pelan dan membiarkan Hendra menemui Alexa. Setelah mendengar penjelasan dari Hendra, rupanya Indra juga sudah memantapkan keputusannya terkait masa depan Alexa sebagai satu-satunya pewaris tunggal bisnisnya kelak.

Hendra berjalan perlahan memasuki kamar Erna dengan menenteng dua buku tebal. Pria itu mendekat ke arah Alexa yang duduk di lantai dan menyenderkan kepalanya di kursi goyang.

"Ini buku untukmu ... dari Eric!" Hendra menyodorkan buku tebal kepada Alexa seraya duduk tepat di hadapan Alexa.

Alexa mengangkat kepalanya, gadis itu duduk tegap dan tidak lagi menyender ke kursi.

"Sebelum Eric pergi ke Jerman, ia meninggalkan kedua bukunya di atas meja untukmu. Eric berharap, setelah kamu membaca buku-buku ini kamu akan bisa menemukan tujuan hidup dan impianmu, " ucap Hendra.

Alexa mengambil buku-buku itu dari tangan Hendra lalu meletakkannya di atas pahanya.

"Terima kasih banyak, Om. Alexa pasti akan baca buku-buku ini dengan baik. Dan ... Alexa juga ingin berterima kasih karena om Hendra sudah menjaga Oma dengan baik disaat Alexa tidak ada," ucap Alexa.

"Iya, sama-sama, Lexa. Om Hendra ikhlas membantu nenekmu, karena kalian sudah Oma anggap seperti keluarga sendiri," ucap Hendra.

Alexa memeluk Hendra dengan Erat, gadis itu bersyukur karena Tuhan telah dipertemukan dengan keluarga Eric di dalam hidupnya yang dengan tulus membantunya dan juga Erna.

Hati Alexa terasa sedikit tenang setelah berbicara dengan Hendra. Meski terasa sangat berat meninggalkan rumah neneknya, mau tidak mau gadis itu tetap harus kembali pulang ke rumah yang ia anggap seperti penjara.

***

Pagi harinya ....

Kegiatan di rumah Indra berjalan normal seperti biasanya. Tapi pagi-pagi sekali Indra sudah berangkat ke kantor karena ada perkerjaan penting yang harus ia selesaikan. Begitu pula dengan Daniel, pria itu langsung pergi setelah selesai sarapan.

Sebenarnya Alexa masih berkabung tapi gadis itu memutuskan untuk pergi bersekolah karena hanya dengan bersekolah setidaknya ia bisa menghirup udara kebebasan. Meski tidak bisa bebas karena ia masih diawasi pengawalnya.

Di sisi lain ...

Menjelang jam makan siang, Daniel terlihat keluar dari kantor dengan tergesa-gesa. Setelah mengambil mobilnya di tempat parkir pria itu langsung pergi menuju ke suatu tempat.

Kali ini Daniel hanya pergi sendirian, ia tidak mengajak Rian. Aneh memang, mengingat Rian adalah orang kepercayan Daniel. Tapi Daniel memiliki alasan yang kuat untuk itu dan tentu saja rahasia.

45 menit kemudian.

Mobil Daniel sudah berhenti di suatu tempat yang terlihat agak sepi. Daniel memarkir mobilny tepat di samping jalan dan terlihat sedang menunggu seseorang.

Tidak lama kemudian sebuah mobil berwarna silver terlihat berhenti tepat di belakang mobilnya. Dari mobil tersebut keluar seorang pria bertopi hitam, pria misterius itu memakai jaket kulit berwarna senada dengan topi yang ia kenakan.

Pria misterius itu langsung masuk ke dalam mobil Daniel setelah memastikan keadaan aman dan tidak ada seorang pun yang melihatnya.

"Akhirnya datang juga. Kenapa lama sekali?" tanya Daniel.

"Ada perlu apa kau tiba-tiba mencariku? Apa kau sadar kalau perbuatanmu ini sangat berbahaya?! Bagaimana kalau sampai pamanmu tahu?!" pria itu terlihat tidak tenang dan berulang kali menengok ke kanan dan ke kiri seperti maling yang takut ketahuan.

"Tenang saja, kita tidak akan ketahuan! Asal kita bisa menjaga rahasia! Aku ingin meminta bantuanmu untuk menyelidiki kasus 12 tahun yang lalu," ucap Daniel.

Kasus 12 tahun yang lalu?! Apa yang ingin kau ketahui?" tanya pria misterius tersebut.

Daniel menyerahkan sebuah amplop cokelat berisi dokumen kepada pria bertopi tersebut."

"Tolong selidiki semua hal tentang Indra Prayoga! Tentang masa lalu Indra Prayoga, tentang perusahaan ayahku yang telah diambil alih oleh Indra. selidiki tentang penyebab kematian Jonathan Ayden–ayahku! Yang terakhir selidiki juga tentang pamanku, apa hubungan pamanku dengan Indra Prayoga?!" jelas Daniel.

Dahi pria bertopi itu mengernyit. "Kenapa kamu ingin menyelidikinya lagi? Bukankah semuanya sudah jelas kalau pembunuh ayahmu adalah Indra Prayoga?" tanyanya.

"Aku punya alasan sendiri untuk itu! Aku ingin mengetahui alasan Indra membunuh ayahku dan dimanakah tempat Indra membuang mayat ayahku. Karena sampai detik ini, mayat ayahku tidak pernah ditemukan," ujar Daniel.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah mengetahui kebenaran tentang kematian ayahmu? Apa kau akan menjebloskan Indra Prayoga ke dalam penjara?" tanya pria bertopi itu.

"Kita lihat saja nanti, hanya waktu yang bisa menjawab ini semua," jawab Daniel penuh misteri.

"Baiklah .... Akan kuselidiki semuanya sampai tuntas. Tapi ... penyelidikan ini tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang agak lama. Karena ini sudah terjadi 12 tahun yang lalu," ucap pria bertopi itu.

"Oke," jawab Daniel singkat.

"Aku pergi dulu! Akan aku kabari secepatnya setelah memperoleh semua informasi yang kamu inginkan," ucap pria bertopi tersebut.

Setelah berpamitan kepada Daniel, pria bertopi itu langsung keluar dari mobil Daniel. Pria itu langsung masuk ke dalam mobilnya lalu ia segera pergi.

Setelah mobil milik pria misterius itu menjauh barulah Daniel menyalakan mobilnya dan kembali ke kantornya. Semuanya berjalan lancar seperti yang Daniel inginkan.

Beberapa saat kemudian ...

Daniel telah kembali ke kantornya dan ia bersikap seperti biasanya.

Tok tok ....

"Masuk!" sahut Daniel dari dalam kantornya.

Sebelum masuk ke ruang kerja Daniel, pria itu memastikan keadaan di sekitar ruangan Daniel lalu ia segera masuk dan mengunci pintu dengan rapat supaya tidak ada seorangpun yang bisa masuk.

"Apa kau sudah menjalankan semua perintahku, Rian?' tanya Daniel saat Rian mendekat ke arahnya.

"Sudah tuan! Perintah tuan Daniel sudah saja lakukan semua," jawab Rian.

"Apa sudah kamu pastikan kalau data yang aku beri sudah sampai ke tangan yang benar?" tanya Daniel memastikan.

Rian mengangguk mantap.

"Bagus kalau begitu! Sekarang kita hanya tinggal menunggu waktu! Perlahan-lahan bisnis Indra akan kuhancurkan! Ini baru awal. Sebentar lagi kita akan lihat kekacauan yang akan terjadi setelah aku membocorkan desain untuk pembangunan hotel di Bali kepada saingan bisnis Indra!" Daniel tertawa menyeringai.

To be continued.